Hai, kenalin. Nama gue Sera. Selvia Arasya. Sepertinya kalian semua sudah kenal gue sih. Gue anak terakhir dari 13 bersaudara. Satu-satunya tuan putri di rumah ini.
Iya, saudara gua cowok semua.
Gue tau jelas kenapa gua bisa terdampar di rumah ini. Gua diangkat anak sama sepasang suami istri di rumah ini. Gua dateng kesini saat umur gua 2 tahun, ditemuin kesasar di taman bermain dan orang tua gua gak ada jemput ataupun nyari gua.
Miris.
Dan disinilah gue. Didepan cermin dengan seragam SMA sambil mematut diri.
Oke aku lupa udah cantik dari lahir. Jadi gak usah kelamaan ngaca.
Aku mengambil tas ranselku, lalu turun ke lantai bawah. Dapur tepatnya.
"Eh, Ra, tumben udah siap lu." Aku menoleh. Laki-laki yang kebetulan kamarnya bersebelahan dengan kamarku ini menyapaku dengan cengiran khasnya.
"Tuh kan, gue telat salah. Gue cepet salah. Mau lu pada apasih?" Keluhku sementara bang Kamal tertawa.
"Ya kan biasanya orang itu berubah pas mendekati detik terakhirnya gitu." Aku mendelik, lalu menabok kencang pinggangnya dengan tasku.
"Lu kalo mau ngajak ribut, jangan sekarang. Abis ini gua ada ulangan matematika." Sahutku. Bang Kamal yang masih mengusap-ngusap pinggangnya mendelik. "Ya gak usah nabok gua juga kali Ra." Keluhnya lalu berjalan menuruni tangga.
Aku menghela napas. Berusaha menahan emosi di pagi hari karena gak boleh marah-marah kalo masih pagi.
"Ra," aku menoleh lagi. "Nyontek PR bio dong. Gua belom nih."
INI LAGI SATU YA AMPUN KAGAK TENANG BANGET PAGI GUA.
"Dibawah aja bang, sekalian makan. Laper gua semalem belom makan." Usulku. Bang Tiyo hanya menipiskan bibir lalu mengangguk pelan. "Tunggu gua ambil tas dulu." Jawabnya pelan. Aku melirik arloji berwarna navy di lengan kananku. Masih jam enam lewat dikit sih. Masih santai sih.
TAPI INI KENAPA SATU MAKHLUK BELOM KELUAR JUGA SIH UDAH HAMPIR SEPULUH MENIT??!
Aku mengetuk pintu kamar di depanku agak kencang. "Bang Tiyooo, lu ngapain lagi sih di dalem??" Teriakku.
Jangan-jangan...
"Duluan Ra, gua berak dulu."
TUH KAN.
Gue menghela napas keras lalu segera berlari ke bawah. Perut gue udah gak bisa diajak kompromi lagi. Udah cukup gue tertunda buat makan.
"Ra,"
"DI DAPUR AJA NAPA SIH?! GUA LAPER TAU GAK!"
Eh
Bang Yuan memiringkan kepalanya, lalu menjulurkan tangannya ke dahi ku.
"Badan lu gak panas samsek tuh." Ia menurunkan lengannya lalu merogoh kantongnya. Ia mengeluarkan bungkusan kecil berwarna merah. "Kayak mau PMS lu, mau permen gak?"
"Bang," ia menatapku datar. "Gua lagi laper, permen doang mah gak cukup." Ujarku malas.
"Ya kalo laper ke dapur lah. Ngapain berenti disini?"
BUSET ABANG SIAPA SIH??!
Aku memekik tertahan sambil mengangkat tangan membentuk cakaran di udara lalu pergi meninggalkannya.
BODO AMAT BANG YUAN BINGUNG KESEL BAT GUA
Aku langsung berlari ke dapur. Disambut dengan keriuhan dua abangku yang sedang memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweet 13th
FanfictionTak pernah ada kata sempurna di dunia ini. Tak terkecuali dalam keluarga. Tapi dengan semua ketidaksempurnaan itu, kita belajar seperti apa menyayangi, menjaga, melindungi yang kita punya apapun keadaannya. Ini kisah tentang 13 bersaudara dan Selvia...