Pov Max
Menyamakan bias cahaya yang menilisik di retina ku. Merasakan genggaman erat yang selalu kurindukan.
Kuhadapkan tubuhku untuk melihat semua garis wajah yang ada di hadapan ku. Sungguh merindu yang menyakitkan. Dia pun sama menyakiti diri sendiri tanpa di sadarinya ,terlihat dari lingkar mata dan wajah lelahnya.
Ku sentuh bulu halus yang menumbuhi di sekitar wajahnya. Hingga sentuhan ku mengusik istirahatnya. Mata kami bertemu ,mata yang selalu ku rindu.
"Apa tidak sakit hmm ?"
Entah apa yang ada di pikirannya hanya isakan kecil yang ku dengar hingga tubuh ku sudah berada di dekapannya. Hanya kata "maaf" yang di katakannya.
"Orang itu sudah sadar ,dan sepertinya dia akan kembali nona".
Sudah 1 minggu yang lalu aku keluar rumah sakit. Sebisa aku selalu mengatasi kaset rusak yang sudah mendiami isi pikiranku ,selama itu pula Dave menemaniku yang selalu terbangun di tengah malamku. Dan saat ini aku sudah berada di mansion yang di beli Dave. Dave bilang tak ingin kembali ke apartementnya.
Di saat ini aku pun tak banyak interaksi yang berlebihan tetapi tak menutup kemungkinan untuk rindu yang benar - benar menyesakan segala yang ada. Tetapi masih terlalu menyakitkan. Dave tak mengijinkan aku untuk pulang ke apartemen yang kumiliki.
"Max ,bisa kita bicara sebentar ?"
"Bicaralah ..."
"Max sungguh maafkan aku ,aku menyakitimu lebih dalam ..." Pandangan sendu yang selalu ku benci ,pandangan yang membuat aku akan jatuh akan kedalam kubangan yang sama.
"Maafkan aku Max ,dengan caramu yang setiap malam setelah aku melihat sendiri ,aku benar-benar menghancurkan mu kesekian kalinya dan ini lebih terlalu kelewat batas dan aku menyesalinya ,aku mohon Max ..." Putus asanya.
"Apa yang harus aku lakukan Dave ... Semua sudah terekam dengan jelas dan sudah menjadi kaset rusak di telingaku ,apa yang kau harapkan lagi Dave ,hati dan mental ku sudah rusak ,seberusaha mungkin aku menutupi semua untuk orang lain yang tak mengetahui aku di dalamnya ,terima kasih atas semua yang kau berikan ,aku hanya tetap menetapkan diriku sebagaimana mestinya dan tak melangkah lebih jauh lagi. Dan aku sudah memaafkan mu jauh sebelum kau meminta maaf dariku." Kataku dingin ,datar ,dan tak berekspresi.
"Maxime Benjamin is that .. you .." lirihnya.
"Ya ,ini aku ,sisiku yang tak kau ketahui .. boleh aku pamit ,aku lelah".
Tanpa aku menunggu jawaban dari Dave ,aku langkahkan kaki ku ke kamar tamu yang mulai malam ini aku tempati ,sudah cukup bagiku malam - malam sebelumnya untuk Dave memintaku selalu disampingnya.
Menutup dan mengunci pintu ,merasakan tubuh ku yang bergetar ,menutup semua ketakutan dan ketraumaan ku. Melangkahkan kaki ke kamar mandi dan mengguyur tubuh rapuh lemah dan tak cukup berpijak lebih lama lagi dengan air dingin. Ketukan keras di pinta luar kamar menghinggapi telinga tapi ku tulikan semua.
Pov Dave
"Jangan sekalipun kau tinggalkan Max di kamar tanpa pengawasan orang lain Dave ,karena yang selalu kulihat Max selalu mengguyurkan atau merendamkan tubuhnya di air dingin ,di daerah perkotaan sudah kita rasakan temprature dinginnya seperti apa ,bagaimana kemarin di mansion yang di dekat bukit dan laut yang akan selalu menghembuskan angin dinginnya ,apa lagi disaat semua tengiang di telinganya sendiri ,Uncle mohon kau bisa menjaganya ,berada di samping orang yang dirindukan itulah keinginan terdalam hatinya walaupun Max sendiri masih menepis semua itu." Uncle Brad
KAMU SEDANG MEMBACA
I Trust You
RomanceHujan yang selalu menemani di saat seperti ini, seakan mewakili hati yang turut ikut untuk campur tangan akan kesedihan menunggu cahaya terang, walau entah kapan cahaya itu akan menerangi hati yang sudah terlanjur redup akan kekecewaan rasa terkhian...