3. Gombalanmu Palsu

3.5K 519 141
                                    

Sekolah sudah berjalan setengah semester, pun festival tari yang memang diadakan rutin sebagai rangkaian penerimaan siswa baru pun akan digelar esok ini.

Stage, selesai.

Pengaturan kelas, selesai.

Adik-adik kelas yang mondar mandir, selesai.

Mark tersenyum melihatnya. Mengingat setahun yang lalu dimana ia masih bocah dengan Bahasa Indonesia limit, faktanya Mark lebih ahli dalam berbicara Bahasa Jawa halus dibanding Bahasa Indonesia sebab di rumahnya dulu ia diajarkan demikian, itu berusaha untuk bersosialisasi dan bekerjasama dengan kawan sekelasnya untuk membuat sebuah pertunjukan tari yang takkan terlupakan sampai suatu saat nanti. Masa-masa yang membuatnya akhirnya dekat dengan dua puluh delapan siswa lainnya terutama dengan Deri, Juna, dan Lukas.

"Kelar?"

Menoleh, Mark memberikan jempolnya pada Deri yang juga sama-sama bekerja di bawah naungan osis agar acara esok terlaksana dengan baik.

"Nostalgia, ya?"

Mengangguk, mengiyakan sembari menambah bahwa Mark merindukan teman-teman sekelasnya yang terpisah jurusan dan kelas. Berlatih tari tiap istirahat dan sepulang sekolah sampai malam, belum lagi akhir pekan yang terpotong karenanya.

"Ketua kelas sudah di briefing?"

Deri dan Mark seketika berbalik bersamaan, menatap Pak Tio selaku guru tari kelas satu yang juga membantu panitia inti dalam menyiapkan festival tersebut tengah berdiri di belakang mereka.

"Tadi jam 4 sudah, Pak. Ini mereka sedang persiapan akhir properti sepertinya. Untuk yang lain, seperti stage sama stand makanan juga sudah selesai. Tinggal ditata sedikit lagi agar tidak mengganggu jalannya acara."

Anggukan Pak Tio melegakan mereka. Pria yang baru mendapatkan kepala tiganya itupun mengajak Deri untuk mengecek anak kelas sepuluh yang masih berada di sekolah dan memberi kabar agar semuanya selesai pukul sembilan. Meninggalkan Mark yang masih memastikan apa yang dibutuhkan di lapangan sudah siap semuanya dan tertata rapi seperti yang mereka laporkan tadi.

Selang belasan menit kepergian mereka dan beberapa pesan mengenai posisi hal-hal yang dibutuhkan di lapangan tersampaikan melalui grup chat panitia, Mark menyadari ada sosok yang datang dan kini berdiri di sebelahnya. Menemaninya yang tengah fokus pada pekerjaan sebagai penanggung jawab acara.

"Belum selesai?"

Mendapati suara halus kesukaannya yang hanya bisa ia temui tiga kali seminggu itu, membuat Mark langsung menoleh. Mark tersenyum lebar, menggoda pria awal kepala dua itu dengan bualan basi ala anak muda dengan menanyakan apakah gurunya itu sudah merindukannya padahal tadi pagi mereka bertemu di kelas.

"Ngawur. Mana ada saya tiba-tiba kangen kamu. Ada-ada aja."

Mark tertawa. Sekalipun jarak lampu dengan tempatnya berdiri agak jauh, dia masih bisa melihat rona samar di kulit sawo matang guru kesayangannya.

"Ya abis, dari sekian banyak panitia, Pak Chandra malah dateng ke saya sih."

Chandra akhirnya hanya terkekeh, lalu membiarkan Mark yang ijin untuk membalas pesan di grup kembali, membiarkannya sedikit sibuk pada tugasnya.

Sejujurnya, Chandra bukan tak peka. Mark selalu menggodanya di kelas, yang berujung sorakan kawan-kawannya. Walaupun terdengar hanya seperti banyolan, Chandra tahu bahwa bocah itu sepertinya benar-benar menitipkan perasaannya pada bualan-bualan yang terlontar untuknya. Pun kata Pak Eileen, meskipun Mark bukan termasuk siswa di peringkat pertama kelas atau paralel, bocah itu memang cukup pandai di mata pelajaran tersebut, tapi lebih sering tertidur dan tak fokus sehingga terkesan cukup abai pada nilai yang di dapatkannya. Hal ini yang menyebabkan Pak Eileen cukup kaget ketika Chandra bercerita bahwa hasil ulangan tengah semester milik Mark kemarin tidak mendapat satu kesalahanpun, ditambah hasil tugasnya yang sukses dikerjakan tanpa cela, tak seperti rekornya saat kelas sepuluh.

Hukum Ohm [MarkHyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang