BAB 1 -Awal pertemuan

15 2 0
                                    

Namaku Saffa umurku kini 25 tahun, aku adalah seorang mahasiswi semester akhir dan sekaligus juga seorang penulis pemula yang bermimpi ingin menjadi seorang penulis sukses.

Kali ini aku ingin menceritakan tentang kisah percintaan ku yang tidak pernah sekalipun aku menceritakannya kepada siapapun. 

Tahun 2008 

Awal mula aku bertemu dengannya itu pada saat penerimaan siswa baru di Sekolah Menengah Pertama.

Pagi itu di hari senin, ketika aku baru memasuki sebuah kelas yang terlihat masih sangat sepi, tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang aku kenal memanggil namaku 

"Saffa Anindia Putri...,?"  kata seorang teman kepadaku, kemudian akupun seketika menoleh kebelakang dan menyapa dirinya.  

"Eh kau Pur,   Kamu sekolah disini juga?," kataku kepadanya.  

Namanya adalah Purnomo dia adalah sahabatku dulu di sekolah dasar dan aku tak menyangka diapun bersekolah disekolah yang sama dengan diriku.

"Hooh shay.. dan bukan hanya aku loh yang bersekolah disini, teman-teman kita yang lainpun juga banyak yang bersekolah disini," kata dengan nada sedikit ngondek kepadaku. 

"Siapa lagi?."

"Hmm banyak, nanti kau juga tau," katanya lagi.

Dughhh... 

"Ochhhh..," teriakku kesakitan saat ada seorang lelaki yang  menyenggol pundakku dengan kasar.  

"Eh,  Maaf ya aku tidak sengaja,....Lagian jangan berdiri didepan pintu dong, kan menghalangi orang jalan!!," katanya kepadaku setelah itu diapun pergi mencari tempat duduk yang dirasa nyaman baginya, meninggalkan diriku yang tidak mengerti dengan sikapnya.

"Kamu Gak apa-apa kan Fa?."

"Gak,  aku gak apa-apa aku hanya heran saja sama dia, dia tuh niat minta maaf gak sih, ngasih taunya songong amat." 

"Ah kamu kaya gak tau dia aja, diakan emang begitu sifatnya," kata Purnomo kepadaku. 

"Aishhh pagi-pagi coba ah sudah dibuat kesel kaya gini...Bete banget tau gak," kataku kepada Purnomo kemudian akupun meninggalkan temanku itu untuk mencari tempat duduk yang dirasa nyaman buatku. 

Setelah ku duduk di bangku yang ku rasa nyaman kulirik lelaki yang tadi menyenggolku, dia adalah Aryo Pangestu lelaki berdarah es yang dulu juga satu sekolah dasar denganku,  entah kenapa setiap kali berhadapan denganku dia selalu ketus, padahal aku tidak pernah ada masalah apa-apa dengannya. 

"Woy... Ham berhenti gak,  kembaliin barang aku dong,"  kata seorang lelaki yang baru saja masuk kelas dengan tersengal-sengal karena mengejar temannya.  

"Ya sini kalo mau kesini ambil," teriak temannya kepadanya.  

Prakk.... 

"Argghhh.., " teriakku seketika itu juga saat ada sebuah tas yang mengenai kepalaku.  

"Aishhh Gak bisa ya mainnya yang normal dikit, ini masih pagi sob,  kalo mau main dilapangan sana," kataku dengan nada kesal kepada mereka berdua.  

"Eh ada yang marah,  maaf deh soalnya tadi Ilham berdiri dibelakangmu," katanya kepadaku.  

"Aishh...Ham ngapain kamu ngumpet di samping kursiku.?" 

"Maaf Fa, aku takut kena lempalan Livat makanya aku belsembunyi di samping kulsimu." katanya dengan nada cedal khasnya kepadaku. 

"Sudahlah aku pergi aja, dari pada kena peluru nyasar lagi, perasaan memulai sesuatu dipagi hari yang katanya menyenangkan dan mendatangkan rejeki kata orang, lah ini kenapa aku malah jadi apes sih," kataku kepada Ilham kemudian akupun beranjak dari kursiku dan berjalan menuju luar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang MalamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang