PERAN UTAMAKU
BY: BABYBOOMenurutmu, apa definisi dari cinta pertama?
Terlalu susah?
Kalau begitu, mari kita buat lebih sederhana.
Menurutmu,
Cinta itu apa?
Percaya atau tidak, aku menulis ini ketika dunia sedang merayakan Valentine, yang kalian kenal sebagai hari Kasih Sayang. Orang-orang sibuk dengan pasangannya dan ingin menghabiskan waktu bersama hingga malam atau mungkin sampai hari esok. Ya, aku melihatnya sendiri. Bahkan sekarang di sampingku terlihat pasangan yang sedang berbincang-bincang sambil bergandengan tangan seakan dunia hanya milik mereka. Apa ini keseharian pasangan pada umumnya?
Aku hanya seorang gadis SMA yang belum mengenal cinta dan tidak ingin mengetahuinya, sampai aku menemukan seseorang yang mengubah semua pandanganku tentang cinta.
Kalian pasti mempunyai suatu pelajaran yang dibenci, 'kan? Aku sangat membenci bahasa Inggris. Aku membenci kata-kata yang sering kali membutuhkan koreksi di dalamnya, padahal untuk mengucapkan sebuah kata, kau hanya perlu mengatakannya tanpa memedulikan apa pun, tetapi dia adalah orang yang membuatku ingin mendalami bahasa asing ini.
Aku semakin dekat dengan seseorang ini dan mempunyai banyak kesempatan untuk jauh lebih mengenalnya. Dia juga sering memujiku, memperhatikanku, mengusap lembut kepalaku. Mungkin kebahagiaan adalah definisi yang tepat untuk dirinya. Aku tidak tahu pasti kapan, dia seenaknya membuatku lupa dengan waktu. Begitu tahu, aku sudah jatuh cinta dibuatnya.
Dia orang pertama yang membuatku berdebar ketika bertemu dengannya, membuatku pertama kali cemburu ketika dia bersama dengan gadis lain, pertama kali membuatku menunggu-nunggu balasan chatnya dan merasakan bahagia setiap kali berpapasan dengannya. Aku merasa ingin selalu berada di dekatnya.
Perasaan yang meluap dan menggebu-gebu itu tidak dapat aku pendam sendiri. Aku menulis semua itu di dalam buku yang kuberi judul namanya, karena dialah peran utama yang ada di buku itu.
Suatu hari seperti biasa, aku dengan teliti memandanginya, dan melihat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Sesuatu yang tidak pernah ia pakai, sesuatu yang membuatku menelan ludah, berdebar-debar, dan kesal.
Aku melihat benda itu lagi, berharap aku hanya salah melihatnya. Benda itu masih ada, melingkar indah di jari manisnya, seakan sedang mengejekku, dan sengaja membuatku geram.
Aku menghela napas dalam, tidak berani menanyakan tentang keberadaan benda itu. Hanya satu hal yang jelas tanpa penjelasan yang kudapat darinya, ia sudah bertunangan.
Semua berubah sejak saat itu. Aku berubah.
Aku tidak lagi bisa memperhatikan pelajarannya dengan benar. Aku tidak lagi mencuri-curi waktu, datang ke ruang guru untuk sekadar melihatnya, dan tidak lagi menemuinya di kelas sepulang sekolah, karena menurutku, dia akan langsung pulang untuk menemui tunangannya. Satu lagi yang paling penting, aku bukan lagi gadis pertama yang ada di barisan pesan ponselnya.
Aku bukan siapa-siapanya.
Keinginanku untuk membuatnya menjadi milikku adalah hal yang paling egois. Aku tahu ini tidak akan bagus untukku, maupun untuknya. Sekali lagi, aku hanya ingin dekat dengannya, karena dia adalah cinta pertamaku. Bagaimana bisa aku melepas cinta pertamaku tanpa mengetahui perasaannya yang sebenarnya? Kalau dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku, bukankah seharusnya dia sudah memasang dinding tebal antara kami sejak awal?
Aku meluapkan semua emosiku yang ada ke dalam buku tentang dirinya. Egois. Aku kira itu bisa membuatku tenang, tapi tidak. Aku berusaha biasa padanya. Hanya saja, aku tidak lagi berusaha mendapatkannya. Pulang untuk menangis sepuasnya dan menulis semua kekesalanku di buku tentang dirinya adalah pilihan yang aku lakukan saat mengetahui pertunangannya.
Setahun berlalu, aku sudah duduk di kelas 12. Bahasa Inggris dipegang olehnya lagi. Inilah tahun terakhir aku dapat melihatnya. Hatiku terlanjur sakit. Aku kira memendam perasaanku adalah hal paling tepat. Ternyata aku salah. Itu malah membuatku menderita karena aku tidak pernah mengutarakan perasaanku padanya, apalagi dia tidak akan pernah tahu perasaanku yang sebenar-benarnya. Satu tahun adalah waktu yang tersisa bagiku untuk melihatnya.
Sepulang sekolah, saat aku sedang menunggu jemputan, tiba-tiba cuaca mengikuti perasaanku yang sedang galau. Ia menangis dan membasahi sepanjang jalan di sekolah.
"Kau sendiri?" Aku menoleh ke arah suara dan melihat pria itu berusaha menutupi sebagian tubuhku dari rintikan hujan menggunakan jasnya. Aku merasakan debaran yang sudah lama tidak aku rasakan. Semudah itu dia membuatku sakit dan antusias di saat yang sama.
"Iya, menunggu jemputan, Sir." Aku berusaha tidak fokus pada wajahnya dan memainkan ponselku karena aku tahu hal tersebut akan membuatku jatuh cinta lagi padanya. Iya, semudah itu dia bisa mengembalikan rasa cinta yang sudah berusaha kupendam.
"Kau terlihat aneh. Ada apa denganmu?" Dia bertanya padaku dengan raut wajahnya yang sedikit kesal, raut wajah yang baru pertama ia tunjukkan padaku.
"Aneh? Maksud Sir?" Pikiranku campur aduk. Tidak tahu harus bagaimana. Aku tahu di mana percakapan ini akan mengarah. Apa mungkin karena sikapku yang menghindarinya secara sepihak?
"Kau menjauhiku." ucapnya dengan suara serak, perkataannya hanya membuatku menunduk diam, tanpa memberikan jawaban yang pasti.
Jangan salah, aku melakukan itu semua bukan karena aku tidak mencintainya lagi, tetapi karena 'tanda' itu. Cincin yang melingkar di jemari manisnya.
Aku ingin sekali pergi dari sana. Lari di tengah hujan memang bukan pilihanku, tapi dengan situasi seperti ini membuatku mungkin melakukan hal itu.
Aku berdiri, berniat untuk pergi tanpa memberikan jawaban. Di saat yang sama, aku merasakan tangannya yang menarik lenganku, membuatku tidak bisa berjalan menjauhi tempat itu. Di sana memang tidak ada orang. Hanya kami berdua. tapi hal itu malah membuatku pasrah. Ia juga membalikkan badanku ke arahnya.
"Don't leave! Please, look at me and explain everything." Dia memandang mataku lekat. Aku tidak bisa lepas dari sorotan matanya. Aku kembali berdebar. Perasaanku yang lama akhirnya kembali lagi. Aku kembali mencintainya.
HAII
Penasaran sama kelanjutan ceritanya?
Cerita ini bisa kalian baca kelanjutannya di buku Cinta Pertama Volume 2, loh!
Yuk, diorder bukunya!