"Bangkitnya manusia tergantung pada pemikiran tentang hidup, alam semesta dan manusia, serta hubungan kegiatannya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya." (Syekh Taqiyyudin An-nabhani dalam kitab Nidhamul islam)
Iman, bukanlah sekedar mengucap aku percaya, iman, bukan sekedar berjanji untuk menjalankan agama dengan ibadah mahdhah, tapi tentang pemikiran, dimana seseorang mampu memahami konsep cara berfikir yang islami. Iman adalah konsekuensi kita bagaimana kita akan mampu berusaha menjauhi larangannya terlebih dahulu lalu memprioritaskan allah sebagaimana allah memprioritaskan kita sebagai hamba.
Sudah hampir setengah tahun aku menjadi mahasiswi di salah satu kampus berbasis agama dan teknologi yg ada di jakarta. Mempunyai sejuta target menjadi penulis dan pengamat ummat dari segi kemajuan berkomunikasi maupun di dunia sebenarnya yaitu di lingkungan sosial dan bermasyarakat. Tak banyak berteman, namun terkadang mereka yg sudah lama menghilang akhirnya datang meminta saran dan segala bentuk empatiku. Entahlah, apa yang mereka butuhkan terhadapku, yang pasti prinsip pertemananku itu yang penting sama-sama se iman, tidak rasis, suka mengingatan ketika aku salah, dan satu lagi, selalu memahami satu sama lain. Hehehe. Pov~
"Dek, mau mas antar ke tempat temanmu? Mas sudah dijalan mau pulang" kata suamiku
"Iya. Ditunggu di rumah yaa sayang?"
"😘" hanya itu kiriman terakhirnya
"🤗" ku balas lagi chat suamiku dgn manja, heheSetibanya suamiku di rumah, ku sambut dengan menyodorkan keningku untuk dia cium setelah ucapan salam terucap pada bibirnya yang masyaa allah itu. "Assalamu'alaikum, dek, mas pulang..😘🤗"
"Wa'alaikumussalam warohmatullah.. Ya allah mas, ayo ayo duduk dulu, adek sudah buatkan teh hangat kesukaan kamu sama pisang gorengnya barangkali mas lapar😊"
"Masyaa allah dek, yaudah mau diantar tahsin jam berapa?" tanyanya sambil mengunyah pisang goreng yang ia ambil di piring
"Jam 4 mas, kamu mandi dulu aja toh musyrifahku belum pulang ke kostan dia" jawabku sambil ku lepaskan sepatu dan kaos kakinya kemudian ku rendam dalam air hangat yg ku siapkan dalam bak kecil.Sudah jadi kebiasaan kecil di keluargaku, untuk selalu mencuci kaki suami setelah pulang aktifitas, karena selain bentuk berbaktinya kita kepada suami, sekaligus untuk menghilangkan penat, agar suami tak malas beribadah dan semangat untuk berbagi pendapat ketika istri ingin menuangkan keluh kesah atau pendapat seputar sejarah rasul kita dulu. Kebetulan suamiku adalah seorang ikhwan yg memahami akan sejarah dimana dulu pemerintahan islam pernah berdiri dalam naungan ajaran Rasulallah shalallahu'alaihi wasallam.. Bagiku, dialah satu-satunya orang yang kini menjadi suami sekaligus sahabat terbaikku. Selalu mengingatkan ketika salah, dam selalu berlaku baik walau aku sedikit keras kepala. Hehe.
Next.. 👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Muhasabah
SpirituellesDakwah Story Dalam diri manusia pasti terdapat kesalahan yang sudah melekat sejak manusia itu mulai bertumbuh kembang menjadi remaja dan dewasa. Maka dari itu, untuk memuhasabah diri, kita wajib untuk menyadari setiap hari ada hal apa saja yang kit...