4

12 1 0
                                    

Dirumah sendiri membuat ku merasa bosan, sangat sepi kadang pun aku takut karena setiap malam aku berada di rumah besar ini sendiri tanpa siapa siapa.

Aku memutuskan untuk tidak kemana mana karena aku tak tau arah jalan pulang,entah aku makin merasa bosan dengan kebiasaan ku yang hanya berbaring dan kadang menonton tv.

Jimin bilang akan pergi beberapa hari ini sudah hari ke 4 aku berharap dia segera pulang, bukan apa aku hanya ingin dia menjelaskan tentang kemarin.

Karena semua nya begitu bekecamuk di pikiran ku

Aku menonton tv sampai larut malam
"elsa" jimin membangun kan ku yang tertidur di sofa denpan tv,dalam keadaan tv yang masih menyala.

Aku mencoba duduk dan melihat ke arah jimin, kelihatan dari muka jimin ia terlihat lelah seperti berkerja sangat gia
"kau sudah pulang? " tanya ku yang masih setenggah sadar
"lebih baik kau masuk kekamar"

Aku tak menjawab pertanyaan jimin, lalu berdiri dan masuk ke kamar saat aku mencoba berbaring, dan aku teringgat janji jimin tapi aku merasa malas untuk menanyakan itu padanya, aku undur untuk menanyakan pada nya esok pagi.
.
.
.
.
.

Pagi nya aku bangun lebih awal ya alasan pasti ingin menyanyakan semua pada jimin,saat aku membuka pintu kamar aku lihat jimin sedang melintas.

"owhh" spontan teriak ku karena benar banar kaget
"kau tak apa?" tanya jimin pada ku yang masih mematung di depan pintu.

"tak apa, untung kau disini aku ingin bertanya padamu si---" kataku terpotong
"siapa aku? " kata jimin
Jelas itu sangat membuat ku kaget bahkan aku sempat membungkam mulut ku dengan tangan kanan ku selama sekitar 2 detik.

"bersiaplah aku akn mengajak mu kesuatu tempat" jawab nya sambil bergegas pergi, bahkan aku belum sempat menyelah perkataanya.

Aku pun bergegas mandi dan bersiap berganti baju yang di belikan olehnya tentu saja siapa lagi, setelah aku tau rumah ku sudah tak tersisa bahkan sebutir pun dan seluruh harta ku telah hilang kini hanya jimin yang memenuhi semua kebutuhan ku.

Setelah bersiap aku pun keluar kamar dan mencari jimin, dan ia juga sudah siap dan rapi memakai jass hitam, kenapa senada dengan baju ku.

Ya hari ini aku memakai pakaian serba hitam entah ini menurutku cocok dengan suasana diluar sana
"kita pergi sekarang" katanya sambil berjalan keluar rumah.

Aku hanya mengikuti langkah nya dan berada di belakang nya,aku naik kemobil dan disusul jimin masuk. Aku masih gugup dan mencoba mengumpulkan nyali untuk memerima kenyataan dan fakta tentang jimin.

Dia mulai menyalakan mesin mobil nya dan pergi meninggalkan rumah, di perjalanan aku masih terus gugup dan aku tak berani menoleh ke arah jimin dan jimin juga fokus menyetir tanpa mengajak ku bicara sama sekali.

Aku melamun karena mungkin aku terlalu takut, tanpa sadar kita sampai di sebuah kedai kopi cukup kecil menurutku dan seperti tak asing dan serasa aku pernah kesini sebelumnya aku mencoba mengingat tempat ini.

"ayo turun" ajak jimin yang memecah lamunan ku
"iya" jawab ku spontan dan bergegas tutun dari mobil.

Aku melihat sekitar rasa nya aneh seperti aku penah kesini, jimin pun membukakan pintu kedai tadi agar aku masuk, ia memilih tempat duduk yang nyaman dekat dengan jendela dan pemandangan langsung mengarah ke halaman kedai yang terbentuk rumput hijau halus disana.

"tunggu sebentar" kata jimin yang meninggalkan aku yang masih kebingungan dengan tempat ini.

Aku melihat sudut sudut ruangan ini hingga pada beberapa detik setelah aku melihat tulisan "elsa shin hye & park jimin" dada ku tiba tiba sesak.

Terkejut bukan kepalang hingga pada akhirnya aku terpejam 3 detik dengan tangan yang mengepal.

Sesaat setelah itu aku teringat pada suatu kejadian bahwa kenyataanya aku pernah kesini,iya tepat nya pada 10 tahun lalu.

Aku di ajak pergi omma untuk makan bersama om jung joen ia teman appa yang telah lama tak berjumpa, kami pun bertemu hingga aku berkenalan dengan sorang laki laki ia lebih tua dari ku 3 tahun, aku masih mencoba mengingat nama nya.

"park jimin" suara yang spontan keluar dari mulut ku
"jadi park jimin adalah lelaki itu" kataku yang masih belum percaya bahwa ini kenyataanya.

Aku benar benar terkejut entah pikiran ku menjadi kacau benar benar hancur aku pun menangis,menangis di meja ini begitu keras dan terisak.

"elsa, gwencana? " kata jimin yang mendekat pada ku dan membawakan 2 gelas kopi, aku justru tambah menangis.

aku mencoba menoleh kearah jimin dan berkata
"jadi kau park jimin, yang pernah bertemu ku sekitar 10 thn lalu? " tanya ku pada jimin sambil menahan tanggis.

"elsa, kau masih mengingatnya" tanya jimin , aku hanya bisa menganguk karena tak sangup lagi untuk berbicara.

Jimin pun mencoba menaruh kepala ku di lehernya hingga aroma maskulin tercium, jimin meneluk ku dan mengelus lembut pungung ku.

aku masih terus menangis semakin sakit mengetahui fakta tentang jimin.

Kenapa aku bisa lupa tentang dia, jika saja aku ingat aku tak bersikap begitu padanya.

Setelah aku cukup tenang jimin pun melepas pelan pelukanya Dan kembali mendudukan ku dalam keadaan tegap.

"aku ingin mengambil sesuatu " katanya lalu bergegas pergi entah kemana mungkin kemobil karena aku dengar suara pintu yang tebuka saat jimin pergi.

Tak lama ia kembali
"ini, baca dengan teliti" ia memberikan sebuah amplop coklat yang cukup besar
"apa ini? " tanya ku yang langsung menarik amplop itu, dengan suara ku juga yang masih sedikit terisak.

"surat perjanjian" jelasnya
"perjanjin? " tanya ku dan benar benar terkejut dan masih belum berani membuka amlop itu.

"perjanjian antara appa ku dan appa mu" jelas nya
Aku makin bertambah bingung mereka berjanji apa? Apa ini tentang aku dan jimin.

Dengan pelan aku mebuka tali amplop itu dan mencoba menarik kertas putih didalamnya dan ternyata sudah tertulisi,aku behati hati dalam membaca

               Surat Perjanjian
To: park jimin&elsa shin hye
  Memberitahukan bahwa kami jung joen dan young shin kami berdua akan berjanji akan menikahan anak kami pada umur jimin 25 tahun dan elsa 22 tahun, ini akan menjadi bukti untuk kita bisa menyatukan mereka

Ditanda tangani
Jung joen                       Young shin

Sontak aku benar benar terkejut dengan isi perjanjian ini,jadi pada kenyataanya jimin adalah calon suami ku, pantas ia mengaku pada dokter klu ia itu suami ku.

Ia juga mau merawat dan menjaga ku bahkan mau menampung ku di rumah nya dan membelikan ku pakaian hingga memberi ku kartu kredit.

Tapi kenapa appa tak penah bilang pada ku soal perjanjian ini walaupun aki saat itu baru umur 12 tahun tapi seharusnya ketika aku mulai besar appa memberi tau ku, agar aku tak seterkejut ini.

Eh gaess, kalian udah tau kan jimin itu sebenarnya, gimana² oke? Lanjut?  Baiklah jangan lupa buat tinggalkan coment dan vote luvv semuanyaaa 💜💜💜🙏

Serendipity with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang