~ 1. Arletta Aiza

1.2K 104 195
                                    

Raihlah semua mimpi. Hadapi semua tantangan. Yakinlah Allah akan selalu ada untuk kita.

Arletta Aiza

.

.

.

Author POV

Pagi ini Aiza bangun lebih cepat karena dia tidak ingin mendengar bentakan dari kedua orang tuanya. Sekarang, pukul 06.00 dan Aiza tengah mengenakan sepatu beserta tasnya.

Ada sesuatu yang belum kalian ketahui tentang sosok seorang Aiza. Saat ini, Aiza masih belum mengenakan hijab. Hanya satu alasan yang membuat Aiza belum mengenakan sesuatu yang wajid bagi seorang muslimah itu. Alasannya adalah 'belum siap'. Ya, itu adalah satu-satunya alasan mengapa Aiza belum mengenakan hijab.

Aiza berjalan mengendap-endap agar orang tua dan kakaknya tidak tahu kalau dia berangkat pagi-pagi sekali. Karena jarak antara sekolah dan rumah Aiza dekat, jadi Aiza memilih untuk berjalan sekalian juga olahraga.

Beberapa menit berjalan akhirnya Aiza sampai di sekolahnya yang terlihat cukup sepi, hanya ada beberapa siswa-siswi saja yang berlalu lalang.

"Woy Za!" panggil Dinda yang merupakan sahabat Aiza sejak berada di bangku SMP. Aiza menengok ke belakang dan dengan secepat kilat Aiza mencubit lengan Dinda.

"Kamu tuh ya, jangan suka teriak kenapa, ucap salam kek apa kek gitu. Ini malah teriak ya Allah pusing punya temen kayak kamu," ucap Aiza dengan kesal. Dia tahu ini adalah kebiasaan Dinda, tapi apakah Dinda tidak bisa merubahnya?

"Iya maaf Za. Eh tumben banget sih elo cepet dateng, ada apa?" Dinda penasaran karena baru kali ini Aiza berangkat ke sekolah pagi-pagi buta. Biasanya jam segini dia masih berada di alam mimpinya.

"Gak ada kok pengen aja, lagian bosen Din denger bentakan Mama sama Ayah," Aiza tertunduk lesu saat mengingat mama dan ayahnya.

"Lo enggak usah sedih Za, gue disini kok buat elo. Gue doain elo bisa secepatnya dapat kasih sayang dari orang tua lo lagi." Dinda merangkul pundak Aiza.

"Iya Din, makasih ya jadi makin sayang aja deh sama Dinda hahaha" Aiza tertawa lepas.

"Aduuuuuh baper aku tuh," Dinda melepas rangkulannya dan berjalan beriringan dengan Aiza menuju kelas XI IPS 3.

_______________

Aiza tengah melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah yang serasa seperti neraka baginya. Saat di perjalanan, dia merasa kepalanya pusing dan tubuhnya kehilangan keseimbangan. Aiza sudah tak bisa menahan bobot tubuhnya. Akhirnya dia terjatuh, untung saja di pinggir jalan.

Di seberang sana ada seorang laki-laki yang tengah memperhatikan Aiza. Dia merasa bingung apakah harus menolong Aiza atau tidak? Karena dia adalah tipe orang yang sangat menjaga batasannya dengan lawan jenis.

Tetapi semakin lama dia merasa iba dengan Aiza. Rasa empatinya pun menjalar dan semakin menjadi-jadi karena tempat Aiza pingsan sangat sepi dan hanya beberapa orang saja yang berlalu-lalang.

Akhirnya, tanpa pikir panjang laki-laki itu mendekati Aiza dan membopong tubuh Aiza ke puskesmas.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu 'anhu, Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah akan melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib) mya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketentraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya."

Arletta Aiza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang