Do you wanna build a family?

398 63 10
                                    

"Gak usah bilang Mas kamu ya Ndi."

Dandi yang sedang memasukan stetoskopnya kedalam tas langsung menoleh mendengar ucapan kakak iparnya itu. Dokter muda, sekaligus adik dari Ayah Aru itupun mengerut bingung, "Kenapa mba? Harusnya di kasih tau dong, biar dia gak sibuk kerja pas anaknya lagi sakit gini."

Vira—Bunda Aru, langsung menarik lengan Dandi keluar dari kamar Aru. Menyisakan Riscal yang masih duduk di kursi meja belakar Aru disamping kasur, yang sepertinya tak ada niatan untuk pergi dari sana, bahkan tidak tertarik sama sekali dengan apa yang bunda dan Omnya bicarakan, kecuali tentang Aru yang kondisinya sedang menurun.

"Kasian Ndi, seminggu kemaren udah banyak yang di cancel karena Aru emang lagi naik turun kondisinya. Kalo di bilangin, pasti dia langsung kesini." Dandi mengangguk mengerti. Meski tau kalau kakaknya seorang workaholic, namun Dandi juga paham betul bagaimana kakaknya menyanyangi keluarga kecilnya.

"Yaudah Mba, yang penting di jaga aja Arunya. Jantungnya udah gak bisa di ajak kerja keras lagi."

"Iya Ndi. Mba juga lagi bingung, sekarang lagi musim ujan. Maunya mba, ya Aru di rumah aja, tapi kamu tau sendiri Aru gimana." Dandi mengangguk kemudian berjalan pelan menuju ruang tengah. Tersenyum begitu melewati ruang makan dimana tersedia makanan yang sehat, Dandi selalu memuji Vira yang memang tidak pernah lalai dengan pantangan Aru.

"Mau makan dulu Ndi?" Tanya Vira begitu menyadari kalau arah pandang Dandi tertuju pada meja makan. Memang tadi Vira sedang masak ketika tiba-tiba Margo pulang dengan menggendong Aru yang sudah tak sadarkan diri. Buru-buru Vira menghubungi Dandi. Sangking paniknya, Vira sampai tak menyadari kalau tak lama kemudian Riscal datang dengan keadaan basah kuyub.

"Yaampun." Vira langsung menepuk keningnya sendiri, membuat Dandi bingung. Wanita itu tiba-tiba saja berlari ke belakang, mengambil handuk kemudian kemudian masuk kembali kedalam kamar Aru.

Vira menyimbakan handuk putih itu di kepala Riscal, kemudian mengusap-usapnya lembut, membuat Riscal yang tak siap sedikit terkejut. "Kamu tuh bang! Bukannya ganti baju."

Riscal tersenyum melihat kepanikan Bundanya. "Ical gak apa-apa Bun."

"Ganti baju dulu ya Nak. Nanti masuk angin." Kadang Risca suka gemas sendiri dengan Bundanya. Memang, kalau sesuatu sudah terjadi pada si bungsu, Bunda ataupun Ayahnya suka lupa dengan hal lain di sekelilingnya. Namun kalau kepanikannya sudah reda dan teringat dengan anak-anaknya yang lain, fokusnya langsung berubah kembali. Itulah yang membuat Riscal tak pernah iri dengan Aru samasekali. Karena Riscal tak pernah merasa kekurangan kasih sayang.

"Arunya gak apa-apa, nanti malah kamu yang kenapa-kenapa. Gih sana."

Riscal kembali tersenyum kemudian bangkit dari sana. Bahkan lelaki itu baru sadar kalau ia sudah membuat kamar Aru basah. Tadi memang Riscal pulang dengan mengendarai motornya sendiri. Sebenarnya Margo sudah menyuruh Riscal untuk naik ke mobilnya, namun Riscal berdalih kalau ia merasa tak aman jika meninggalkan motornya di sekolah. Padahal Riscal ingin mengembalikan ponsel gadis itu. Tapi sialnya, Kara sudah tidak ada di kelas.

"Cal, tadi Margo kemana ya?" Pertanyaan Bundanya langsung membuat Riscal yang sudah berada di ujung pintu akhirnya menoleh dengan cengiran di bibirnya, "Bang Go kan balik ke yayasan pusat, ada meeting. Kan tadi Bunda yang paksa Abang buat pergi aja. Bunda ih, udah tua ya?"

Bundanya langsung memberikan ekspresi kecut, "ngomong apa ka—Eh yaampun Dandi!" Bundanya itu langsung berlari keluar kamar, bahkan melewati tubuh Riscal begitu saja. Membuat anak itu semakin tertawa.

Mungkin matahari memang pusat tatasurya, yang jika ia lenyap, semuanya akan runtuh seketika. Kalau di rumah ini, sejauh yang Riscal tau, Aru-lah mataharinya, pusat dari segalanya. Dan Riscal sangat yakin, kepergian Aru mungkin adalah kehancuran untuk keluarganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another Pages for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang