"TERSERAH." Ucap ibunya.
Ucapan tersebut membuat Zayyan menjadi bingung. Jika ikut turnamen, ia takut kalo ibunya sudah tidak peduli dengannya lagi karena ibunya tidak ingin dia menjadi seorang atlet. Tetapi jika tidak ikut, Zayyan tidak akan mendapat pengalaman mengikuti turnamen bulutangkis.
"Tapi bu, aku ingin sekali ikut turnamen bulutangkis. Aku ingin menjadi juara." Jawab Zayyan memohon kepada sang ibu.
"Yaudah tadi kan ibu bilang terserah, sudah ibu bilang kamu itu tidak berbakat dalam olahraga tapi kalo itu memang pilihanmu yasudah, urus saja dirimu sendiri sana!" Balas ibunya tegas.
"Yaudah aku akan tetap ikut turnamen, walaupun ibu tidak mendukung." Jawab Zayyan mengakhiri percakapan dengan ibunya.
Walaupun ibunya melarang tetapi Zayyan tetap keukeuh untuk mengikuti turnamen tersebut.
"Aku akan buktikan kepada ibu kalo aku bisa menjadi seorang atlet." Gumam Zayyan dalam hati sambil berjalan meninggalkan ibunya menuju ke ruang tamu menghampiri Devina.
Devina mendengar percakapan antara Zayyan dan ibunya dari ruang tamu. Ia juga sempat membantu Zayyan untuk meminta izin tetapi tetap saja tidak diizinkan. Devina tidak tega melihat Zayyan ingin menggapai cita-citanya tetapi tidak direstui ibunya.
"Zayyan, yang semangat yaa. Gua tau lu pengen banget ikut turnamen, pengen ngewakilin Jawa Tengah. Kalo lu pengen itu terwujud lu harus latihan yang rajin. Masalah ibu lu mah gampang, misalkan nanti lu pulang bawa medali emas pasti ibu lu juga bakalan seneng ko." Kata Devina menyemangati Zayyan sekaligus menenangkan hatinya.
"Iyaa dev, makasih banyak ya lu udah nyemangatin gua. Lu juga harus latihan yang rajin ya biar bisa ngewakilin Jawa Tengah bareng gua." Jawab Zayyan masih sedikit sedih.
"Iyaa sama-sama, sebagai teman yang baik kita harus saling memotivasi. Yaudah kalo gitu gua pulang dulu ya yan." Balas Devina sambil tersenyum.
"Gua anterin ya?" Kata Zayyan menawarkan Devina.
"Gausah dah yan, sendiri aja gua. Santuiiii." Balas Devina meyakinkan Zayyan.
"Yaudah ati-ati yaa dev, sampe ketemu lagi." Jawab Zayyan.
Lalu Devina pun meninggalkan rumah Zayyan sambil melambaikan tangannya mendadah-dadahkan si Zayyan.
***
Sebulan kemudian, tepat dimana Zayyan bertanding bulutangkis perdananya di GOR Semarang. Turnamen yang Zayyan ikuti juga sudah termasuk tinggi yaitu tingkat provinsi.
Zayyan memukul shuttle cock itu dengan penuh tenaga sambil berteriak.
"HIYAAAAA". Teriak Zayyan dengan keras.
Berniat memukul ke arah lawan tapi pukulannya malah membuat shuttle cock yang dipukulnya itu jatuh di belakang garis luar lapangan lawan. Skornya adalah 18-21, 21-15, dan 23 - 25 untuk Zayyan. Dia sangat kecewa. Ini baru pertandingan perempat final namun dia harus tunduk pada lawannya. Dia harus kembali ke sekolah dengan tangan hampa.
Sesampainya di sekolah, Zayyan langsung berlari menuju ke lapangan badminton indoor milik sekolah dengan membawa raketnya. Di dalam lapangan, dia menghadap dinding yang dingin. Dengan nafas terengah-engah, dia melemparkan raketnya ke dinding itu. Dia sangat marah dan tak pernah semarah itu. Sedangkan raketnya jatuh ke lantai dengan cukup keras, namun syukurlah benda itu terlihat masih utuh.
Tanpa Zayyan sadari, seseorang memperhatikannya daritadi. Saat dia menyadari keberadaan orang itu, dia langsung melihat ke arah orang itu dan seketika itu juga orang itu langsung pergi. Ternyata orang itu adalah Coach Heru. Setelah itu, Zayyan berteriak sekencang-kencangnya di lapangan itu. Suaranya yang sangat kencang itu, membuat kucing yang sedang berjalan dekat lapangan itu kaget. Dia benar-benar kecewa atas pertandingan tadi. Zayyan lalu mengambil raketnya yang tergeletak tak berdaya di atas lantai setelah dilempar olehnya. Dengan lesu, diangkatnya raket itu sejajar dengan wajahnya. Ternyata raket itu malah patah. Itu adalah raket kesayangannya yang pertama kali dia beli dan sekarang dia harus membeli yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Zero to Hero
Short StoryCerita ini mengisahkan seorang anak laki-laki yang bercita-cita menjadi atlet bulutangkis Internasional. "Sebenarnya gini bu, aku pengen banget jadi atlet Bu, atlet bulutangkis lebih tepatnya, tapi aku kan belom pernah bermain bulutangkis, bahkan me...