CHAPTER 1

266 102 53
                                    

PRANGGG... Suara ini sudah biasa kudengar. Itu adalah suara pecahan kaca.

"sudahlah mas, aku cape. Toh masalah ini penyebabnya bukan aku!!" Kesal mama yang baru saja pulang kerja.

"Tapi mah masalah ini harus cepat diselesaikan, jangan dibiarin gitu aja," Ucap papa dengan nada tinggi.

Ya, mama dan papaku akhir akhir ini sering sekali berdebat dengan sangat hebat. Sampai perdebatan itu membuatku sangat kacau dan sering kali membuatku frustasi. Aku sebenarnya tidak ingin mengetahui masalah apa yang mereka perdebatkan. Tetapi karena mereka sering berdebat, aku pun tidak sengaja mendengarkan apa yang mereka katakan. Dan suatu saat aku tahu masalah apa yang sedang mereka perdebatkan.

Perkenalkan namaku Gamela Mahya Nasution. Biasanya aku dipanggil Yaya. Aku seorang siswi kelas XI SMA 1 Nasution. Sekolah itu merupakan sekolah yang didirikan oleh kakekku. Aku lahir di Medan. Ketika aku berumur 5 tahun aku pindah ke Jakarta bersama keluarga besarku. Aku dilahirkan dari orang tua yang sangat sibuk.

Papaku yang bernama Arsya Nasution dia adalah jaksa terkenal. Papa sangat baik dan selalu ada untuk anak-anaknya. Perlu kalian tahu, jika papa sudah sibuk dengan pekerjaannya, papa sangat berubah drastis dan bukan papa yang aku kenal. Aku berpikir positif, papa berlaku seperti itu karena demi anak-anaknya.

Aku mempunyai seorang mama namanya adalah Alicia Nadine. Dia bekerja sebagai seorang pengusaha. Mama juga sangat sibuk, tetapi akhir-akhir ini mama mempunyai masalah di usahanya. Aku juga mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Gunadhya Elvano Nasution. Panggilannya Elvan. Dia satu sekolah denganku. Tetapi bedanya dia SMP.

Sekolah yang didirikan kakekku itu adalah sebuah yayasan, yang berarti dari TK sampai SMA. Hari ini adalah hari terakhir libur semester akhir. Dan besok adalah hari dimana siswa siswi masuk sekolah, sedangkan aku lagi tidak ada di rumah. Karena, ketika mama dan papa berdebat, aku pergi dari rumah. Aku pergi ke rumah kakekku yang tidak jauh dari rumahku.

Ketika aku dan keluarga besar sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Yaya, kamu tidak pulang ke rumah? Besok kan kamu mulai sekolah," Ucap kakek yang sedang baca koran.

"engga eyang. Aku gamau pulang ke rumah sebelum suasana di rumah membaik!!" Ucapku dengan nada jutek.

"Ya, kamu seharusnya pulang. Kasihan adikmu ditinggal sendiri," Tambah nenek yang baru saja dari dapur.

"kamu seharusnya berpikir dewasa kalo mama dan papamu sedang ada masalah. Dan harus ngertiin mereka, jangan malah pergi dari rumah," Ucap kakek dengan nada sindirannya.

"aku gamau!" Jawabku dengan tegas.

"ya, kamu seharusnya jangan begitu. Kamu anak pertama, harus bisa mengerti dan bersikap dewasa. Jangan egois dan keras kepala," Tambah tanteku yang sangat cerewet.

"....." Aku hanya diam. Apa yang diucapnya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

"Yaya, kamu dengar atau tidak sih?" Ucap tanteku yang sudah kesal.

"....." Aku mengabaikannya dan ku tinggal dia pergi ke kamar.

"YAYA!!" Ucap tanteku dengan penuh penekanan.

"sudah sudah, sebenarnya Yaya butuh ketenangan dari kita. Biarkan Yaya menenangkan dirinya terlebih dahulu," Ucap paman Arvin, suami dari tanteku.

"iya benar, biarkan saja. Nanti eyang jemput Elvan dan ambil baju sekolah Yaya," Tambah eyang.

"haduh... itu anak tidak ada sopannya, keras kepalanya kebangetan seperti mamanya," Ucap tanteku.

"shuttt jangan berbicara seperti itu," Jawab nenek.

Seketika suasana menjadi sunyi.

Karena-mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang