3. Menyembuhkan Luka

522 118 31
                                    

3 bulan telah berlalu semenjak pengadilan memutuskan perceraian mereka. Dan kini Shin hye tidak lagi tinggal di Seoul atau kembali tinggal bersama kakaknya. Shin hye tidak ingin membuat kakaknya khawatir dan terbebani kerena permasalahan dirinya, jadi Shin hye memutuskan untuk tinggal di Busan bersama dengan bibinya.

Shin hye berharap dia akan mendapatkan ketenangan berada jauh dari Seoul dan bisa melupakan seluruh kesakitannya serta bisa dengan cepat memulihkan luka dan tentu saja melupakan Yong hwa. Dia tidak ingin terbebani bayang-bayang kenangannya bersama dengan Yong hwa. Bagi Shin hye sudah cukup rasa sakit yang ditebarkan Yong hwa, bahkan luka ini tidak akan hilang dengan jejak kebahagian yang penah mereka ukir, semua telah hilang.

 

***

Busan

Hari ini dan sama seperti hari-harinya lainnya Shin hye masih betah berdiam tanpa ingin mengatakan apapun. Padahal sudah 3 bulan berlalu tapi dia masih belum bisa membebaskan dirinya. Shin hye lebih banyak menghabiskan waktu sendiri, berdiam dan termenung. Tentu saja, siapa yang bisa hidup tenang setelah pernikahan hancur.

“Dengar Shin hye kau akan terus merasa terbebani kalau kau terus memikirkannya. Dan tidak akan seberat itu jika kau tidak memikirkannya. Kau telah mengambil keputusan yang baik, seharusnya kau bisa memulai kehidupanmu lagi. Mungkin ada benar kau tidak tinggal bersama oppamu, kau tidak ingin mereka cemas dengan masalahmu. Masalah, kesedihan, semua ini datang dan pergi dalam hidup kita. Kenapa seorang wanita tidak bisa menghadapi semua ini? Maju dan membuat takdirnya sendiri. Dengar Shin hye, kau bisa memulai kehidupanmu lagi. Mulailah dari awal, tersenyumanlah seperti sedia kala. Mulailah perlahan-lahan membuka diri walau kau masih merasa terluka. Ingat Shin hye hidupmu jauh lebih berharga dari sebongkah berlian. Ayo sayang, bangkitlah. Lakukan apapun yang kau inginkan, bekerjalah jika kau ingin.”Bibi Shin hye kembali menyemangati Shin hye, mencoba membangkitkan kembali semangat keponakannya itu. Sebagai seorang bibi yang sudah menganggapnya sebagai seorang putri sendiri, tentu saja dirinya merasa sedih melihat Shin hye yang terus meratapi nasibnya. Tapi dibalik itu semua, Shin hye masih berhak untuk bahagia. Maka dari itu bibi Shin hye terus mendorong Shin hye agar bisa bangkit.

Shin hye menatap merana bibinya dengan ke dua mata yang sayu dan lemah. Lagi-lagi airmatanya berjatuhan menandakan kalau luka itu masih ada dan juga dia meratapi dirinya yang tidak bisa bangkit walau hatinya ingin sekali berdiri kembali. Tapi bagaimana? Beban luka yang tergores masih basah sampai saat ini.

“Sayang, Busan tidak kalah hebat dengan Seoul. Kota ini tidak memperdulikan masa lalu kehidupan seseorang. Orang datang ke sini untuk memulai hidup baru, tidak tahu kapan, dimana dan dalam kesempatan apa kau akan dapat kebahagian.”

“Bibi, aku tidak pernah menyangka ini semua akan terjadi padaku dalam sekejam. Dalam hitungan hari hidupku hancur, rumah tanggaku berantakan dan diriku terluka. Rasa sakit ini, apakah harus aku bawa sampai mati?”Shin hye menangis di depan bibinya sembari menyentuh dadanya yang terasa sesak.

“Tidak sayang, jangan berkata seperti itu. Walaupun rumah tanggamu hancur, suatu saat kau akan mendapatkan rumah yang baru dan lebih kokoh dari sebelumnya. Walaupun cintamu kandas, kau akan mendapatkan cinta yang baru, cinta yang akan membuatmu bahagia. Bibi tidak akan membiarkanmu terluka lagi. Putri kecilku, tersenyumlah… jangan hukum dirimu sendiri. Kau mau kan mencobanya?”

“Aku mungkin akan sulit hidup sendiri, tapi aku yakin pasti ada jalan keluarnya”

“Ya kau benar sayang, kau harus beranikan dirimu. Cobalah, bibi akan membantumu apapun yang kau inginkan. Bibi akan coba mencarikanmu pekerjaan, kau mau kan?”Tanya bibi Shin hye tersenyum begitu pula dengan Shin hye. Walaupun tidak yakin akan berhasil setidaknya dia sudah meniatkan untuk terbebas dari belenggu cinta yang menyakitkan.

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang