Cerita ini mengandung unsur dewasa seperti kekerasan, seksualitas, bahasa tidak senonoh, dan konten dewasa lainnya. Yang belum cukup umur, dimohon untuk tidak membacanya!
Tubuhnya meminta untuk disentuh lagi, lebih banyak dan lebih lama, tapi ia merasakan bahaya.
Laki-laki itu menarik Yui kemobilnya dan ia telah kehilangan kesadaran akan pikirannya rasionalnya berusaha menolak lebih keras, tapi gagal.
Ia mencoba untuk tetap sadar, demi empat anak di rumah. Betapapun besarnya ia mencoba melarikan diri, tapi kekuatan seorang gadis yang lemah tidak sebanding dengan seorang lelaki apalagi dia dibawah pengaruh obat-obatan.
"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi! Ah~!" teriak Yui, mencoba tetap terjaga meski tubuhnya tidak mau bekerjasama sekalipun.
"Mengapa begitu tengang?" Lelaki itu bertanya nakal.
Yui Kito tahu ada yang salah. Dengan sekuat tenaga ia benamkan jari-jarinya ketelapak tangannya sehingga ia tetap terjaga.
"Lepas" Yui Kito masih berusaha berjuang saat lelaki itu menariknya kemobil. Ia memukul kaca dengan frustasi. Ia cemas dan reaksi tubuhnya benar-benar aneh "Kumohon, biarkan aku pergi!" raungnya.
"Kemana kau akan pergi?"
Demi anak-anak itu dan juga demi dirinya sendiri, ia mencoba segalahal yang ia bisa, memperjuangkan rasionalitasnya, dan mencoba kabur, tapi sekuat apapun yang ia lakukan, hasilnya tidak pernah seperti yang di harapkan.
"Kumohon lepaskan aku" suara Yui bergetar dengan air mata. Ia menyuarakan doa-doa dalam dirinya. Berharap. Memohon.
lelaki tak dikenal itu memegang tangannya dibelakang punggung, mengcengahnya membuat keributan.
Sepuluh menit atau lebih mereka tiba di sebuah apartemen, tubuh Yui makin gerah dan ia benar-benar tak tahan lagi. Tapi ia berusaha keras tetap mengenakan pakaiannya.
Beberapa kali kakinya tersandung karena diseret-seret dengan kejam. Lengannya yang berada dibelakang pungung, terasa sakit, sehingga membuatnya tetap terjaga.
Lelaki itu tidak melepaskannya, dengan brutal menarik mantelnya, lalu pakaiannya didalamnya, pakaian yang sudah lapuk itu robek dengan mudah. Merobek dan mengelus kulitnya.
"Tidak! Jangan! kumohon jangan! Biarkan aku pergi!" pekik Yui dengan sisa perjuangan yang ada, ia terengah-tengah "Tidak! lepaskan aku!"
Protesnya dicegah oleh ciuman tiba-tiba lelaki itu. Membuat akal sehatnya benar-benar kacau di bawah pengaruh afrodisiak.
"Buka mulutmu"
"Julurkan lidahmu"
Memperhatikan gadis itu begitu taat, lelaki itu menyeringai seperti rubah penggoda khas dirinya yang sudah sangat terkenal itu, kemudian dia tenggelam di dalamnya, mengubur tangan di dalam rambutnya, menahan wajahnya, sehingga dia bisa menggerakkan mulut untuk menginvansi mulutnya.
Bibirnya begitu lembut, namun kuat, kombinasi yang memberikan rasa sempurna.
Bibir itu bergerak dengan presisi dan mengerti tujuannya, melintasi bibir Yui dan kemudian kembali lagi. Yui mengerang dan membungkuskan lengannya di sekitar pinggangnya, bersandar pada dirinya, dan Nicholas menggeram padanya dan tiba-tiba saja ciuman itu berubah dari yang tadinya menginginkan, sekarang menjadi memerlukan.
Yui merasakan lidahnya masuk ke dalam mulutnya, berputar-putar dan berdansa dengan lidahnya. secara naluriah meraih ke atas, mengalungkan kedua lengannya di lehernya dan menggenggam rambutnya yang luar biasa itu, hampir bergelantung pada dirinya, berusaha memanjat agar wajahnya semakin dekat dengannya.
Merasakan ketergantungannya Nicholas membantu dengan menangkup kedua pantatnya dan
mengangkatnya. Kedua kaki Yui jadi melingkari pinggangnya, dan sebelum ia menyadarinya, punggungnya sudah berada di dinding, tubuh Nicholas condong ke arahnya, membuatnya berada dalam posisi yang nyaman, namun mulutnya tetap berada di dalam mulut gadis itu.Pria ini benar-benar bisa berciuman. Sialan.
"Ya Tuhan, kau begitu manis," Nicholas berbisik. Sambil terus menggigit dan mencium, mulutnya bergerak ke daerah rahang Yui, perlahan bergerak ke daun telinganya dan turun ke arah leher "Kita berdua akan bersenang-senang, baby."
Mendapatkan kembali rasinalitasnya, Yui Kito serasa seperti disiram air dingin satu ember penuh, Yui kembali ke akal sehatnya.
Tidak!
"Hentikan," Suara Yui terdengar kuat dan meminta. Panik dengan posisi mereka dan ketelanjangannya.
"Kau tidak ingin aku berhenti." Nicholas mendorong panggulnya pada bagian tengah tubuh Yui dan gadis itu menggigit bibirnya yang bengkak akibat ciuman sebelumnya untuk menghentikan erangan yang akan keluar dari tenggorokannya.
"Kubilang berhenti!" Teriak Yui lqgi.
Lelaki itu menjauhkan tubuhnya dan menatap langsung ke matanya, terengah, matanya menyipit. Ia menggelengkan kepalanya dengai seringai kecil dan perlahan menurunkan tubuhku ke lantai.
Lutut Yui hampir menyerah ketika ia berdiri dilantai, mencoba menyeimbangkan diri tangan Yui berada di bahu lelaki itu.
"Melemparkan diri? " tanyanya.
"Tidak! Tidak!" Yui Kito berjuang melepaskan diri.
Tapi semakin ia berjuang, semakin membuat lelaki itu bersemangat mengeraginya hingga tidak ada satupun pakaiannya yang tersisa, lelaki itu melemparkanya kekasur dengan kasar. Tubuh kurusnya sedikit terpental. Kamar itu luas dan rapi juga bercahaya remang-remang.
"Mari kita bersenang-senang sebentar"
Ia menyusut dan menciut mendengar suara lelaki itu.
"Tidak! Aaah~!"
Lelaki itu memisahkan kedua kakinya dan memasukinya dengan brutal.
Air mata Yui mengalir dari sudut matanya, kesakitan karena diterobos begitu saja, ia putus asa berjuang dengan sisa-sisa tenaga dan rasionalitas yang tersisa.
Ia berharap. Ia memohon. Ia berdoa.
Ka[revisiSoD]
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara KAU, AKU dan SAUDARAMU, ada CINTA dan NERAKA
Romance21+ Dia ingin balas dendam!