part 5

0 0 0
                                    

40 hari kepergian Doni dengan keberanian yang kukumpulkan aku bersama Rendi dan Imel menuju rumah Doni, mamanya mengundang kami. Walau berat aku ingin menyapa mama dan papanya, aku ingin minta maaf karena tidak mengunjugi mereka lebih awal. Kakiku seakan tidak ingin melangkah masuk, Imel meremas tanganku yang dingin “Semua baik-baik saja Del, ayo sayang” tuntun Imel dan Rendi. Melihatku mama Rendi menghampiriku dan memelukku, tangisnya pecah, semakin keras pelukannya semakin deras air matanya, dan entah mengapa air mataku tidak mengalir walau dadaku terasa sangat sesak. Pukul 21.30 WIB kami berpamitan, mama Doni menghampiriku, memberiku sebuah album foto seukuran binder bersampul hitam. “Doni sangat mencintaimu nak” katanya mencium keningku, dan air mata hangat memilih keluar, aku berusaha tersenyum sambil berpamitan. Rendi menuntunku keluar menuju mobil yang sudah menunggu.

Setelah sahabatku pergi, aku membuka album foto itu, Doni ternyata memotretku berkali-kali, semua yang dikatakannya di kafe pertama kali dia menembakku benar, foto saat masa ospek kami, foto-foto konyolku, foto kami berdua, foto saat persiapan foto BTS, aku tersenyum melihatnya beriringan semakin sesak dadaku, aku memegang dadaku yang terasa sangat sesak, aku rindu, aku sangat Rindu, Tuhan aku rindu, aku tertidur dengan album foto ditanganku.

“Mel lu dimana?’” tanyaku saat Imel menjawab telponku. “Di rumah Del, kenapa?” tanyanya balik. “temani gua ke makam Doni dong besok” pintaku, hari ini adalah seminggu setelah pengumuman kelulusan UN, dan hari ini juga aku menerima surat dari Lembaga beasiswa bahwa aku diterima menjadi salah satu siswa yang berhak kuliah di Jepang, aku memilih bangkit dan memutuskan pergi ke Jepang, memilih menjalani takdirku, iya karena cinta Doni berhasil membuatku kuat kembali, Dia memberiku cinta yang banyak ditambah cinta dari orang-orang disekitarku. “okee besok jam 10 ya Del gua jemput” kata Imelda sebelum mengakhiri telpon.

Tepat jam 10.30 WIB aku sudah berdiri di depan makam lelaki yang menjadi cinta pertamaku, aku menyapanya dalam hati, lalu duduk dan memulai membacakan surah Yasin untuknya, disampingku Imel juga melakukan hal yang sama, setelah selesai membaca surah yasin aku mentap lama nama di pusarah itu, nama yang selalu membuatku berdebar dan Bahagia, nama lelaki yang setiap hari membawakan aku cinta dengan porsi yang besar, dan aku baru sadar tentang cinta yang berlimpah yang diucapkan Tante Hasti, iya cinta seperti yang Doni berikan selama ini, cinta yang masih tetap sama walau pemiliknya  telah pergi menghadap penciptanya. “Sayang aku akan ke Jepang, seperti katamu dulu waktu menemaniku mengurusnya, aku harus menyelesaikan studyku di Jepang, aku di terima sayang, mungkin aku tidak akan mengunjungimu dalam waktu yang sangat lama, tetapi percayalah cintamu akan menemaniku setiap hari. Setelah mengatakan itu aku bangkit, Imel menatapku dan aku tersnyum ke arahnya, “Aku ikhlas sayang, semoga Allah mencitaimu selalu karena kamu baik”.

Hari ini aku berangkat ke Jepang, nenek, Tante Hasti, Imel dan Rendi mengantarku ke bandara, mereka lebih banyak menangis. “aku hanya pergi sekolah, kalian jangan sedih nanti aku di DO sebelum sampai di Jepang” kataku menghibur mereka, membuat mereka semakin mewek. Nenek memelukku erat, dari semalam dia sudah memberiku wejangan yang sangat panjang, membungkuskan aku makanan, seolah-olah di Jepang aku tidak akan bertemu makanan, tante juga sudah memberiku petuah, dan dua sahabatku ini hanya berkata agar aku cepat pulang, aneh belum pergi aku di suruh pulang. Aku melangkahkan kakiku ke pesawat, aku mendapat tempat duduk dekat jendela. Aku menatap keluar iya aku harus bersemangat, aku harus memberi cinta yang banyak untuk orang-orang di sekitarku karena aku telah menerima cinta yang berlimpah, aku tidak boleh menyerah, aku harus memberi banyak manfaat buat orang-orang disekitarku, pemikran-pemikiran itu membuat wajah mama, Doni muncul bergantian sambil tersenyum. “Terimah kasih Doni, terimah kasih sudah menjadikanku wanita yang menerimah banyak berkah, kamu tahu cintaku lebih besar dari kata besar itu sendiri, aku tidak akan menjanjikan kalau aku tidak akan jatuh cinta lagi, karena wanita sepertiku jatuh pada butuh, tetapi akan kupastikan ruang yang kamu isi dengan cinta di hatiku tidak akan ditempati siapa pun, sampai aku menutup usiaku”.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Lelah Menatap Punggung Yang BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang