Petang membawaku kembali ke rumah. Melepas sandal jepit yang sudah kotor terkena tanah merah lapangan. Tak lupa membersihkan kaki yang sedikit-sedikit terkenal becekan sisa hujan. Sore tadi rasanya asyik sekali bermain galaksin dengan teman-teman kampung. Hingga lupa langit gelap datang cepat menyuruh kami berjalan pulang.
“Ma, mau mandi!” seruku saat memasuki pintu rumah. Tetapi tidak ada jawaban dari siapa pun. Ruang tamu terlihat baik-baik saja, namun sepi. Aku mengambil handuk yang menggantung di teras sebelumnya. Bergegas untuk mencari Mama agar disiapkan baju gantinya.
Berita baiknya, ternyata rumah tidak sesepi itu. Di ruang makan sudah ada Bapak duduk diam memegangi sendoknya. Juga Mama yang tengah memindahkan nasi ke piring di hadapan Bapak. Sore ini lauknya ikan asin, setelah kutilik-tilik dari baunya.
Ceng Ho, kalau bermain jangan sampai magrib begini! Bapak yang melihatku kotor dan acak-acakan akhirnya angkat suara setelah menaruh kembali sendoknya. Rambutku yang berantakan terkena angin sore. Wajah kumal akibat debu-debu jalanan.Celana kotor terciprat becekan. Dan sela-sela kuku yang menghitam dimasuki kuman.
Aku tertawa kecil, mengangguk-anggukan kepala. Sesekali menggaruk kulit kepalaku yang terasa lembap dan lengket. Ma, baju aku mana?
Kamu kan sudah gede, Mama sudah ajarin kan ambil baju untuk tidur di lemari bagian bawah. Yuk ambil sendiri, Mama lagi siapin makan Bapak nih. Seharian belum makan, Mama mengambilkan tiga ikan asin di piring Bapak. Lalu ada tambahan sambal gorengnya. Dan beberapa potong timun bulat-bulat.
Aku mengerutkan alisku, heran. Kenapa sudah selarut ini Bapak baru makan?
∞
Aku jadi jarang melihat Bapak makan akhir-akhir ini. Setiap pagi menjelang, aku hanya berdua dengan Mama di meja makan. Kadang kalau Abang pulang dia ikut makan bersama. Kalau siang bahkan hanya aku yang makan sepulang sekolah. Mama sibuk ngurusin cucian. Dia selalu bilang duluan saja makannya, Mama belakangan. Bapak biasanya tidur jam segitu, biasa pensiunan. Kalau sudah menjelang pukul tujuh malam dia baru makan. Dan, aku sibuk mengerjakan tugas sekolahku yang menumpuk. Kadang menghitung apel, ada juga membagi kue, atau bahkan mewarnai dua gunung dengan matahari di antaranya.
Sesekali Bapak meminta dibuatkan kopi, namun Mama melarangnya. Kadang meminta kue di kulkas, lagi-lagi tidak boleh Mama. Jadinya, Bapak memilih tidur siang, kupikir. Aku tidak tega sesungguhnya. Mamaku orang yang baik, tetapi kenapa begitu?
Biasanya Mama membangunkan Bapak untuk sholat sekitar pukul empat sore, tepat ketika teman-temanku berteriak-teriak memanggil namaku diluar rumah. Bermaksud mengajakku bermain. Kata Mama, Bapak harus sholat karena itu merupakan cara dia sembahyang kepada Tuhan. Tetapi, selepas sholat pun Mama tidak memperbolehkan Bapak makan apa pun. Bahkan kadang ketika berwudhu suka mengingatkan airnya jangan ditelan.
Bapakku itu kurus kering. Kasihan kalau harus kelaparan menunggu malam datang untuk menelan makanan. Sudah hampir seminggu, dan aku tak jua sampai rasa melihatnya. Maka, hari ini kubelikannya sebuah roti di warung dekat sekolahku.
Hari ini memang panas. Bahkan baju seragam putihku sudah banjir keringat. Padahal perjalanan dari sekolah ke rumah tidak sejauh itu walau ditempuh dengan berjalan kaki. Aku sesekali menepis keringat di pelipis. Dua langkah lagi menuju pagar rumah yang tertutup. Aku memilih untuk memperlambat langkah sembari memasukkan roti kelapa yang kubeli ke dalam ranselku.
Benar saja, ketika memasuki rumah, keadaannya senyap seperti biasa. Bisa kupastikan Mama pasti tengah menyuci pakaian. Terdengar dari suara kran yang menyala di barengi suara sreksreksrek akibat gesekan antara sikat dengan pakaian. Aku memilih langsung mencari Bapak.
Aku melihat dia. Sosok kurus tinggi tetapi agak bungkuk itu ada di depan kamar. Dilihat-lihat sedang bersama radionya. Kali ini dia mengotak-atik tombolnya, sepertinya ingin mencari lagu lawas kesukaannya. Aku mendekatinya dengan sebuah roti yang sudah pindah ke tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CENG HO
HumorMenceritakan tentang sebuah keluarga yang harmonis, dan anak bungsu yang sangat baik hati. Namun suatu hari hal tersebut berubah...