Hamparan ilalang putih meliuk bersama tiupan angin. Langit tampak berbeda. Semua sisi langit tampak penuh mendung abu. Bahkan tanah yang dipijakpun berwarna putih abu. Seorang gadis mengernyitkan dahi bingung. Dimana?
Tiupan angin menerbangkan rambut pirangnya. Pandangannya beralih menatap langkah kakinya yang beralaskan sepatu kaca mewah.
Genggaman erat ditangan kirinya menyadarkan dari banyaknya pertanyaan yang dipikirkan. Gadis tersebut menganga tidak percaya. Disampingnya seorang pemuda dengan seorang balita terduduk di pundak kanannya. Tangan mungil balita itu menyisir lembut rambut sang gadis. Pemuda dan balita tersebut tersenyum kearah sang gadis.
Mereka bertiga tiada henti berjalan. Sampai punggung mereka hilang tertelan kabut yang entah datang dari mana."..akkk.. Bangun woee.."
Tok.. Tok.. Tok...
"Kakaaaakkkkkkkkkkk!!! Kucing tetangga udah lahiran woee.."Perlahan kedua iris mata coklat itu terbuka. Otaknya berusaha mengingat kejadian di alam mimpi, mengabaikan suara menggema yang bahkan membuat kucing tetangga berjengkit melarikan diri.
"Kebo bener sih.. Emangg ketemu pangeran ya di mimpi???"
Ck! Gadis tersebut berdecak.
"Udah bangun. Sana pergi!"
Sunyi.
Gadis tersebut beranjak mandi dan segera bersiap kesekolah. Tak lama ia turun menghampiri meja makan yang sudah lengkap terisi kedua orang terkasihnya.
"Kucing tetangga udah teriak minta tolong mau lahiran, ternyata hanyut mimpi bareng pangeran", dan jangan lupakan adik yang bahkan sering di kira kakaknya bersama nyinyiran seolah dosa sudah hal biasa.
"Kamu nanti balik apartemen, liv?", tanya Ana sembari menyuap nasi kucing.
Gadis yang ditanya hanya menganggukan kepalanya disela kenikmatan yang tersaji dipiringnya. Decakan lirih terdengar dibibir tebal Ana.
"Dahlah biarin aja. Udah gede ini juga. Anaknya juga gak macem-macem ini. Gak petakilan kaya Siska ini", sela Aris sebelum ceramah Ana tidak dapat di hentikan.
"Kok aku mulu yang kena sih, Yah? Aku macem-macem kaya gimana??", seru Siska tak terima.
"Siapa bilang kamu macem-macem? Kalo iya, sudah ayah setopin uang belanja kamu. Ayah iyain yang bagian terakhirnya doang"
Siska mengerucutkan bibirnya sebal.
"Oliv berangkat dulu ya, Ayah Bunda", salimnya kepada kedua orangtuanya. Siska yang ikut menjulurkan tanganya ditepuk kasar oleh Oliv.
"Dasar adik durhaka!", teriak Siska saat Oliv mencapai pintu keluar. Oliv mengemudikan motor scopynya menuju sekolah.
- - -
Program Insentif Belajar atau yang biasa disebut IB disekolah Oliv diadakan berbeda dari sekolah lainnya. Karena ini diadakan sebelum bel masuk berbunyi. Tepat pukul 6 kegiatan IB sudah dimulai.
Oliv memarkir motornya bersamaan sapaan adik kelasnya yang Oliv sedikit kenal.
Kelas Oliv hari ini libur IB, lantaran guru materinya cuti lahiran. Belum banyak siswa penunggu bangku didalamnya.
Gebrakan pintu memaksa Oliv menengok ke arah suara. Begitupun segelintir siswa lain di dalam. Oliv berdecak malas mengetahui siapa dalangnya. Ia kembali memasukkan tasnya kedalam kolong meja dan bermain ponsel.
Pemuda dengan tampang lega berjalan lemas ke bangku duduknya. Nafasnya terengah tanpa Oliv perdulikan. Kedua telinga Oliv sudah terpasang earphone. Pemuda tadi menyandarkan kepala di bangku untuk kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu.
--------------------------------------------------
Hellaw!
Maafkan daku yg tdk bisa menyelesaikan cerita di lembar samping. Tapi malah buat cerita baru.
Sejujurnya aku bingung mau nglnjutin cerita lembar pertama kaya gimana. Tiba2 udah kepikiran ide buat cerita lain lagi. Ide dari cerita lembar lain udah lenyap entah kemana :( . Jadi aku hapus aja :v
Nah, berhubung ni ide masih anget2nya, dan aku masih nganggur senganggur2nya.....aku putusin buat cerita baru ajaaa...
Semoga kalian syuka yaaa.
Hug & kiss
m b l a c k s h i n e
KAMU SEDANG MEMBACA
EnDRAM
Teen FictionBerbagai macam imajinasi apa yang diinginkan di masa depan selalu menghiasi hari-hari. Berharap semua imajinasinya terkabulkan disuatu hari nanti. Bersama lantunan doa terbatinkan tanpa terlihat nyata. Bahagia jika kebahagiaan imajinasi terkab...