Terdedisasikan untuk puan jelita penulis rasa sesak diatas pilu.
Dikebanyakan cerita sempat ditemui dua netra yang terikat diatas kata bersama. Pertemuan yang dihadiri rasa menggelitik atau rona merah terlukis dipipi hingga menjalar sampai telinga.Namun, itu adalah satu dari beribu keberuntungan dan tak semua insan memiliki.
Redaksi hidup tak akan selalu berjalan sebagaimana bunga tidur dirindukan, terlihat indah namun realita selalu menguras habis rasa sesak di dada. Dikuras hingga tak tahu lagi bagaimana caranya merasa.
Dari sekian banyak taruna dan taruni bernuansa romansa mengikat rasa, aku disini masih terbayang oleh pekatnya masa lalu. Selalu saja mengikat diriku hingga enggan untuk menjelajah menemui persinggahan baru.
"Kita ini apa?" terlontar pertanyaan singkat dari bibirku. Jika ia mendengar, aku mungkin akan lebih siap untuk dijadikan bahan tertawaan. Pertanyaan bodoh, lebih bodoh lagi jika aku bisa berpikir untuk bertanya tentang hal itu.
Aku bodoh dan itu karena nya.
Kita terdiam diselimuti keheningan. Sang adipati masih memilih untuk bisu, hanya memperhatikan netra hitamku yang bergetar karena sedang berusaha menahan tumpahan benteng air mata.
Sebab, atensiku selama satu dasawarsa tak sempat mencoret tinta diatas kenangan yang akan tersimpan didalam benaknya. Bukan aku tak sempat, dia yang enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
70 mil projector
Short Storyft. huang renjun jauh merindu, dekat tak bermakna 2021 ©Hi_ItsNana