Aku menghela napas berat. Seharusnya kami sudah pulang sekarang. Tapi karena saat istirahat pertama kita gak ke kantin dan istirahat kedua kita malah sibuk, alhasil kita jadi makan dulu di Kafe dekat Sekolah.
"Ini masih lama ya ngantrinya?" Keluh Yeno di sampingku. Aku memutar bola mata jengah sambil menatap lima orang lain yang berbaris di depan kami lalu mengangguk perlahan.
"Lagi kenapa gak langsung pulang aja sih No? Kan bisa makan di rumah aja." Kataku berbisik sambil celingukan takut ada yang dengar.
"Jarang-jarang si Kamal mau traktir Ra." Katanya melas. Gue mendelik gemas, pengen nampol tapi gua juga laper dan agak gak bertenaga.
"Hai Kak Sebi." Aku menoleh melihat segerombolan anak seangkatanku menyapa Sebi dan yang lain. Mereka memang duduk tidak terlalu jauh dari pintu masuk.
Sebi hanya meringis sambil menganggukkan kepalanya, lalu kembali melanjutkan tugasnya. Sementara yang disapa balik malah cekikikan kecentilan.
Cuih, kebiasaan.
Pemandangan seperti ini gak sekali, dua kali, lima kali, atau sepuluh kali gue alamin. Berkali-kali. Bingung juga kenapa gue selalu noleh kalo ada yang manggil, nyapa, atau godain gitu deh.
Ah, gua lupa cerita.
Di sekolah ada istilah 'lima titisan syurgawi pemikat hati'.
Ga usah tanya gue kenapa namanya kayak di film avatar atau sejak kapan ada julukan kayak gitu. Gua juga gak tau.Tapi maksudnya itu adalah lima abang gue yang dimata mereka itu terlalu perfect.
Ada Sebi, mantan ketua osis yang masih aktif basket sekolah. Dia mempunyai garis wajah yang kalem, tapi karismatik ketika mukanya serius. Jangan lupakan juga lesung pipit kecil di pipinya. Senengnya makan, tapi badannya bagus bagus aja. Gak pernah gemuk atau gimana gitu, yang kadang bikin gue envy sendiri.
Yeno yang notabene anak emas nya basket juga tak kalah tenarnya sih. Dia kalau udah bareng Sebi oper bola basket, bisa bikin tim lawan pengen gali kubur aja karena tahu bakal kalah. Dia ramah ke siapa aja, tapi punya humor kelewat receh.
Orang-orang juga bilang Yeno sama Sebi itu mahoan. Mereka sekelas, satu ekskul yaitu basket, senengnya makan, sampai ada istilah "dimana ada Sebi disitu ada Yeno dan sebaliknya."
Megi, dia anak olimpiade aktif. Anaknya diem, kalau udah marah ya serem, tapi kalau udah senyum mah bikin cewek ambyar aja. Dia masih kelas 11, tapi udah dapet jaminan beasiswa di Aussie untuk dia kuliah nanti.
Kalau Megi juara satunya, maka Tiyo juara duanya. Kadang mereka juga suka gantian. Tiyo juga anak olimpiade. Walaupun dia masih kelas 10, dia gak pernah berhenti nyumbangin piala buat sekolah. Mukanya kalem gak kayak kelakuannya. Dia suka belajar sulap, jadi suka ngusilin orang make jurusnya.
Kamal itu anaknya aneh. Dia bisa kalem dan aktif secara bersamaan. Dia bisa rame receh tapi bisa diem main catur di pojokan. Dia paling rusuh kalau lagi di ekskul basket tapi bisa mendadak tenang di ekskul membaca. Dia suka bilang, sebenernya dia itu keturunan raja Jerman makanya mukanya ganteng gini. Anaknya random dan usil banget. Tapi itu yang buat para siswi sini jadi kesemsem sama ulahnya.
Itu sih dimata mereka.
Di mata gue mah
AMBLAS
Apatuh cogan idaman sekolah? Kadang gua suka pengen ngomong gini, mereka tuh lebih nyebelin ya asal kalian tahu.
Banyak banget sisi mereka yang cuma ditunjukin ke kita keluarganya, yang membuat gua bingung sendiri cowok-cowok kayak gini banyak banget yang mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweet 13th
FanfictionTak pernah ada kata sempurna di dunia ini. Tak terkecuali dalam keluarga. Tapi dengan semua ketidaksempurnaan itu, kita belajar seperti apa menyayangi, menjaga, melindungi yang kita punya apapun keadaannya. Ini kisah tentang 13 bersaudara dan Selvia...