.
.
.
Kein hanya melirik Zhian yang segera mengetik. Sementara Kein, hanya bersantai. Angin berhembus menerpa keduanya, suasana yang mendukung membuat Zhian mengantuk dan tertidur di bahu Kein. Kein terhenyak, ternyata Zhian memang selalu tertidur di sini, ya kerena memang benar suasananya nyaman."Hm, dasar bodoh!"
Kemudian, Kein mengganti kegiatannya, kini dia tengah membaca cerita yang baru saja selesai Zhian buat. Tidak sopan memang, tapi itu bukan hal besar untuk Kein, jika nanti Zhian marah.
Beberapa menit berlalu, Zhian terbangun dan melihat Kein yang masih setia membaca projek miliknya.
"Hey!! Tidak sopan!! Kau ini tidak punya tatakrama ya?!" Zhian segera mengambil alih laptop, dengan muka yang jengkel Zhian kemudian pergi meninggalkan Kein. Namun dia dihentikan oleh sebuah suara.
"Zhian! Ceritamu bagus, cepatlah terbitkan, aku akan membeli bukunya," ucapan itu berhasil mengubah mood Zhian, dia tersenyum-senyum dengan tetap membelakangi Kein.
"Hm, terimakasih." Zhian segera berlalu, dan Kein pun demikian.
#3 hari kemudian#
Pukul 08.00 p.m., Zhian masih sibuk di Kantornya (WO). Terlihat di depannya lembaran-lembaran kertas yang penuh dengan materai.
"Fyuh ... Banyak sekali, huhhh!" Zhian mengeluh dan sesekali memijat keningnya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Permisi!"
"Masuklah!"
.
Ceklek!
.
Pintu terbuka, menapakkan seorang wanita sebaya Zhian, Linyana Furu yang merupakan Sekretaris WO, dia juga sudah sangat akrab dengan Zhian, bisa di bilang mereka sahabatan.
"Nona, ini ada beberapa berkas lagi yang harus Nona tanda tangani!"
"Huaa ... ! Kenapa banyak sekali?? Sudah aku bilangkan, jangan formal begitu Lin!"
"Hahaha, memang banyak, tetapi itu membuktikan bahwa perusahaan Nona berkualitas! Ups! Iya baiklah Zhian."
"Yeah ... ! Kau benar Lin, baiklah besok aku akan menyerahkan ini semua kepadamu!"
"Baik Nona, eh Zhian, kalau begitu aku pulang duluan, kau juga jangan terlalu malam, besok masih ada banyak berkas lagi!"
"Apaaaa??!!"
"Hahaha, selamat malam Zhian!"
"Hm."
Lin pulang, kini hanya ada Zhian dan Pak Satpam di luar sana. Zhian sibuk menandatangani berkas-berkas. Perusahaannya memang sudah sangat terkenal, karena itu banyak yang mengajak join. Apalagi, dunia kepenulisan kini banyak mewabah dimana-mana.
Meninggalkan Zhian dengan kesibukannya. Kini, di tempat lain yaitu rumah keluarga Arcenan tengah duduk, kedua orang tua Zhian, kedua orang tua Kein, dan Kein. Mereka membahas kemantapan hari H.
"Baiklah, Yamada. Aku dan Istriku sudah memesan gedungnya juga baju pernikahannya. Kini kita tinggal membahas undangan saja."
"Baiklah, kebetulan Aku dan Istriku sudah membuat undangannya, dan kami berdua sepakat bahwa undangan disatukan saja."
"Ya, itu tidak masalah."
"Oh ya, aku juga sudah mengatur konsumsi dan dekorasinya," ucap Ibu Kein, dan ditanggapi anggukan dari yang lain.
"Kalau begitu, persiapan sudah 80% tinggal foto dan upah intrinsik acara saja," ibu Zhian menambahkan.
"Benar, baiklah kita tinggal menunggu 2 hari lagi, dan kita akan segera tenang."
"Ya kau benar Tuan Hazo!"
"Dimana Zhian?" Kein angkat bicara.
"Ouh, Zhian masih di kantor," jawab Ibu Zhian. Kemudian Ibu Kein menimpali.
"Kein, sebaiknya kau jemput Zhian, kasihan dia jika pulang sendirian, pasti dia kelelahan! Benarkan Furuka?" Ibu Zhian hanya mengangguk menanggapi ucapan Ibu Kein.
"Hm, baiklah, aku pergi!"
"Baiklah, hati-hati!"
Setelah Kein berlalu, kedua orang tuanya pun pulang. Kini Kein telah sampai di kantor Zhian, terpampang jelas tulisan "WRITING ORGANIZATION" di atas gedung perusahaan.
"Permisi! Pak, apakah Zhian masih ada di dalam?"
"Tuan ini siapa?"
"Aku temannya, disuruh menjemputnya oleh Nyonya Furuka!"
"Biaklah, Nona masih di dalam, silahkan masuk!" Pak satpam membukakan pintu.
"Dimana ruangan Zhian?"
"Di lantai 4, di sana akan ada tulisan CEO Room"
"Baiklah, terimakasih!"
"Sama-sama."
Kein naik kelantai 4 terlihat ruangan Zhian di sana, segera ia mengetuk pintu.
Tok!
Tok!
Tok!
"Lin? Kau belum pulang? Masuklah!"
Kein masuk, meski pun Zhian menganggapnya orang lain dia tidak menghiraukannya. Zhian terkejut melihat Kein yang keluar dari balik pintu.
"Hey? Kenapa kau kemari?"
"Aku disuruh menjemputmu."
"Hm, aku masih banyak pekerjaan."
"Tidak masalah, dan lagi ada yang ingin ku bicarakan!"
"Apa?"
"Dua hari lagi hari H, dipastikan besok kita akan mengambil foto, dan setelah itu kedua orang tua kita akan pergi"
Zhian menghentikan pekerjaannya, dia merasa masih belum rela untuk jauh dari kedua orang tuanya. Kein menyadari hal itu, dia kemudian bertanya.
"Apa kau sudah siap?"
"Aku harus siap!"
"Zhian, akan ada banyak bahaya nanti, apa kau-"
"Bahaya?"
"Aku adalah seorang Programer!"
!
!
!
.
.
.
__TBC__Oke gais, jangan lupa dukung, like and komen. Satu kenyataan terungkap. Bagaimana kelanjutannya, nantikan ya:'v
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS PROGRAMER
RomanceZhian adalah seorang penulis muda yang sukses, tapi kehidupannya kini, tak seindah kesuksesannya. Semua berubah saat hadirnya seorang pria bernama Kein yang menjadi suaminya. Pria cuek yang sangat menyebalkan, tetapi siapa sangka kalau dia tenyata s...