#1

160 54 14
                                    

Jika sedang memikirkan tentang kehidupan, ingatlah bahwa,
Tidak ada rasa bersalah
yang bisa merubah masa lalu.
Dan tidak ada rasa gelisah
yang bisa merubah masa depan.
****

19.35 pm
Waktu terus berputar setiap jam, menit, bahkan detik. Terkadang ia merasa bahwa waktu cukup egois terhadapnya. Mereka terus menyaksikan berbagai kejadian dari masa ke masa, tapi tidak pernah sekalipun memberikan sedikit cerita dan pengalaman yang telah mereka lewati. Terkadang ia merasa iri terhadap waktu, mereka diciptakan untuk melupakan kejadian masa lampau dan terus mengikuti alur waktu ke depan. Namun terkadang ia merasa dirinya sama dengan waktu. Ingin berbicara tapi tidak tau dengan siapa, tidak ada yang pernah mendengar walau hanya sebentar.

Biru memiliki beberapa kebiasaan yang cukup sederhana. Selain memperdebatkan soal waktu dengan dirinya sendiri ia juga suka untuk membaca beberapa novel yang ia beli di sebuah toko buku ternama. Sesekali ia tertawa, menangis, cemas, ketakutan ketika sedang menghabiskan waktu dengan novel kesukaannya.

Tak jarang ia dianggap dingin oleh anak-anak lain, bahkan beberapa orang merasakan kengerian ada di dalam dirinya walaupun tidak pernah bertegur sapa. Tetapi Biru tetap menjadi Biru, dia tidak pernah memaksakan sesuatu agar orang lain dapat menyukainya. Bukan karena sombong, tapi memang itulah Biru terkadang sulit untuk di deskripsikan.

Waktu kian berputar, dikamarnya Biru sedang mendengarkan beberapa lagu favorit bermodalkan mp3 jadul milik ayahnya. " To the sound from deep within. " ujarnya menyanyikan potongan lagu itu. Ia menghela nafas kasar, kakinya turun dengan mantap berjalan menuju meja belajarnya. Sekali lagi ia berhasil membuat ukiran indah di tangannya, " Hey, kamu nomor 20."

***

07.00 am

Biru mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai blueberry diatasnya. " Pagi," ujar malaikat bumi lengkap dengan daster dan jedai biru di rambutnya, " Gimana tidurnya?". Biru mendongak, " Baik. "

08.15 am

Matematika, pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan pelajar. Begitupun dengan Biru, sepanjang pelanjaran ia hanya bisa mengangguk dan menguap. Dua jam menghabiskan membaca novel akan jauh terasa cepat daripada belajar matematika. " Coba Biru maju ke depan kerjain soal nomor tiga. " teriak Bu Maya yang sukses membangukan Biru dari lamunan paginya.

Sepanjang melangkah, sorotan mata hanya ditujukkan kepada Biru. Bagai pedang, bahkan beberapa orang mulai berbisik. Jari jemarinya mulai memainkan spidol dalam goresan tulisan di papan tulis. Biru terdiam sejenak, " Biru! " kali ini dia tidak salah dengar benar – benar ada yang memanggilnya. Ia menengok sedikit kearah sumber suara, rupanya Salsa yang memanggil. Gadis terpintar sekaligus tercantik dikelasnya. Salsa mendirikan bukunya menunjukkan lebih dekat pada Biru, " Ikutin aja rumus yang ini nanti gue bantuin pelan-pelan, " Salsa kemudian mengganti tulisannya menjadi deretan angka tidak lupa kata 'semangat' terpampang jelas pada kertas itu.

10.03 am

" Biru! " panggil Salsa dari ambang pintu, yang kemudian berjalan mendekat sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi putih miliknya, " Mau ke kantin? "

Biru mengkerutkan kening tidak mengerti, " Lo ngajak gue? " Tanya nya memastikan.

" Ya iya, jelas – jelas gue manggil nama lo. "

" Ngga usah Sal, makasih. " jawab Biru melanjutkan membaca novel ditangannya.

" Ayolah, dikantin banyak makanan yang harus lo coba. Ada baso, nasgor, siomay, roti ba.." belum selesai Salsa menyelesaikan kalimatnya lebih dulu Biru memotong. " Gue ngga perlu rasa kasihan lo, " kali ini Salsa yang mengkerutkan keningnya, " Maksud lo tadi bantuin gue apa? Ok makasih atas bantuan lo tadi gue akuin, tapi sekarang kenapa lo jatohnya sokap?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BiruWhere stories live. Discover now