5

7 1 0
                                    

Aku hanya belum bisa menerima semua ini, aku belum juga mempercayai jimin walaupun dia bersikap baik pada ku.

"aku ingin pulang" kata ku pada jimin yang masih meminum kopinya
"kenapa? " tanyanya
"aku merasa sedikit pusing" jelasku
"baik lah" kata jimin yang lansung kopi menaruh nya di meja lalu mebantu ku berdiri.

Ia menuntun ku keluar dari kedai dan masuk kemobil, aku benar merasa pusing bahkan ketika menghirup bau di dalam mobil ini padahal tadi aku masih baik baik saja.

Di perjalanan aku terus memegangi kepala ku hingga semua menjadi gelap dan hitam.
.
.
.
.
.
Sinar cerah dari jendela membangunkan ku,kepala ku sudah tidak pusing,rasa pusing nya sudah hilang.

Aku menyoba pindah dari posisi tidur ku yang lebih nyaman namun saat akan pindah aku memegan suatu tekstur yang sangat aneh padat, besar dan aku sepontan melihat kesampingku.

Di samping ku ternyata ada sosok jimin yang tidur di sebelah ku spontan aku beteriak
"ahhh, jiminn" aku berteriak sambil memukulinya dengan bantal berkali kali sampai ia terjatuh dari ranjang.

Jadi semalam aku tidur dengan jimin? Oh tidak ia menjebak ku, kesucianku telah hilang.

ia pun berdiri dan menghadap ku yang kesal ini
"aku minta maaf, aku pikir kamu sakit jadi aku ingin menjaga mu" katanya dan bergegas keluar kamar.

Aku kasal, aku menyadari ada yang berbeda dengan baju ku, perasaan aku tidak pakai ini kemaren.

Jangan jangan jimin yang sudah menganti baju ku diam diam
"ohh tidakk, jimin ya" teriak ku pada jimin, dan bergegas beranjak dari ranjang dan mencari jimin.

"jimin ya, semalam kau ganti baju ku apa maksudnya?" tanya ku dengan muka yang memerah karena kesal dan Marah pada jimin yang sedang minum air putih
"kau ini pikun atau gimana kau sendiri yang berganti pakaian".

Aku sontak terkejut "aku tak mengingat apapun" jawab ku lirih
"mungkin kau sedang bercanda" katanya yang seakan bercanda.

Jimin yang akan pergi dari ku
"jimin ya" panggil ku
"iyaa" jawabnya sambil kembali menatap ku
"aku masih ingin kau jelaskan tentang kemarin" bilang ku cukup tegas

Jimin menarik nafas panjang dan mengajak ku duduk di sofa,kini kita saling behadapan saling menatap satu sama lain.

"Aku tau surat ini sebelum appa ku meninggal 4 tahun lalu, ia memberikan ini pada ku lalu ia bilang aku wajib melaksanakan perjanjian ini"

Ia menarik nafas panjang yang sulit ku artikan.

"awalnya aku terkecut karena aku rasa perjanjian itu hanya perjanjian antara teman semata tapi appa begitu memaksa ku untuk mencari mu sampai ia meletakan ini di dalam Surat wasiatnya".

"tepat 2 hari setelah appa ku meninggal aku mencari keberadaan mu, aku sampai mencari tau tentang mu sampai akhirnya aku menyerah, sudah lebih dari 2 tahun aku mencari mu tapi nihil"

"tapi beberapa minggu lalu aku mendapat kabar bahwa kau berulang tahun ke 22, aku ingin segera melamar mu saat itu"

"aku dapat info dari teman appa tentang rumah mu, tapi sesampainya aku di rumah mu aku malah bertemu dengan tetangga mu yang bilang klu appa  dan omma mu mengalami kecelakaaan mereka meninggal"

"sontak aku mencari mu kemana mana, hingga aku menemukan mu berada di kedai sedang minum soju, awalnya aku berani menghampiri mu untuk menjelaskan ini semua karena diri mu sedang kacau"

"aku memberanikan diri bertemu dan menyapa mu, kau malah pingsan di pelukanku,aku sangat kawatir saat itu aku lansung berjanji pada diri ku sendiri untuk selalu menjaga mu"

Aku pun masih terkejut dan tak menyangka dengan penjelasan jimin aku pun masih diam dan tak memasang reaksi apa².

Jimin mendekati wajah ku dan bilang
"apa kau sudah tak sabar menikah dengan ku" tanya yang di bisikan di telinga ku membuat terkejut dan mehancurkan lamunan ku yang kacau.

Aku pun spontan menjauh kan bahu jimin dari ku
"sudah lah, jangan bahas itu"kata sambil berdiri dan mencoba pergi
Tapi malah tangan jimin menahan ku.

"aku sudah menyiapkan pernikahan nya" kata jimin yang seakan mengancam
"apa? " kata ku spontan
"iya, sebaik nya kita segera melaksanakanya" kata jimin
"kau menyiapkan itu semua tanpa meminta pendapat ku? " tanya ku pada jimin sedikit membentak.

"aku hanya ingin segera melasanakan wasiat ayah ku" jelas jimin
"aku sudah tidak punya keluarga,siapa yang akan menjadi saksi pernikahan kita? " tanya ku pada jimin.

"aku punya banyak teman, aku akan mengenalkan ke kamu nanti malam" jawab jimin
"hah nanti malam?"
"lebih cepat lebih baik, agar kamu bisa lebih akrab mereka" jelas jimin kembali.

.
.
.
.
Saat aku baru selesai ganti baju jimin mengetuk pintu kamar ku dan aku bergegas membuka nya.

"pakai ini untuk acara nanti" katanya sambil memberikan tas karton
"baju baru lagi?" tanya ku
"sudah banyak baju ku dan menurutku semua nya bagus dan pantas untuk ku pakai" kata ku lagi.

Jimin tiba tiba melangkah mendekat pada ku lalu aku perlahan melangkah mundur hingga aku terduduk di ranjang, aku pun mendongak ke arah jimin dengan rasa takut.

Jimin memegan kedua lengan ku secara bersamaan, mendorongku kebelakang dan hingga aku tertidur.

Wajah jimin seakan akan akan menerkam ku, aku memejamakan mata tanpa sedikit pun bergerak dan mengelak
"tunggu, tunggu sampai kau jadi istriku" katanya sambil bergegas pergi meninggalkan aku yang masih berbaring di ranjang.

Aku menghembuskan nafas pelan penanda lega, dasar jimin cari kesempatan,aku ngk akan kebobolan lagi.

Aku bersiap dan memakai dress yang di belikan jimin tadi, begitu pas dengan tubuh ku dan begitu membentuk pingang ku.

Warna nya soft peach yang sangat cocok dengan warna kulit ku, aku pun berias dengan riasan yang natural agar terlihat lebih fresh.

Aku menata rambutku untuk agar telihat lebih sempurna, agar lebih sempurna aku menyemprotkan parfum yang bau nya sangat lembut.

"drakk" suara pintu terbuka, spontan menghadap belakang aku dapati jimin yang sedang berdiri di tengah pintu sambil menatap ku yang masih bersiap siap.

"lain kali ketuk pintu dulu" kataku
Tapi beberapa detik berlalu jimin tak menjawabku,aku mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah ku.

Tiba tiba jimin memeluku dari belakang,aku terkejut bahkan aku tak menyadari bahwa kita menatap cermin yang sama, aku dan jimin mematung dalam pelukan kami tak saling bicara, seakan aku larut dalam hangatnya pelukan nya.

Akhirnya aku bertanya untuk memastikan sesuatu
"aku nasih belum yakin dengan penjelasan mu tadi" tiba tiba pelukan jimin mengendor, dan akhirnya ia tak memeluku lagi dia malah memengang lengan ku dan memutar ku mengarah padanya.

Kini kita saling bertatapan,tatapan jimin serius jimin menjilat bibir bawahnya dan berkata
"aku akan lebih menyankinmu, dengan bertemu teman ku" jelasnya.

Aduh bambank aku nulis apa sih belum dapet ya fell nya maapp 😑🙏
Lanjutt ngk nih, insyaallah bakal seru kok hehe bakal hot eakk.
Jangan lupa buat coment dan vote ya bucin bangtan ku tercintahh 😂💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serendipity with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang