prolog

42 4 1
                                    

Hujan telah mengguyur kota ini sejak satu jam yang lalu, namun tak menjadikan gadis kecil itu berhenti bermain di bawah hujan. Ia sangat suka sekali dengan hujan karena dengan hujan ia dapat menangis tanpa di ketahui oleh orang lain. Ya, gadis itu adalah Agista Stephanie Sadjiwa Rivaldi. Nama yg cantik bukan? Sama seperti wajahnya yang sangat cantik seperti mama nya.

"Hei kamu kenapa nangis?" Tanya Alando kecil kepada Stephanie yg tengah menangis tersedu sedu di taman komplek perumahan elit. "Hm bukan urusanmu!" Ucap Stephanie sambil berlari ke arah hujan yang tengah mengguyur kota di sore hari tersebut.

Aneh. Batin Alando

2 tahun kemudian~
Welcome back Indonesia batin Stephanie. Ia tersenyum sepanjang perjalanan pulang dari bandara menuju rumahnya yang sangat ia rindukan. "Bundaa! Hanie pulang" Ucapnya menggelegar seraya duduk di sofa panjang ruang tamu keluarga Rivaldi. "Alhamdulillah anak Bunda udah pulang kirain kamu nggak mau pulang sayang" Tanya Alexa dan mendapat gelengan dari Stephanie.

Ia sangat merindukan kamar ini. Kamar dengan segala kenangan bersama Anas kembaranya. Hari ini adalah 2 tahun kepergian Anas jadi mana mungkin Stephanie melupakan saudara kembarnya yang sangat ia sayangi itu.

"Dek!" Sapa lelaki yang 1 tahun lebih tua darinya siapa lagi kalau bukan Raelansyah Agung Sadjiwa Rivaldi. Stephanie memekik kaget karena sapaan lelaki itu "apasih Bang kaget tau!" Ucapnya dengan nada kesal yang di buat-buat. "Ayo Hanie kamu mau ikut ke Anas ngga?" Tanpa menghiraukan ucapan Rael, Stephanie langsung keluar dari kamarnya dan berlari menuruni anak tangga. Sedangkan Rael hanya menggelengkan kepala melihat adik kecil nya itu.

Di pemakaman~
Keluarga Rivaldi telah selesai membacakan doa dan melepas rindu bersama Anas yang telah meninggal 2 tahun lalu.

Stephanie dan Rael berjalan beriringan menuju pintu keluar makam. Hening. Itu yang mereka rasakan sekarang, hingga akhirnya suara Hanie yang cempreng nan lucu memecah keheningan di antara kedua nya. "Bang, bang liat deh tu ada cowo nangis samperin yuk bang kasihan tau" Rael yang tengah menatap lurus jalanan di depan nya berhenti dan menoleh lalu mengangguk meng-iyakan.

"Hm, hallo kamu kenapa nangis?? Mama kamu meninggal ya??" Hening. Hingga suara Hanie terdengar kembali. "M-maaf aku cuma mau bilang jangan sedih terus ya karena perpisahan itu bukan akhir dari segalanya. Dan Mungkin Tuhan tengah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kau harapkan. Rencana Tuhan itu indah. Emm oh iya ini aku kasih kamu bunga lily kesukaan Anas semoga kamu juga suka ya aku pergi dulu" Ucap Hanie kecil lalu tersenyum dan melambaikan tanganya. Tanpa mereka sadari kedua orang tua Hanie menghangat melihat kedua orang itu berinteraksi.

Benua AntartikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang