Bagian spesial : Hanya Rindu

12K 1.1K 499
                                    

Hahay...
Rindu tidak? Sama aku, sama cerita ini?
Kukasih spesial chapter nih... Baik kan aku? Eaaa...

Disarankan baca sambil dengerin lagunya Andmesh Kamaleng - Hanya Rindu

Okey, let's read the story guys

~•~

Tiga tahun berlalu setelah masa kelam itu, dan rasanya sekarang jauh lebih kelam dan suram. Sehun belum bisa benar-benar lari dan membungkus seluruh kenangan itu. Ah… dia tak ingin membungkusnya dan melupakannya. Dia ingin terus memeluknya, dia ingin kenangan-kenangan yang dia punya menemani dirinya selagi hidup.

Pria tinggi itu menatap orang-orang yang ada di depannya. Berfoto dengan keluarga, merayakan kelulusan setelah berbulan-bulan bergelut dengan berbagai penelitian. Dadanya sesak menyadari bahwa kelulusan dan keberhasilannya meraih gelar magisternya tak ada yang menghadiri. Dia sendirian, merayakan kelulusannya dengan linangan air mata.

Dia memilih meninggalkan aula, menjauh dari mereka yang membuatnya iri. Dan di sinilah dia, duduk termenung di bangku taman kampus, sertificat dan topi toganya tergeletak di sampingnya. Semilir angin sore menerbangkan helaian rambutnya. Menghantarkan sedikit rasa nyaman di hatinya.

“Sehun,” seseorang memanggil.

Sehun terkejut, matanya yang semula terpejam seketika membuka, menoleh pada seseorang yang barusan menyeru namanya. Senyum itu terbit saat melihat orang itu melambai dan menghampirinya. Dia berdiri lalu menerima pelukan dari seseorang itu.

“aku tidak terlambat, kan?” tanya orang itu setelah melepas pelukannya dan memberikan buket bunga yang dia bawa.

“sedikit” jawab Sehun, “kukira kau tidak akan datang, Lu mengingat jadwalmu cukup padat” lanjutnya.

“sepadat apapun jadwalku akan kusempatkan untuk datang ke hari istimewamu. Aku ingin sepertimu yang bisa meluangkan waktu hanya untuk menemani Baekhyun kontrol”

Sehun tersenyum lembut, dia selipkan anak rambut Luhan yang jatuh menghalangi mata ke telinga,

“terimakasih” katanya dan dibalas anggukan oleh yang lebih tua.

“ah, ayo kita foto. Kau harus punya kenang-kenangan setelah menerima gelar magister. Terutama dengan sobatmu ini” Luhan menyeret Sehun ke salah satu backdrop di dekat mereka.

Dia meminta salah seorang wisudawan yang kebetulan lewat untuk mengambil foto mereka berdua.

“terimakasih…” ucap Luhan seraya membungkuk pada orang tadi. Dia lihat sebentar hasil fotonya kemudian menyimpan ponselnya lagi di tas. “mau kemana setelah ini?” tanyanya pada Sehun yang diam menatap lalu lalang.

“em… antar aku ke makam, ya” jawab Sehun.

Luhan terdiam, dirinya tak segera menjawab. Dia pandangi wajah pemuda di depannya. Sendu itu dia temukan di sana, kerinduan apalagi. Senyum lembutnya terkembang kemudian mengangguk.

“okey. Ayo sekarang, mumpung belum terlalu sore”

Sehun membalasnya dengan senyuman lalu menarik tangan Luhan untuk mengikutinya.

“kau bawa kendaraan kemari?” tanya yang lebih muda.

“tidak” jawab Luhan.

“bagus. Kita naik mobilku saja”

Luhan menurut.

Dua orang itu melaju ke tempat yang dituju Sehun. Sepanjang perjalanan itu hanya sunyi yang mengisi. Luhan ingin bicara namun tak tahu harus bicara apa. Pria di sampingnya sepertinya sedang tak ingin bicara. Dia cukup tahu bagaimana sesaknya Sehun, di hari istimewanya, tak ada seorangpun yang datang memberinya selamat. Dalam hal ini keluarga.

PAPA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang