1

9 3 0
                                    

  Seorang gadis yng masih menggunakan seragam sekolahnya lengkap, sedang duduk dibawah pohon diatas bukit di belakang sekolah nya. memandang kota dengan hamparan bangunan-bangunan kokoh yang menjulang tinggi. Tampak diraut wajah dan bola matanya, jika ia begitu banyak menanggung beban hidup.

Perlahan namun pasti,  ditemani angin yang menerpa lembut diwajah nya, ia telah meloloskan butiran air mata dari kedua mata indahnya. Bahu yang tadinya tampak kokoh, kini mulai bergetar menahan sesak di dada yang tak mampu tertahankan.

Kemudian ia mengeluarkan buku bersampul tebal berwarna hitam, dan sebuah pena digenggaman jari-jari mnisnya.
Gadis itu mulai menulis didalam buku tersebut, ditemani air mata yang enggan untuk berhenti dari pelupuk mata yang mulai  sedikit bengkak.

Dear diary..
Namaku Tania azzahra, ketika usiaku masih 8 tahun,  Kecelakaan yang sangat mengerikan telah merampas kebahagian dan kehidupan ku dalam waktu sekejap mata.

Entah suatu keberuntungan atau kemalangan, aku selamat dari kecelakaan yang sungguh mengerikan itu. Keberuntungan karna aku bisa selamat dan kesialan karena Paman dan bibi meninggal saat kecelakaan terjadi.

Aku hidup namun seperti mati! Aku bernafas namun seperti tak bernafas!

Kalian tau?

He! Aku selalu disalahkan karena kejadian itu, semua keluarga, semua orang terdekatku slalu menyalahkan ku, mereka menganggap jika kematian paman dan bibi terjadi karena karena ku, bahkan kedua orang tua ku pun juga menyalahkan dan membenci ku, walaupun aku anak kandung mereka sekalipun mereka tak henti-hentinya memberiku luka.

Luka dijiwa dan ditubuhku..

Rumah yang seharusnya tempat untuk ku berlindung dikala hujan maupun panas, rumah Yang seharusnya tempat ternyaman, namun pada kenyataannya? Rumah sudah seperti neraka untuk ku, tempat dimana seorang pendosa akan menerima hukuman dan berteriak minta ampun namun tak didengarkan.

Bukan hanya dirumah, dilingkungan sekolah aku juga sebagai sasaran empuk untuk mereka bully, disekolah aku sama sekali tidak memiliki teman. Semua orang menjauhi ku.

Jika didunia ini aku tak bisa menemukan tempat kebahagiaan, lalu kemna aku akan mencari nya? Apakah aku akan terus hidup dalam kesedihan?
diusiaku  skrng telah menginjak 18 tahun dan selama 10 tahun aku tak pernah merasakan sebuah kasih sayang dan cinta dari orang lain, semua membenci ku.. sangat-sangat membenciku!

Apa yang harus aku lakukan??.

Gadis itu kemudian melihat jam tangan  usang yaang bertengger di pergelangan tangan kirinya.

"Ya ampun udh jam 4 sore. ini sudah sangat  terlambat untuk pulang kermh.. yatuhan bagaimana ini.."

Gadis itu kemudian memasukan buku yang tadi dipegang nya, kemudian bergegas meninggalkan tempat itu dengan langkah panjang dan terburu-buru.

•••

"Assalamualaikum ma.. tania pula...aakhh.." ringis tania karena ketika dia membuka pintu tanpa diduga mamanya langsung menjambak rambut indahnya.

"Kenapa,? Sakit haha.. enak bukan? He " Salma semakin menguatkan jambakannya dirambut indah milik tania.

"Aam..pun.. maa akhh.. hiks sakitt, lepasin maa sakitt.. tania mohon maa.. hikss hiks.."
Salma menangis karena tak mampu lagi menahan sakit, rasanya kulit kepalanya serasa ingin terlepas.

" Apa kata mu? Lepasin.. dasar anak bodoh kau dari mana aja ha!  Pulang sekolah bukan langsung pulang, Sana ganti baju! Banyak pekerjaaan rumah yang harus kau kerjakan!"  Salma melepaskan jambakanya kemudian mendorong Tania sampai tersungkur kelantai.

"Buruan sana! Kamu mau dijambak lagi ha!"  Tania langsung bergegas bangkit walau kedua lutut dan kepalanya terasa begitu sakit. 

"I..ya.. ma.a" tania mengeleng, mengusap jejak air mata yang membekaskan pelupuk mata yang mulai membengkak.

Setelah sampai dikamar, tania mulai mengambil baju dari lemari yang hanya ditutup sebuah kain panjang sebagai pintunya.

Ketika ia ingin menganti rok sekolah yang ia kenakan,  ia meringgis merasakan sakit dikedua lututnya, mungkin akibat dorongn dari ibu kandungnya tadi.
Ia duduk dipinggiran tempat tidur, dan melihat kedua lututnya yang tampak sedikit membiru.

"Akhh.. ternyata sakit juga yaa, namun ini gk seberapa dari Luka  yang selama ini aku rasain. Hufff.. ayo Tania semangat! Mungkin esok kau akan merasakan sebuah kebahagiaan walau itu hanya sebuah hayalanujar tania yang mulai  menyemangati dirinya sendiri. Kemudian ia berdiri dan bergegas menganti pakaian dan langsung menuju ke dapur untuk menyelesaikan tugas nya.

"Hufhhtt akhirnya selesai juga" kata tania sambil menepis keringatan yang ada dikeningnya.
 
"Aku mandi terus shalat magrib dulu aja deh, lagian pekerjaan rumah juga udah pada kelar semua" kemudian tania mandi dan melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim.

"Ya Allah, engkau maha pengasih lagi maha penyayang engkau maha tahu apa yang aku rasakan dan engkau maha mengetahui apa yang tidak semua hamba mu ketahui. Dengarkanlah permohonan ku ya Allah, jika dunia ini aku hanya bisa menjadi beban untuk orang-orang yang aku sayangi, maka alangkah baik nya jika engkau menjemput ku sesegera mungkin agak aku tidak lagi menyusahkan mereka  Aamiin..." Satu butir air mata tak terelakkan dari ketulusan doa Tania.

"Taniaa..taniia!! Kemana anak bodoh itu? " Suara berat seorang lelaki paruh baya yang terdengar menahan amarah. Mendengar suara itu tania tersentak kemudian cepat-cepat melepas mukenah yang ia gunakan dan segera keluar dan menemui pria itu

" Dasar anak bodoh dari mana saja kau? Kau tuli? Apa kau tak menginginkan kedua telinga mu lagi ha!" Kata pria itu sambil berkacak pinggang.

"Eng..gak.. paa, mm..aaf tadi Tania lagi shlat, ja.a..di ga denger klau papa panggil.." tania menunduk takut tak berani melihat kedua mata pria itu yang seakan seakan siap membunuh nya ditempat

"Halah alasan, sini cepat ikut sayaa!!" Kata pria itu sambil menarik pergelangan tangan Tania dengan kuat, mungkin akan meninggalkan jejak ditangan putihnya.

" Ahh.. paa.. ampun paa.. hiks tangan tania sakit pa.." tania hanya bisa pasrah karena permohonan nya tak didengar oleh sosok pria yang seharusnya menjadi panutan dan pelindung untuk dirinya.

"Dasar gadis lemah, belum kusiksa saja sudah minta ampun? Apalagi jika tangan mu kupotong? Mungkin kau akan teriak- teriak " kata handoko dengan kejam

Tania hanya dia saja menahan isakan tangis nya, ia hanya mampu mengeluarkan air mata tanpa suara. Ia takut jika Handoko akan murka dan akan bertindak lebih kasar padanya.

"Kau ihat? Cepat cuci semua baju Nadia sekarang! Aku tak ingin tau besok semua baju ini sudah harus tersusun rapi dilemari  anakku. Kau dengar kan? Maka lakukan sekarang atau kau akan tau akibat nya!" Setelah mengatakan itu, Handoko kemudian pergi meninggalkan tania yang masih setia berdiam diri dan menitik kan air mata.

"Paa.. aku juga anak kalian sama seperti nadia.. hiks.. aku bahkan anak kandung kalian sedangkan nadia hanya keponakan yang kalian anggap anak. Karena orang tua Nadia meninggalkan dan kalian justru menyalahkan ku atas kematian paman dan bibi hiks.. andai kalian tau disini aku yng lebih terluka dan perlu perhatian dan secercah kasih sayang kalian paa.. maa.. hiks..hiks" batin tania, ia tak mampu menahan sesak di dada nya dan terduduk menangis.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?? Apakah tania akan terus menderita?
Siapakah sosok Nadia sebenarnya? Apakah dia berpihak pada tania atau justru akan menambah penderitaan tania semakin komplit?

Jangan lupa vote ya, dan tunggu kelanjutan ceritanya..

Beri sedetik cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang