GUNADHYA (SATU)

5K 131 3
                                    

Guna memasukkan kedua tangannya ke saku celana sekolahnya. Sedari tadi tak hentinya Guna menghela napas, karena sosok perempuan di depannya ini.

"Guna, kenapa enggak mau terima cinta aku?" Seorang gadis bernama Sheera itu mengerjapkan matanya, sambil menatap Guna penuh harap.

"Kok diem aja?" Tangan mungilnya itu menusuk-nusuk pipi Guna, seolah anak kecil yang sedang mengajak bermain orang tuanya.

"Lo bisa diem, enggak?!" ucap Guna tegas. Sheera menyengir sambil menggeleng.

Dalam hati Guna merapalkan kata sabar, agar tak lepas kendali dan meninju perempuan polos di hadapannya ini.

"Guna, apa besok bakal jatuh cinta sama Sheera?"

"Enggak!" Sheera melipat bibirnya, dan menatap Guna kesal.

"Besok harus cinta sama aku, titik!" Setelah mengatakan itu Sheera melangkah pergi, meninggalkan Guna yang sudah mengepalkan tangannya kesal.

"Sabar, Guna." Guna tak memperdulikan makhluk yang berada di sebelahnya lagi, yang Guna pikirkan hanyalah. Bagaimana caranya agar cewek rusuh itu tidak membuat hidupnya repot lagi.

***

"Guna!"

Sheera berlari ke arah Guna, sambil membawa tas paperbag yang Guna tak tahu isinya apa. Setelah sampai di depan Guna, Sheera tersenyum manis, berusaha menarik perhatian Guna.

"Guna, ini aku bawain makanan buat kamu." Guna hanya diam, menatap paparbag Sheera, tanpa berniat mengambilnya sama sekali.

"Ambil, dong." Guna tetap diam, kali ini sambil menatap Sheera datar.

"Ambil," ucap Sheera sambil kembali menyodorkannya ke arah Guna.

Guna tetap diam lalu melangkah pergi begitu saja, seolah menganggap Sheera adalah jin yang tak terlihat.
Sheera menatap paperbagnya sendu, merasa gagal perjuangannya memasak dari jam tiga subuh.

Namun, Sheera tersenyum. Berusaha menyemangati dirinya sendiri, dan meyakinkan bahwa Guna akan segera luluh karena usahanya.

Sheera menatap nanar paperbagnya. Walau begitu Sheera berusaha tetap baik-baik saja, karena dari awal dirinya sudah tau jika inilah akibatnya mencintai seorang Guna. Jadi, jika ada seseorang yang dapat disalahkan itu Sheera sendiri.

Gadis berbadana itu melangkah lesu menuju kelasnya kembali. Padahal awalnya dia sangat bersemangat ingin menemui Guna.

Sepanjang perjalanan Sheera hanya mengangguk saat ada beberapa orang yang menyapanya. Siapa yang tak mengenal Sheera, gadis mungil dengan suara cempreng yang selalu mengejar seorang Gunadhya.

"Permisi." Seisi kelas mengernyit melihat Sheera yang datang dengan wajah ditekuk. Terutama Kristal, menatap sahabatnya itu dengan memicing curiga.

"Kenapa?" tanya Kristal, menarik Sheera agar duduk dibangkunya.

"Sheera patah hati." Sheera menunjuk dadanya, memperlihatkan wajah sesedih mungkin.

"Kenapa?" tanya Kristal semakin penasaran. Sebenarnya Kristal tau pasti penyebab utama temannya seperti ini adalah Guna.

"Guna cuekin aku." Tuh apa kata Kristal. Pasti hidup Sheera tak jauh-jauh dari Guna.

"Nyerah aja, udah," ucap Kristal gemas.

Sheera beralih menatap Kristal tajam. Membuat yang ditatap menyengir lebar.

"Jahat! Enggak mau temenen lagi." Kristal mengedikkan bahu tak acuh.

Sheera mengentakkan kakinya kesal, memilih menelungkupkan kepalanya di meja. Tak peduli Kristal yang tiba-tiba tertawa kencang.

"Ngambekan lo," cibir Kristal sambil memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

"Ssttt!" Sheera menunjuk jari telunjuknya, tanpa mengangkat kepalanya.

"Oke gue diem," pinal Kristal membungkam mulutnya.

***
Sheera melangkah tanpa minat ke kelasnya. Pagi ini moodnya benar-benar sedang tak bagus, apa lagi saat tak melihat motor Guna di parkiran. Perasaan Sheera jadi tak enak, jangan-jangan hari ini Guna tak membolos.

"Kenapa, lo?" Kristal bersedekap dada, sambil menatap Sheera yang seperti tak memiliki semangat hidup.

"Biasa," jawabnya.

Biasa yang dimaksud Sheera adalah, biasa ditolak oleh Guna. Kristal menggelengkan kepala, merasa heran dengan tingkah laku sahabatnya itu. Entah terlanjur cinta atau tak tau malu, itu semua membuat Sheera terkesan seperti cewek murahan yang ngejer-ngejer cowok macam Guna.

"Lo enggak capek apa? Gue yang liat aja capek," ucap Kristal kesal.

"Enggak dong." Tuhkan, Kristal tebak apa. Sheera itu emang cewek aneh.

"Haduh, miris gue liatnya."

"Enggak usah diliat," ketus Sheera, Kristal mengelus dada. Mengapa sekian banyaknya orang hanya Sheeralah yang menjadi temannya.

Kristal sebenarnya tak keberatan, tetapi sangat keberatan.

Hallo

Entah kenapa beberapa bulan ini kayak males banget up. Sekian lama akhirnya aku memutuskan untuk revisi aja, siapa tau aku bisa tambah semangat. Eh ternyata malah makin buntu.

Ayo dong vote dan komen, itu berarti banget loh buat aku.

Maaf hari ini dikit dulu upnya, soalnya capek. Komen sebanyak-banyaknya, insya Allah aku bakal up yang panjang atau update dua chapter.

Gunadhya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang