45

2.1K 130 4
                                        

Pukul 20.10

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Suasana yang tadinya hening mendadak terisi oleh suara Yoongi. Hal itu membuatku kaget dan buru-buru menutup ponselku dan menaruhnya diatas meja makan.

"Tidak, tidak ada" Jawabku sembari menaruh tanganku telungkup di paha.

"Hmm"

Yoongi melangkahkan kakinya kearahku sembari membawa sebuah cangkir yang sepertinya berisi cokelat panas. Ia menaruhnya di meja makan kemudian berjalan pergi.

"Untukku?"

"Hm"

"Bagaimana denganmu?"

"Minum saja. Biar hangat. Jangan banyak tanya."

Kesal sih mendengarnya menjawab seperti itu. Tapi aku tetap menghargai susu cokelat buatannya dan meminumnya. Tanpa sadar aku terkekeh kecil. Yoongi tetaplah Yoongi. Meskipun jawabannya selalu cuek terkesan tidak peduli, sebenarnya ia amat sangat peduli. Hm, mungkin kesannya 'amat sangat' agak lebay untuk manusia yang bernama Yoongi ini.

"Makasih"

Aku langsung menghabiskan susu cokelat tersebut. Benar, susu tersebut membuatku lebih hangat. Aku mengambil tisu dan mengelap mulutku.

"Jian. Kalau sudah, kemari" Yoongi menepuk tempat duduk kosong disampingnya.

Anehnya, aku menurutinya dan duduk disampingnya. Canggung, tentu saja. Padahal, sejak kecil aku dan Yoongi sering duduk bersama, bahkan sampai peluk-pelukkan. Yah, namanya juga masih kecil.

"Kenapa duduknya begitu sih?" Yoongi terkekeh.

Aku baru sadar. Saking canggungnya aku, aku duduk tegak dengan tangan berada diatas pahaku. Posisi yang cukup aneh jika kita sedang berada di sofa yang empuk.

"Kemarilah..."

Tanpa seizinku, dengan tangannya ia memegang kepalaku dan menuntun kebahunya. Oke, harus kuakui jantungku berdetak dua kali lipat lebih cepat dan sedari tadi aku berdoa semoga ia tidak mendengarnya.

Tangan Yoongi masih di kepalaku, kemudian ia menggerakkan tangannya mengusap-usap kepalaku.

"Yoon?"

"Hm?"

"Masih hujan?"

"Ya. Sepertinya tak akan berhenti dalam waktu yang dekat."

Aku melirik ke arah jendela. Benar, bahkan masih terdengar suara petir dalam beberapa menit.

"Dingin" gumamku.

Yoongi yang sepertinya mendengar perkataanku langsung bangkit berdiri dan mengatakan akan mengambilkan selimut. Cih, kukira dia akan berinisiatif memelukku. Oh god! Pikiran apa-apaan itu?! Dasar Jo Jian mesuuuuummm!!!

Selagi Yoongi sedang mencari selimut, aku membaringkan tubuhku di sofa dan memejamkan mataku. Rasanya aku benar-benar akan tertidur dalam beberapa menit kalau saja tak ada sebuah tangan dingin yang mendarat dikeningku.

Aku tak membuka mataku. Masih dalam posisi seperti tadi dan sepertinya hal itu membuat seseorang yang memegang keningku menganggapku tertidur.

Yoongi membentangkan selimut dan menyelimutiku. Kemudian aku mendengar suara pintu kembali dibuka dan ditutup. Sepertinya Yoongi masuk kekamarnya. Ketika aku hendak membuka mata, mendadak saja ada suara pintu kembali terbuka.

Yoongi berjalan kearahku, mengangkat kepalaku dengan sangat hati-hati dan menyelipkan sebuah bantal dibawahnya. Oh astaga, dasar pria manis ini!

Tangannya kembali ditaruhnya dikeningku kemudian mengusap-usap pelan disana.

"Jo Jian, kau gadis terbodoh yang kukenal seumur hidupku"

Hah? Apa itu maksudnya?!

"Benar-benar bodoh"

Tu-tunggu dulu! Apa yang membuatnya berpikiran aku sebodoh itu? Aku selalu masuk kedalam 10 besar meskipun Yoongi selalu berada dalam 5 besar. Jadi, apa yang membuatnya berpikiran seperti itu?

"Kau serius berpikir aku menyukai wanita itu?"

Wanita itu? Siapa? Aku ingin membuka mulutku dan bertanya. Tapi, jika kulakukan itu Yoongi pasti akan berhenti mengatakan apa yang akan dia katakan saat ini. Maka dari itu, aku memilih menahan rasa penasaranku.

"Apa kau tidak sedih, huh?"

Apa? Kenapa Yoongi semakin tidak jelas perkataannya? Aku tak paham.

"Melihatku bersama wanita itu?"

Apa maksudnya Suyoung?

"Apa tidak terlihat cukup jelas?"

Apa maksudnya?

"Menghabiskan waktu selama ini, menurutmu apa?"

...

"Apa kau terlalu bodoh untuk menyadarinya?"

Menyadari? Menyadari ap-

"Menyukaimu"

Ha?!

"Aku menyukaimu bodoh! Dasar gadis bodoh"

"Apa kau merasakan hal yang sama?"

Jantungku berdetak tak karuan. Apa ini benar Yoongi? Bukan hanya ilusiku? Atau sebenarnya aku sedang bermimpi saat ini? Tidak! Jelas-jelas ini sangat nyata dimana aku masih merasakan Yoongi mengelus puncak kepalaku.

"Selamat Tidur" ia berkata seperti itu kemudian pergi.

Tidak! Tidak! Jangan pergi!

"Yoongi!" Panggilku secara spontan. Sedetik kemudian mataku langsung berkaca-kaca.

"Jian?" Muka Yoongi tak bisa dideskripsikan. Ia bingung, heran, dan seperti orang yang tidak tahu apa-apa.

"Yoon" suaraku semakin menciut.

Yoongi mendatangiku. Kemudian duduk disampingku.

Aku mengerahkan segala keberanianku. Mengucapkan apa yang ingin kuucapkan.

"Iya"

"Ha?" Muka Yoongi tampak semakin bingung.

"Iya! Aku menyukaimu!"

"Mm? Ya?"

"Emm... tidak! Aku bukan menyukaimu. Mencintaimu!"

Yoongi terkekeh, "iya-iya" ucapnya sembari mengusap kepalaku.

"Yoon? Boleh aku bertanya?"

"Yaa?"

"Kenapa pacaran dengan Suyoung?"

"Membuatmu cemburu"

"Haa?"

"Kau terlalu lama menyadarinya sampai-sampai aku lelah"

"Yooonn!!!"

"Katakan sekali lagi"

"Apa?"

"Yang tadi"

"Bodoh! Yoongi bodoh...... tapi aku mencintaimu"

"Begitu juga denganku"

.

.

.

End.

Yes, I Love You || Myg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang