DMW // 01

4K 207 24
                                    

Prolog.

"Bunda! Kakak tidak menghabiskan sarapannya lagi." Suara cempreng milik Qilla menggema di meja makan membuat Syifa yang sedang menyiapkan bekal untuk anak-anaknya segera menoleh.

Setelah selesai menyiapkan bekal makanan untuk anak kembarnya, Syifa segera melangkah menuju meja makan untuk menyapa keluarga kecilnya yang kini tinggal terpisah dari keluarganya yang lain.

"Gak boleh gitu, ah." Ucap Syifa pelan lantas mengusap lembut bahu anak laki-lakinya, Qinnas.

"In gak suka daun seladanya, Bunda." Keluh Quinnas dengan wajah menengadah sambil menatap Syifa dengan polos.

"Jadi?"

"Mm.. Bunda aja yang makan,"

"Yah! Bunda lagi," Syifa pura-pura mengeluh dengan wajah menyesal yang dibuat-buat.

"Qilla aja yang makan kalau gitu. Dia kan suka daun selada, Bunda." Jawab Qinnas dengan tangan yang menyodorkan piring makan ke arah adik kembarnya.

"Ih, gak mau!" Dengan cepat Qilla menolak.

"Udah-udah, nanti biar Bunda aja."

Qinnas tidak menyahut, ia hanya tersenyum lebar memamerkan gigi susu kecilnya yang tersusun rapi membuat Syifa menjadi gemas sendiri.

Setelah semuanya selesai, Syifa segera bergegas untuk mengantar kedua anaknya menuju ruang utama rumahnya. Di sana sudah ada Rizky yang menunggu mereka.

"Selamat pagi kesayangan-kesayangan Ayah," sapa Rizky begitu ketiga orang terkasihnya sudah berdiri di dekatnya.

"Selamat pagi juga Ayah." Sambut keduanya serentak membuat Syifa tersenyum senang.

"Bagiamana? Sudah siap untuk awal Minggu yang baru?" Tanya Rizky bersemangat.

"Siap!" Lagi, keduanya serentak menjawab.

"Ok. Kalau begitu kita berangkat sekarang."

Rizky beralih menatap Syifa, memeluknya sebentar dan mencium kening istrinya kemudian berjalan beriringan menuju pintu keluar. Sedangkan Qilla dan Qinnas langsung berlari kecil ke arah garasi setelah menyalami Syifa.

"Aku sama anak-anak berangkat dulu, ya? Baik-baik di rumah." Pamit Rizky.

"Um!" Syifa mengangguk dengan senyum kecil.

Cup!

Dengan tiba-tiba Rizky mengecup bibir istrinya sekilas membuat Syifa tersentak kaget.

"Astaga, Ky!" Pekik Syifa.

"Kenapa?" Raut wajah Rizky biasa saja.

"Ada anak-anak juga, ih!"

"Mereka gak liat, kok." Elak Rizky.

"Tetap aja--"

"Udah, aku berangkat ya? Assalamu'alaikum," Rizky masuk ke dalam mobil dan segera melaju.

"Wa'alaikumsalam." Syifa berlalu masuk dalam rumah dengan dada yang berdebar dan pipi merona.

Hugft!

Yah! Meski sudah lima tahun menikah dan memiliki dua orang anak, tetap saja sikap dan gerakan Rizky yang tiba-tiba seperti tadi selalu mampu membuat Syifa merasa malu, berdebar dan kembali jatuh cinta pada suaminya itu.

'Ah! Aku tidak akan bisa berhenti mencintainya. Tidak akan bisa, Tuhan.' Batin Syifa dengan kedua tangan yang memegang dada. Persis seperti orang yang baru pertama kali jatuh cinta. 'Semoga Engkau berkenan membuat kami selalu hidup bersama selamanya.' Lanjut Syifa kembali membatin penuh harap.

Dear, My Wife (Setiaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang