Sosok di TV

39 1 0
                                    


Aku melihat datar pada layar TV yang menampilkan seorang aktor dari Drama yang sedang trend saat ini.

Mungkin aku akan tergila-gila dengan aktor itu jika saja orang itu bukanlah bagian dari hidup ku.

Bahkan dirinya masih bisa tersenyum lebar hingga memperlihatkan dua titik cacat pada pipinya. Sedangkan aku hanya bisa tersenyum miris meratapi nasib ku.

Aku tinggal di rumah kecil seorang diri setelah ibu ku Im Nara, meninggal akibat depresi 2 tahun lalu. Waktu itu aku masih berumur 16 tahun, aku hanya bisa menangis saat ibu bercerita tentang kisah hidupnya yang selama ini selalu di tutupi.

Saat pulang sekolah aku menemukan ibukku bersimbah darah di lantai dapur. Aku langsung berlari dan memangku kepalanya pada pahaku.
Aku menangis sejadi-jadinya saat itu, panik.

Ibu menyentuh pipi ku, menghapus aliran air mata di sana. "My princess eomma yang baik, jangan menangis ndee."

"Maaf kan eomma ya. Eomma sudah menyerah." Ibu tersenyum memandang ku.

"Sebelum waktu eomma habis dengarkan eomma cerita ya. Selama ini kamu selalu bertanya kan siapa appa mu ? Nah sekarang eomma akan cerita

.

.

.

You're appa is Jung Jeffrey. Aktor yang di kagumi banyak pihak. My boyfriend and your dady. He left me after I said that I was pregnant. he doesn't believe me. After that he left and we never met again." Ibu menangis hingga terdengar isakan pilu darinya.

"Lalu saat kamu lahir, eomma mengirimkan foto mu beserta alamat ruangan eomma di rawat. Tapi dia tetap tidak datang girl. Harapan eomma tentang dia sudah hampir pupus jika saja sosok dengan Hoodie hitam dan masker serta topi yang menutup seluruh wajahnya itu tidak memberikan surat pada eomma. Sosok itu adalah Jeffrey. Dia mencium pipi mu lalu berlari pergi meninggalkan eomma tanpa sepatah kata untuk eomma ...

Lalu eomma membaca surat darinya.

To my dear

Forgive me for being unable to be brave. I am very ashamed of myself. maybe you won't believe that I cry every night. I always think of you and our child. I am a bad father, but may I ask you for one thing? Name our child Jae Ra. I will take responsibility for our child, but not now

"Nah sekarang ibu sudah tidak punya hutang padamu kan sayang. Tunggu saja hingga appa mu datang menjemput mu. Sekarang waktunya eomma istirahat. I will look you happy sweet dear." Lalu ibu memejamkan matanya, untuk selamanya

Tanpa sadar aku menitikkan air mata saat mengingat pesan terakhir ibu ku.

"Jika memang appa mau bertanggungjawab, kapan appa datang ?"

❄️❄️❄️


Sore ini aku pergi ke taman untuk menenangkan pikiran ku. Aku menikmati duduk di bangku taman menikmati alunan musik dari earphone yang memutar lagu Me After You.

Aku sebenarnya risih jika menjadi perhatian orang lain. Tapi di sini semua orang sibuk dengan kegiatan sendiri jadi aku bisa rileks.

Cuaca semakin dingin membuat ku memeluk diri ku sendiri. Aku belum punya niat untuk pulang meski saat ini aku hanya memakai Sweater dan celana panjang. Pasti terasa dingin.

Aku membuka telapak tangan ku. Menikmati sensasi salju pertama yang jatuh di kulit ku. Entah kenapa terasa ----- menenangkan bagi ku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Katedral AppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang