04- khawatir

18 1 0
                                    

Matahari telah naik di ufuk timur mengganti gelap menjadi terang. Mengganti tangis yang semalam masih ada menjadi hari baru yang lebih cerah dan berwarna secerah matahari di pagi ini.

"Dek, bangun lo udah jam 6" Ucap Rael. Tak ada jawaban dari adiknya Rael pun memeluk adiknya erat merasa tidurnta terganggu akhirnya Hanie membuka matanya. "Eunghh" Erang Hanie. "Bangun bocahh ini dah jam 6 ntar gue ikutan telat gimanaa" Ucap Rael. Tanpa ba bi bu Hanie langsung beranjak ke kamar mandi.

"Halo, Yah, Bun" Ucap Hanie lalu duduk di sebelah Abangnya. "Hallo jugaa" Ucap Alexander dan Alexa bebarengan. "Kok gue ga di sapa sih?" Ucap Rael pura-pura merajuk. "Engga ah males lo bau" Ucap Hanie di selingi tawa kedua orang tua nya sedangkan Rael hanya diam dan masih merajuk. Setelah selesai makan mereka menyalimi tangan kedua orang tua nya dan bergegas menuju sekolah.

Seperti biasa setelah Hanie dan Rael turun dari mobil mereka menjadi pusat perhatian murid-murid yang tengah berlalu lalang.

"Eh lo tu apa-apaan sih? Ganjen banget lo jadi cewe pake deket-deket Rael lagi" Ucapnya sambil mendorong bahu Hanie. Sedangkan Hanie diam dengan muka datar nya, membuat perempuan itu semakin geram. "Eh lo tu ya adek kelas anak baru lagi belagu banget sih lo" Ucapnya lagi. "Kenalin gue Agista stephanie" Ucap Hanie santai lalu pergi meninggalkan tempat tersebut, sedangkan perempuan yang di ketahui bernama Sinta itu hanya diam dan malu karena di tertawakan oleh anak-anak yang sejak tadi menonton. "Makanya lo gausah sok berkuasa" Ucap Rael dingin lalu mengejar Hanie.

***

Jam pelajaran telah di mulai sejak 15 menit yang lalu. Hari ini pelajaran pertama di kelas Hanie adalah matematika, membuat semua siswa mual dan ingin muntah melihat angka dan rumus tapi tidak dengan Hanie, ia hanya diam dan memperhatikan sambil sesekali mencatat apa yang perlu ia catat.

Setelah guru menjelaskan lalu Hanie berdiri dari bangku nya. "Mau kemana lo?" Bisik Sheila. "Wc" Jawabnya singkat. Lalu ia meminta ijin kepada guru untuk pergi ke toilet.

Seusai dari toilet ia melewati pinggir lapangan untuk menuju ke kelasnya. Sampai akhirnya sesuatu mendarat di kepala nya. Ya! Itu adalah bola basket yang sedang di mainkan oleh anak-anak ravillia. Hanie sedikit tersungkur kebawah karena bola basket itu. Lalu seseorang mengulurkan tangannya untuk membantu Hanie berdiri.

"Sorry gue ga sengaja" Ucap lelaki itu. Hanie hanya berdehem lalu pergi meninggalkan lapangan. Sedangkan lelaki tadi hanya diam memperhatikan punggung Hanie yang sudah menjauh.

Hanie memasuki kelas dan langsung duduk di tempatnya yang berada di sebelah Sheila.

"Kok lo lama sih ke wc nya boker ya lo?" Tanya Sheila. "Ngaco!" Ucap Hanie santai. "Kok lama?" Tanya Sheila lagi, ya memang diantara teman-teman Hanie, Sheila lah yang paling dekat dengannya. "Tadi gue kena bola basket" Ucap Hanie. "Kok bisa?" Tanya Sheila mulai khawatir. "Gatau tadi anak Revillia kali" Ucap Hanie lalu kembali fokus ke bukunya. "Yang mana" Tanya Sheila penasaran. "Gatau gue lupa namanya" Ucap Hanie dan Sheila hanya ber 'oh ria'

***

Kringg kringg

Bel istirahat telah berbunyi namun Hanie belum beranjak dari tempat duduknya. Ia masih setia duduk sambil membaca novel yang baru ia beli. Lalu seseorang menepuk bahunya siapa lagi kalau bukan Sheila? "Kantin kuy" Ajak Sheila, Hanie hanya mengangguk.

Setelah sampai di kantin mereka melihat Adel dkk yang juga belum mendapatkan tempat duduk. "Rame" Ucap Hanie datar. "Iya rame bener gimana nih?" Tanya Deva. Adit yang melihat itu pun melambaikan tanganya ke arah mereka. "Woy sinii!" Teriaknya. Mereka ber-lima akhirnya menghampiri meja milik inti Ravillia tersebut.

Benua AntartikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang