Paper Umbrella - SungLe

188 18 0
                                    

Hari ini, hujan deras mengguyur kota tempatku bernafas.

Kupikir hari ini akan secerah senyummu kala itu.
Tapi nyatanya, semalam hujan turun dengan derasnya hingga sekarang dan aku belum merasakan tanda-tanda akan berhentinya tangisan langit.

Seperti diriku,
Yang tak tahu kapan akan mengakhiri tangisan akan rinduku padamu ini.

Pukul 08.45 dan semuanya terasa sepi. Hanya suara rintik hujan dan detik jam yang mengisi ruangan.

Ku sandarkan kepalaku pada kaca jendela kamar di lantai dua rumahku.
Terlihat dari jauh halaman itu.
Halaman yang dulu kita pijaki sambil menikmati hujan sepulang sekolah.

Hei, apa kau ingat? Tentang koran yang kau sebut payung kertas yang kau tadahkan pada hujan diatas kepalaku?
"Percuma" katamu sambil menatapku yang basah kuyup.
Puas hatiku saat memukul lenganmu dan berteriak "bodoh" padamu.

Kau menarikku untuk berlari ditengah derasnya hujan. Dirimu pun tiba-tiba tertawa saat mendengar suara bersinku dan melihat merahnya hidungku kala itu.

Taman itu.. Ah, sepertinya aku akan menangis.
Disana, kau tenggelamkan diriku dalam pelukanmu. Walau badanmu basah, namun pelukanmu tetap terasa hangat.

Apa kau tahu bagaimana detak jantungmu menenangkanku dan membuatku semakin nyaman bersandar di dada bidangmu?

Diraihnya pipi dinginku oleh tangan besarmu itu.
Kau menatapku seakan tak ada hari esok.
Kesekian kalinya, diriku tenggelam dalam afsunmu.

Apa yang kau pikirkan kala itu?
Wajahmu kian mendekat dengan wajahku.
Agak mencelos hatiku saat kau putuskan kontak mata kita.
Namun setelah semakin dekat, baru ku mengerti.
Hati kita terhubung.

Deru nafasmu yang kurindukan menyapaku.
Saat bibir kita beradu, hatiku bagai kembang api di awal Januari.
Masih tersimpan baik di memoriku, tentang dirimu yang telah merenggut ciuman pertamaku.

Kau lumat lembut bibirku.
Dengan cinta dan kasih sayang yang murni, tanpa nafsu.
Kau perdalam ciumanmu dengan meraih tengkukku.
Aku takut jikalau Tuhan marah akan perbuatanmu. Namun tetap kunikmati dengan lapang dosa itu.

Air mataku ikut turun bersama rintik hujan yang kini mereda.
Lidah kita berdansa dibawah kesaksian langit yang mulai menampakkan sang cahaya.
Rasa bahagia mengisi hati kosongku.
Karena mu..
Dirimu..

Ciuman dalam hujan,
Kuluangkan memory khusus untukmu.
Ciuman pertama namun bukan terakhirku.

Bibirku memerah karena ulahmu.
Kau menarikku untuk kedua kalinya, menuju rumahmu.

"Ini, pakai saja pakaianku" ucapmu sambil menyodorkan kaus putih dan celana pendek yang ku yakin bekas dirimu saat kau kecil.

Ditariknya tubuhku dan menindihmu yang berbaring di ranjang.
Sialan, pipiku memanas.
Akhirnya aku duduk disampingmu.

"Tak apa. Nikmati saja" Itu kata yang kau bisikkan tepat di telingaku.

Tuhan, tolong maafkan kami.

Lagi-lagi kau kecup lembut bibirku.
Berakhir dengan kenikmatan dosa atas lumatan nakalmu.

Hari-hari berikutnya, hubungan kita semakin lekat.
Semakin banyak kenangan yang kau ciptakan.
Tentang pesawat kertas yang bertuliskan harapan,
Tentang payung hitam kesukaanmu,
Tentang kata-kata Cinta yang kau bisikkan,
Tentang ucapanmu soal takdir, yang kau sebut diriku ditakdirkan untukmu.

Hingga akhirnya kita tahu..
Kau bukanlah takdirku.

Pupus semua harapanku akan dirimu, bersama bunga yang kutaburkan diatas makam dengan nisan bertuliskan namamu.

Cintaku, harapanku, perasaanku dan do'aku terkubur bersama jasadmu.
Kuucapkan selamat jalan bagimu, sang pengisi hatiku.

"Kan kupastikan kisah kita tersimpan didalam hatiku yang paling dalam." ucapku sembari melihat payung hitam yang belum sempat kau ambil saat hujan deras waktu itu.
Payung yang menepis hujan dikala ku menangis disamping kuburanmu.

Dan disinilah aku sekarang.
Berdiri di jendela kamar sembari menutup mata yang sedari tadi tak henti membuang rintik kesedihan.

Sebelum berakhir, kutegaskan lagi kata-katamu tentang takdir.

"Takdirku,
seorang Zhong Chenle
adalah dirimu,
Park Jisung"

"Takdirku,seorang Zhong Chenleadalah dirimu,Park Jisung"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Annyeong!
Beres 555 kata~ kok kyk ketawanya org Thailand ya? T^T
Mau bikin angst tapi gagal ya gitu jadinya :'

Mianhae, lama update :') sekalinya up, bawa ginian.
Yha..

Jangan lupa vote dan comment nya ya~
Aku yakin kok para pembaca disini punya sedikit rasa menghargai untuk mengapresiasi sebuah karya ^^

Gomawo!

Song Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang