Aku akan berusaha melupakan dan mengikhlaskan :)
Arletta Aiza
.
.
.
Aiza sedikit terkejut mendengar berita yang dia dengar.
"Ada apa Za?" Tanya Vino.
"Bara kecelakaan," ucap Aiza lirih.
"Kapan?"
"Barusan aja."
"Innalillahi, terus sekarang gimana kondisinya?" Tanya Vino lagi.
"Katanya sih tangannya patah, tapi bentar lagi mau di operasi." Aiza menunduk.
"Ya udah deh, sekarang lo yang sabar. Kalau aja dia di Indonesia, pasti kita bisa sempatin waktu buat jenguk. Tapi kan sekarang dia di Singapura. Lo berdoa yang terbaik aja Za, oke?"
"Iya Vin." Aiza hanya menghembuskan nafasnya. Ya Allah musibah apalagi ini? Batin Aiza.
_______________Sepulang sekolah, Aiza diantar oleh orang tua Dinda. Dinda lah yang memintanya karena dia juga ingin bermain sebentar disana.
Setelah sampai, orang tua Dinda pun berpamitan untuk pergi ke suatu tempat dan mereka berdua segera menuju kamar Aiza.
"Za, dua hari lagi kamu ultah kan?"
"Hah? Ultah?"
"Ya elah masa ultah sendiri lupa sih?"
"Emang dua hari lagi tanggal berapa?"
"Dua puluh tujuh, Aiza!" Dinda menepuk jidatnya. Ada apa dengan Aiza hari ini?
"Ooh gitu ya. Ya udah deh biarin aja, lagian ngapain juga dirayain kan gak boleh."
"Ya emang sih, tapi setidaknya lo bikin acara syukuran gitu biar kita bisa kumpul-kumpul, gimana?"
"InsyaAllah. Nanti gue bilang Om sama Tante di Lombok." Tak terasa keduanya sudah berada di kamar Aiza.
"Lo mau makan apa Din?"
"Gak usah repot-repot Za, masakin aja semua yang ada di kulkas." Dinda menyengir kuda.
"Kebiasaan," jawab Aiza. Aiza pun beranjak ke dapur untuk memasak nasi goreng. Dinda hanya diam di kamar sambil memainkan handphonenya. Tak lama kemudian dia menelpon seseorang.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," jawab orang tersebut.
"Gimana? Udah beres kan?"
"Iya tenang aja, semua udah beres kok."
"Ya udah kalau gitu. Semoga semuanya berjalan dengan baik, assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," Dinda pun mematikan sambungan telponnya.
_______________Setelah Dinda pulang pada pukul 19.25 WIB, Aiza pun merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Entahlah, sekarang dia kembali memikirkan Bara. Dia khawatir Bara akan kenapa-kenapa. Tapi ya sudahlah semua sudah diatur oleh Allah jadi, kita hanya perlu menjalankan saja dan yang terpenting harus positif thinking.
"Oh iya gue kan harus kasih tau Om sama Tante." Aiza langsung mengambil handphonenya dan menelpon ke nomor tante nya.
"Assalamualaikum Tante."
"Waalaikumussalam."
"Tante, Aiza boleh minta sesuatu gak?" Aiza sedikit menggigit bibir bawahnya.
"Kamu mau minta dibikinin acara syukuran pas ultah ya?"
"Lho, kok Tante tau?"
"Kepo deh. Tenang aja, besok Tante mau ke Malang kok. Qania bakal izin dulu jadi, kita bisa nyiapin semuanya." Aiza sangat senang mendengar penuturan tante nya.
"Alhamdulillah. Makasih ya Tante, Aiza seneng banget deh hehe. Maaf ya kalau Aiza ngerepotin."
"Enggak apa-apa kok sayang. Kamu kan udah kaya anak Tante. Ya udah Tante mau masak dulu, assalamualaikum." Tante Aiza pun memutuskan panggilan telponnya. Aiza menaruh handphonenya di atas meja belajar lalu tidur. Semoga besok penuh dengan senyuman, aamiin.
_______________Sory ya pendek banget hehe.
Jgn lupa votment.
Kalau ada saran atau kritik, kasih tau aja tapi dengan cara yg baik :)
See you 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Arletta Aiza
Novela Juvenil[Selesai] Highest rank: #6 in Travelling (10 Desember 2019) #8 in Malang (16 Desember 2019) #24 in cintasegilima (13 Januari 2020) #10 in Lombok (29 Mei 2020) ⚠️JANGAN PLAGIAT, PLEASE!⚠️ Aku akan terus menunggumu. ~ Arletta Aiza ~ Aku akan terus mem...