Pagi yang cerah seharusnya memberikan semangat mengawali hari untuk beraktivitas, tapi tidak untuk gadis satu ini, seperti biasa dia tetap setia menikmati kasur empuknya. Gadis yang selalu susah untuk dibangunkan.
"Non, bangun non," kata Bi Nah, pembantu gadis yang bernama Dara.
Namun masih tidak digubrisnya.
"Non, bangun non. Alarmnya bunyi terus dari tadi loh non, non gak
sekolah?" tanya Bi Nah, sambil mematikan alarm jam weker di nakas.
Bi Nah tampak sabar menghadapi nonanya satu ini, karena Bi Nah lah yang merawat Dara sejak kecil sampai sekarang yang sudah berumur 18 tahun. Dara dan Bi Nah Memang akrab, selain merawatnya dan hanya tinggal berdua di rumah. Ayah dan Ibunya selalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga Dara dan Kakak perempuannya yang selisih 10 tahun dengan Dara diasuh oleh Bi Nah yang sudah dianggap anak sendiri. Dan Dara pun sudah menganggap Bi Nah seperti ibunya sendiri, malah lebih dekat dibanding dengan kedua orang tuanya dan Kakak perempuannya yang sama-sama sibuk. Kedua orang tuanya sibuk mengurusi bisnis di luar negeri, dan Kakak perempuannya yang bekerja menangani bisnis keluarga yang ada di dalam negeri, sekaligus sibuk mengurusi butik miliknya sendiri. Memang bertolak belakang dengan Kakaknya yang ulet, Dara gadis yang pemalas, seenaknya sendiri dan cuek. Tapi sebenarnya Dara termasuk anak yang cerdas, terbukti Dara sering mengikuti lomba-lomba dan mendapatkan juara kelas.
"Non, ayolah bangun non, nanti terlambat loh!" kata Bi Nah, seraya terus membangunkannya lagi.
"Hoammm jam berapa ini Bi?" tanya Dara ketika terbangun dari tidur lelapnya. Bi Nah melihatkan jam weker yang ditaruh di atas nakas.
"Astaga, bakal telat lagi ini saya. Malah jam pertama Bu Linda yang super duper killernya, aduh." Keluh Dara sambil lari terbirit-birit ke kamar mandi.
Seperti biasa, jika keadaan genting seperti ini Dara pun mandi secepat kilat, terus berganti seragam dan memakai banyak parfum.
"Non tidak sarapan dulu," tegur Bi Nah.
"Tidak Bi, tidak sempat," teriak Dara langsung berlari mengambil motornya yang masih berada di garasi.
"Hati-hati non," kata Bi Nah, namun tidak ada jawaban, malah si Daranya sudah menghilang bak kilat yang menyambar.
Dara pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor. Karena tergesa-gesa, Dara pun mengendarai motornya kurang konsentrasi, tanpa diduga di tikungan ada mobil yang hendak belok. Secara reflek, Dara pun mengerem mendadak motornya, dan akhirnya...
Bruk...
Motornya menabrak bemper depan mobil sedan mewah berwarna hitam. Untung Dara tidak apa-apa, hanya motor dan mobil yang ditabraknya mengalami lecet. Tampak seorang laki-laki tinggi, keren berumur sekitar 30 tahun dengan setelan jas keluar dari mobil mewah tersebut.
"OMG mobilku ..." teriak si laki-laki sambil memegangi rambutnya. Dia pun memandang ke arah Dara yang terduduk di sebelah motornya yang ambruk.
"Eh kamu, bisa menyetir gak sih. Lihat mobil saya. Mentang-mentang anak SMA. Jangan-jangan situ gak punya SIM?" tanya si pemilik mobil dengan nada marah.
"Sori Paman, saya gak sengaja. Habisnya saya sudah terlambat, saya sedang terburu-buru," jawab Dara sambil mendirikan motornya.
"Apa?" tanya laki-laki itu dengan nada tinggi.
"Jangan marah Paman, nanti saya ganti," jawab Dara dengan tampang tak bersalah dan langsung menyobek kertas dan Dara pun menulis nomor Hpnya.
"Nih Paman nomor saya, Paman hubungi saya aja nanti saya ganti kok, karena sekarang saya tidak bawa uang banyak," kata Dara dengan nada santainya.
"Apa?" tanya si laki-laki dengan nada terkejut.
"Sekali lagi maaf ya Paman, kata Dara sambil memberikan kertas yang disobeknya dengan tampang biasa saja dan senyuman tanpa dosa sambil memberikan tanda piace tangan tanda berdamai yang membuat si laki-laki itu marah.
"Dasar bocah sombong, kamu tidak pernah diajarkan sopan santun ya sama orang tuamu," sindir si laki-laki, sambil mendekat dan menatap sinis pada Dara.
"Maksud Paman apa?" tanya Dara, kali ini dengan nada marah karena tersinggung.
"Dengar ya Paman, saya sudah meminta maaf dan berniat untuk bertanggung jawab, kalau Paman tidak mau ya sudah terserah Paman. Saya sudah sangat terlambat masuk ke sekolah," lanjut Dara sambil meremas dan membuang kertas sobekannya tadi.
Akhirnya Dara meninggalkan laki-laki pemilik sedan mewah yang membuatnya melongo.
"Kurang ajar itu bocah, awas saja. Akan kuberi pelajaran ini anak yang tidak punya sopan santun," kata si laki-laki sambil memungut kertas lusuhnya Dara.
***
Seperti biasa, jika terlambat Dara akan menitipkan sepeda motornya ke warung makan langgannya yang ada di samping sekolahnya. Dan Dara pun melanjutkan aksinya dengan lewat pintu belakang sekolah yang terletak di samping warung. Seperti pencuri yang tak mau ketahuan, Dara pun melihat situasi di sekelilingnya sambil mengendap-endap masuk ke kelasnya.
"Astaga Ra, kamu dari mana saja?" tanya Lisa, teman sebangku sekaligus sahabat Dara.
"Biasa saja Lis lihatnya, kayak tidak tahu aku aja," jawab Dara cengengesan.
"Habis muka kamu, sumpah super kucel mirip kertas yang diremas-remas," kata Lisa dengan cengengesan juga.
"Aku habis kecelakaan tadi," kata Dara menjelaskan tubuhnya yang berantakan.
"Kecelakaan?" tanya Lisa kaget.
"Jangan keras-keras kali," kata Dara sambil membungkam mulut Lisa.
"Tapi kamu tidak apa-apakan?" tanya Lisa panik sambil melihat keadaan Dara apakah ada yang lecet atau luka di badannya.
"Kamu lihat sendirikan, aku tidak apa-apa, tenang. Lihat ini," jawab Dara menenangkan Lisa sambil menunjukkan tidak ada luka yang cukup serius hanya lecet sedikit.
"Eh madam Linda kemana?" tanya Dara heran karena sesampainya di kelas sang guru killer tidak ada di ruangan.
"Kamu kangen ya sama madam Linda?" tanya Lisa menggoda.
"Kangen, kamu sudah gila ya? Seperti tidak ada guru lain saja," jawab Dara kesal sambil menjitak kepala sahabatnya itu.
"Aduh.... Ra sakit tau!" kata Lisa protes sambil mengelus kepala yang dijitak oleh Dara.
"Sakit ya.. makanya jangan macam-macam sama aku!" kata Dara seperti memberikan peringatan.
"Tapi jangan senang dulu, walaupun kita enggak ada pretest seperti biasa kita di kasih tugas banyak nih dan dikumpulkan waktu istirahat enggak boleh telat, kalau telat sama saja enggak mengerjakan," kata Lisa menerangkan panjang lebar layaknya seorang guru yang menerangkan pelajaran, namun hanya disambut dengan wajah Dara yang melongo melihat begitu banyak tugas yang harus dikerjakan. Batinya apes benar ini hari, sudah kecelakaan, ketemu orang yang ditabraknya adalah orang yang menyebalkan tak bisa diajak negosiasi, terlambat ke sekolah dan mendapat tugas dari guru yang super duper killernya banyak pula, sungguh bagaikan mimpi buruk.
Jam istirahat pun berbunyi, para siswa pun berhamburan keluar kelas, tak terkecuali dengan Dara dan Lisa, mereka pun langsung pergi ke kantin sekolah.
"Lahap atau doyan neng?" kata Lisa menimpali.
"Diam kamu, cerewet benar, tidak lagi ngerti penderitaan orang," jawab Dara sambil meMamah makanannya yang membuat Lisa hanya geleng-geleng kepala melihat Dara yang makan bagaikan orang yang tidak makan beberapa hari.
"Aku belum sempat makan Lis, jawab Dara protes melihat tampang melongo sahabatnya.
Sudah ayo ke kelas, nanti kita terlambat pelajarannya Pak Samsudin. Kan guru yang satu ini selalu on time banget," ajak Lisa yang melihat Dara sudah selesai makan.
"Hahaha... mungkin motto hidupnya pak Samsudin time is money," kata Dara melangkahkan Kakinya ke kelas bersama Lisa.
***
Tak terasa bel pulang berbunyi. Siswa-siswa berhamburan keluar kelas dan pulang.
"Kamu mau kemana Ra?" tanya Lisa.
"Ambil motor lah," jawab Dara.
"Ya sudah aku pulang dulu ya," kata Lisa pamit.
"Ok," jawab Dara sambil memberikan jempol tangan kananya tanda menyetujuinya.
Dara pun menuju ke warung langganannya dan mengambil motornya.
"Neng Dara kok tidak mau makan dulu, ada ayam goreng loh kesukaannya neng Dara?" tanya si embok yang punya warung menawarkan salah satu menu kesukaannya Dara.
"Tidak mbok, tadi sudah makan di kantin sekolah," jawab Dara sambil memegangi perutnya pertanda dirinya masih kenyang.
"Saya ambil motornya ya mbok, sebelumnya terimakasih banyak," lanjut Dara tersenyum dan di balas senyuman oleh si mbok. Setelah itu Dara langsung pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Paman (End)
RomanceSinopsis Dara seorang gadis cantik dan pintar namun seenaknya sendiri yang dipertemukan dengan sosok laki-laki yang terpaut jauh dengan usianya yang ia panggil dengan sebutan Paman. Sosok yang awalnya dibenci oleh Dara karena selalu membikin hatinya...