2. Mas bukan Dek

4.4K 570 162
                                    

Di kelas, Mark mengibaskan kepalanya. Membuatnya tampak seperti seorang bintang iklan sampo pria setelah selesai berolahraga. Seakan menikmati masanya, dia sampai tak menyadari bahwa jaket basket kawannya sudah melayang ke arah kepalanya.

Mark menoleh, menatap tajam kawannya dengan tinggi yang jahat tersebut. Berlari mengejar hingga gaduh tercipta setelahnya.

"Ampun, Lim. Astaga. Kejame."

Lukas, kawan Mark, berkata sembari terus tertawa, sebab gelitikan dari sahabatnya sedari kelas satu itu. Keduanya kini berguling di bagian belakang kelas yang memang memiliki space untuk rehat sesekali sembari sebuah tikar terbentang di belakang sana sebagai alas leha-leha setelah olahraga maupun praktik tari selesai.

"Deri tuluuuuuung!!"

Jeritan Lukas seolah hanya angin lalu pada karibnya yang lain. Menghasilkan tawa Mark yang semakin lepas melihat kawannya tersiksa.

"Der, ndak ikut?"

Deri yang tadi mengambil duduk palig belakang untuk menikmati pertarungan sengit kedua sahabatnya itu menoleh, mendapati sosok lain yang biasanya masuk dalam geng mereka menanyainya demikian.

"Lukas yang mulai, males kalau Alim udah mulai nggelitiki. Ndak kelar pasti sampai guru dateng."

Mark tertawa mendengarnya, seolah peka terhadap sarkas kawannya, ia akhirnya melepaskan Lukas yang tengah merintih sebab rahangnya sakit tertawa tak henti.

"Lha bukannya Bu Sherina cuti melahirkan? Berarti jam pertama kosong toh?"

Deri mengendikkan bahu ditanya demikian, matanya beralih ke Juna yang mencebik heran pada teman-temannya. Menempeleng kepala kedua sahabatnya tanpa peduli pelototan balik yang diterima.

"Makane ada grup kelas diurusin, jangan grup chat band terus yang diliatin. Ndak dengar kabar kan jadine. Bu Sherina tuh katanya mau diganti Pak Chandra yang ngajar anak kelas belakang, tapi gatau jadi atau ndak, bisa aja kan akhirnya yg ngajar malah Eileen."

Juna terkekeh, kedua temannya, ditambah Lukas yang baru sadar dari kehidupannya yang sudah menjelajah antah berantah itu terlihat melongo mendengar kalimatnya.

"GAH!! Ya masa Pak Eileen lagi yang ngajar. Auto dua tahun aku tidur di kelas lagi ya. Moh! Bisa balik-balik terima rapor, aku ditempeleng ibuku lagi yen gitu carane. Ngantuk cuy."

Protesan Lukas didukung anggukan kedua temannya yang lain. Pengalaman mendapati kelas Pak Eileen di kelas satu membuat ketiganya seolah lelah, karena setahun itu tak mendapat apapun selain kantuk mendera.

"Tapi kalau aku setuju-setuju aja sih. Toh, kalau Pak Eileen bisa tidur di kelas. Sans. Hehe." Kekehan Mark kembali mengundang sebuah geplakan di kepalanya. Deri, sang pelaku, langsung dengan keras mengumpatinya dengan kata "mbahmu" pada selewengan yang bersangkutan.

"Ya bener kan?? Malem ngeband, pagi tidur. Ga salah toh? Tapi, Pak Chandra tuh yang mana weh?"

ーnamun sebelum Deri bisa membalas, ketua kelas mereka sudah berteriak berkata bahwa Pak Chandra sedang berjalan ke arah kelas mereka dan siswa kelas IPA 3 itu pun mulai ribut kembali menuju bangku masing-masing.

Hukum Ohm [MarkHyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang