bagian hidupku

5 0 0
                                    

Nilai itu fana, hidup tidak ditentukan dengan cara pandang orang lain terhadap kita - Rennata

Hai namaku Rennata Andiny. Aku adalah siswi di salah satu SMA favorit di kotaku. Cerita ini bukan tentang romansa percintaan ala anak SMA.

Cerita ini adalah kisah dimana aku melalui setapak demi setapak badai dalam hidup ku.

Aku tidak meminta kalian untuk respect  padaku. Cukup, mari kita rasakan bersama - sama. Kalian hanya perlu beristirahat soal asmara. Ayo sama - sama kita saling mendukung satu sama lain.

Ini adalah cerita hidupku yang bisa di bilang cukup rumit. Aku adalah seorang penderita depresi. Tingkat depresi ku ini sudah mencapai tingkatan sedang.

Dimana aku selalu hilang minat untuk melakukan aktivitas yang aku sukai, pola tidur yang tidak teratur, bahkan aku juga hampir melakukan dua kali percobaan bunuh diri.

Sampai aku sendiri merasa lelah melakukan itu. Ada saja yang mengurungkan. Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan selfharm.

Aku tahu ini salah. Aku tidak mengajari kalian untuk berbuat seperti ini. Aku hanya membagi kisah ku.

Karena disini, detik ini, aku berada di titik terendah dalam hidup, dimana aku membutuhkan bantuan orang lain tapi mereka memilih mengabaikan ku.

Lebay?

Kadang ya orang lain bertanya keadaan kita hanya ingin tahu bukan ingin peduli.

Aku tidak lebay. Aku bahkan tidak pernah meminta mereka mendengar ceritaku. Tapi aku selalu ada kapan saja saat mereka membutuhkan ku.

Karena apa?

Asumsi ku agar menjadi manusia sempurna serba bisa dan di andalkan di depan orang lain.

Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana cara membuat orang lain tertawa bahagia tanpa mereka tau kesedihan ku.

Sampai orang lain tidak tahu bagaimana caraku sedih. Mereka berpikir tidak ada kata sedih dalam kamus ku.

Tapi nyatanya ..

Salah besar

Setiap malam aku selalu di hantui rasa takut akan masa depan. Bagaimana cara ku menghadapi esok. Harapan orang pada kita bisa jadi banyak sekali. Tapi mereka tidak pernah memanusiakan perasaan kita.

Bahkan setiap aku ingin sekedar bercerita aku selalu memikirkan perasaan mereka. Insting ku selalu berkata "di dunia ini bukan kamu doang yang punya masalah. Jadi jangan egois."
Hingga akhirnya aku selalu mengedepan kan perasaan mereka daripada perasaan ku sendiri.

Haha, sungguh lucu dunia ini.

Yang terjadi justru kita tidak memanusiakan diri kita tapi malah menekan diri kita sendiri.

Tekanan masalah orang tua, teman dan asmara.

Pernah dipaksa teman untuk bercerita, dia bilang seperti ini. "Walau aku ga bisa bantu apa - apa, minimal kamu lega bisa bagi masalah kamu sama orang lain."

Hellow.

Maaf ya. Bukannya gengsi untuk cerita. Tapi karena orang lain selalu membandingkan masalah mereka dan kita dan membuat seolah - olah masalah kita tidak ada apa - apanya dibanding mereka.

Ingat jangan pernah katakan itu.

Kata kata kalian yang membuat kita malas bercerita.

Untuk aku, kamu dan kalian yang membaca ini. Istirahat lah sejanak. Batin kalian butuh istirahat. Jangan terus menerus menjaga perasaan orang lain tapi lupa menjaga perasaan diri sendiri.

Sekarang kamu bisa menangis sekencang - kencangnya. Jangan pikir kan sekitar. Pikirkan apa yang membuat mu bahagia.

Kalian kuat sampai detik ini. Kalian tidak sendiri.

Memang berdamai dengan masa lalu tidak mudah.

Ingat sayangi diri kalian. Kita disini sama - sama belajar. Bahkan aku sendiri masih di tahap proses untuk mencintai diri sendiri.

Ayo kamu bisa, kita bisa.

Jangan pernah menelan dalam - dalam komentar jahat orang - orang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang