27. Lara Hati

874 63 11
                                    

Pertama - tama mau ngasih tau, aku akhirnya lulus Magister dengan kurun waktu (cukup meleset dari rencana) yakni 2,5 tahun, HAHAHAAH. Trimakasih banyak buat kalian yang selama ini memberikan dukungan melalui sabar luar biasa akan hiatusnya aku dalam posting cerita, tetep mengikuti semua karyaku, serta memberikan feedback positif melalui komentar yang bikin aku seneng :) Walaupun terkadang gak kebalas, tapi tetep loh apa yang kalian tulis itu bikin aku senyum sendiri. Jadi sebagai balasannya, aku akan mencoba apdet yah. Mohon maaf banget kalau bahasanya super kaku. 

Love u guys, So much :*

P.S : Semoga beberapa lagu yang kurekomendasikan untuk mendukung vibe galau dalam part ini, bikin kalian baper, yah. hoho


***

"Putra.."

Erza memanggil pria yang kini menggenggam erat tangannya, merasakan perasaan nyaman yang sudah teramat dalam ia rindukan, degupan ringan pada jantung serta bagaimana pipinya kini serasa memanas saat Pria itu  menoleh. Hanya senyuman yang diberikan, namun sudah mampu membuatnya ingin mengubur diri dalam hamparan pasir pantai disekitar mereka, untuk menutupi rona malu tak terkendali hingga keujung kaki.

Ia tak akan pernah melepas genggaman ini. Batinnya sambil memandang jemari tangannya yang terpilin sempurna dan terlindungi oleh Putra. "Jangan pergi lagi."

Bisikan penuh lirih itu membuat Putra kini berbalik, dan mereka berdiri berhadapan, mendadak salah tingkah sendiri  saat ditatap lama oleh Sepasang sorot Hijau Toska yang tak pernah gagal  membuatnya tersipu, kemudian tersenyum lebar saat elusan familier  di puncak kepalanya terasa menenangkan, dan terkesiap kaget saat Putra tau - tau menundukkan wajah dan menciumnya.

Ia membalas ciuman Pria itu sepenuh hati, merangkul erat agar tak terlepas, menikmati sentuhan yang dulu dibencinya itu dengan sukacita hingga membuatnya ingin menangis. Perasaan senang tak tergambarkan oleh apapun ini serasa membumihanguskan jiwanya yang selama ini hancur lebur, dan menggantinya dengan yang baru dan bahagia.

Erza melepas ciuman tersebut dan membiarkan ujung hidung mereka bersentuhan.  "I love you.."

"You hurt me, Erza."

Andaikan aku tak tergesa,

Memutuskanmu karena egoku.

Erza membuka mata karena merasa Paru - parunya menyempit tanpa alasan, serta ruangan kamarnya seolah dipenuhi gas beracun yang membuatnya sesak napas. Perlahan ia memilih bangun dan duduk bersila dengan pandangan menerawang kearah Jam dinding yang menunjukkan pukul 3 Pagi. Mimpi itu sukses membuat dadanya serasa dipilin kuat hingga membuatnya harus mencubit tangannya sendiri hingga memar, serta air mata laknat yang kini tak berhenti mengalir.

Dia sudah bersama Nanda, bahagia dengan pilihannya, tapi mengapa Mimpi itu semakin menghancurkan dirinya yang tak berbentuk lagi?

Mungkin, ingin bertemu masih ada,

Ingin memeluk masih ada.

Apa yakin dia bahagia?

Erza panik saat Pulpen yang menjadi teman setianya dalam mencatat kini malah berulah, membuatnya memilih berbalik untuk bertanya kepada teman - temannya, siapa tau salah satu diantaranya membawa Pulpen berlebih.

"Pake punya gue aja." 

Erza tertegun mendengar suara itu. Sudah sebulan lebih ia tak bersua dengan pemilik suara itu sejak pengakuan bohong berakhir kenyataan itu, sehingga lupa bagaimana bersikap santai seolah tak terjadi apa - apa.

Jatuh Cinta Sama Lo?! NO WAY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang