가위.

488 67 8
                                    

Siang itu Mark sedang berbaring menatap langit-langit kamarnya, ia sedang tidak memikirkan apapun tapi ia merasa lelah.

Kenapa?

Berkali-kali pertanyaan itu muncul di kepalanya, hanya membuat sakit kepala.

Beberapa menit kemudian terdengar langkah kaki menaiki tangga dengan ribut, jujur saja Mark tidak suka tinggal disini karena suara gampang terdengar kemana-mana.

Sejak tinggal disini terkadang ia merasa sensitif dengan berbagai keributan tertentu. Aneh, tapi ya itu lah seorang Mark Lee.

"Ini kamarnya, kalian yakin akan tinggal berdua?" Suara pemilik asrama, Mark hafal benar suaranya. Tentu saja karena ia sudah tinggal selama dua tahun disini.

"Ia, mungkin kedepannya jika berubah pikiran kita akan mengambil satu kamar lagi" suara itu sangat kelewat ceria dan mampu membuat Mark terkejut, gangguan baru lagi.

"Baiklah, Jaemin dan Haechan selamat datang dan semoga kalian nyaman. Jangan sungkan untuk bertanya padaku, oke? Satu hal lagi jangan memanggilku pemilik asrama, tapi Taeil. Taeil hyung"

Bisa Mark dengar kedua lelaki menjawab dengan kompak, kemudian suara langkah yang mulai menjauh.

Sebenarnya Mark kesal mendengar keributan yang dilakukan kedua orang baru tersebut, ia memutuskan untuk menutup mata sejenak dan pergi ke alam mimpi.

Mark terbangun sekitar pukul 6, dengan cepat ia langsung saja mandi dan berpikir keras apa yang harus ia makan.

Tentu Mark tidak akan memasak, rencananya kali ini akan memesan pesan antar. Ayam goreng terdengar menggiurkan bukan.

Setelah setengah jam menunggu, Mark turun untuk mengambil pesanannya yang sudah sampai. Ketika dia kembali, sebelum memasuki kamar ia melirik ke arah kamar penghuni baru.

Baguslah mereka tidak berisik.

Dengan perut yang sedikit kekenyangan Mark berucap syukur masih bisa menikmati ayam yang nikmat disaat uang sakunya menipis. Memikirkan uang, Mark kembali sedih karena liburan semester ini ia hanya bisa berbaring diatas kasur asrama dan menghabiskan dua bulan penuh dengan kebosanan.

Iya Mark kesepian tidak punya teman. Punya sih, tapi semuanya balik ke daerah asal. Sementara Mark? Oh Ya Tuhan, Kanada itu sangat jauh dan tiket pesawatnya jangan ditanya lagi semahal apa.

'tok.. tok.. tok..'

Ketukan pintu itu sedikit terdengar lembut dan ragu-ragu menurutnya, tidak mungkin si Lucas yang barbar penghuni depan kamarnya. Jadi siapa?

Mark membuka pintunya hingga terbuka setengah, awalnya tidak melihat siapa pun tapi ketika melihat ke kanan bisa ditemuinya sosok mungil dengan kulit sedikit tan. Mark sempat memuji dalam hatinya kalau sosok itu terlihat menggemaskan.

Matanya yang bulat, bibirnya yang ragu-ragu untuk berbicara dan rambut yang sedikit berantakan bagian atasnya. Wow, Mark tidak pernah melihat sosok semanis itu.

"Permisi sunbae, bolehkah aku meminta bantuan"

Mark mengangguk dengan penuh semangat tanpa ia sadari, membuat Haechan tersenyum kecil menanggapi gerakan cepat Mark.

"Boleh aku pinjam guntingmu sunbae?"

"Ya tentu saja, tunggu sebentar"

Mark sedikit malu dengan kamarnya yang berantakan terpaksa harus menutup kembali pintunya dan dengan cepat mengambil gunting.

"Ini guntingnya"

"Terima kasih sunbae" Haechan membungkuk sopan dan kembali ke kamarnya, Mark juga kembali masuk ke kamarnya. Mark sedikit berdebar entah kenapa, ia pun melirik cermin menatap penampilannya.

Mark menggeram kesal dan merasa malu, bibirnya terlihat ada sedikit remahan ayam dan hoodie abu-abunya yang terkena sedikit saos tanpa ia sadari.

Dengar cepat Mark membersihkan kekacauan itu, ia menyemprot kamarnya dengan pengharum ruangan dan tak lupa juga memakai sedikit parfum. Mark sangat sensitif juga dengan bau, ia juga tak ingin orang lain mencium bau badannya sehingga ia selalu seperti itu.

Mark hampir saja melupakan guntingnya setelah dua jam kemudian Haechan kembali datang mengembalikan guntingnya.

Sebelum membuka pintu Mark sempat melirik cermin memastikan penampilannya lebih baik daripada sebelumnya.

"Terima kasih sunbae, selamat malam"  Haechan membungkuk dengan sopan dan tentu saja Mark yang terlihat canggung ikut membungkuk dan mengucapkan terima kasih.

Haechan kembali ke kamarnya dengan sedikit kebingungan dan tertawa kecil.

Setelah menutup pintu kamarnya, Mark sadar dengan tingkah bodohnya. Harusnya ia berucap 'sama-sama' bukannya 'terima kasih'. Bodoh.

Tapi, Mark kembali berpikir kenapa Haechan datang ke kamarnya sementara kamar lainnya juga berpenghuni. Selain itu juga Mark sempat melirik ada kantong belanjaan dari supermarket, lalu kenapa Haechan tidak membeli gunting sebelumnya.

Ah, Mark Lee kamu terlalu banyak berpikir aneh-aneh. Memangnya apa yang kamu harapkan.




Ingin kembali menulis setelah sering kali memikirkan berbagai alur cerita. Semoga ada yang membaca dan menikmati cerita ini. Jangan lupa tinggalkan jejak dan terus cintai Markhyuck 🥺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Is Haechan? - MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang