bagian 1

10 1 0
                                    

       Pagi yang dingin, ditemani dengan rintikan hujan yang tidak begitu deras tapi mampu membuat seseorang dibalik selimut malas untuk beranjak. Dering alarm berbunyi nyaring membuat sang empu menggeliat mematikan alarm dan bergumam.
  
    "Ouggghhhh......males banget"

Ketukan pintu dari luar samar terdengar "non..non Amiraaa bangun non, udah pagi non"
" Iyaaaa biiiik udah bangun kok " sahut Amira

Menyibakkan selimut dari atas kepala lalu duduk dengan rambut yang menutupi wajah, Amira berjalan gontai menuju kamar mandi untuk memulai rutinitas paginya.

"Selamat pagi non.." sapa bik Sari dengan senyum teduh yang selalu menghiasi pagi Amira sambil menyiapkan sarapan di meja makan
"Pagi bik,," jawabnya
"Hujan kayak gini nih yang bikin mager, deres gak deres dibilang gerimis tapi deres ckckck,,," keluhnya sambil menegak susu hangat yang sudah disediakan oleh bik sari. Tak butuh waktu lama Amira langsung pergi ke garasi dan si mini Cooper untuk pergi ke kantor.

"Selamat pagi pak Hendro,," sapa Amira pada satpam lobi kantornya
" Selamat pagi buk,,," jawab pak Hendro dengan gerak sedikit menunduk seolah menunjukkan rasa hormat pada Amira. Seperti biasa alur menuju ruangannya Amira akan melewati beberapa ruangan staff yang pasti diiringi para staff yang selalu menyapa ketika Amira tidak sengaja lewat disekitarnya. Amira selalu menjawab dengan anggukan dan balasan "iya" dan tak lupa juga selalu ia bubuhkan senyum manisnya. 

Amira sampai di ruangan direktur, ruangan yang sudah hampir 2 tahun ini ia tempati di mana ruangan itu menjadi rumah kedua setelah rumah utamanya dan juga sekaligus pelariannya. Tak selang beberapa menit sampai di ruangannya Amira mengecek segala laporan yang sudah menumpuk setia di mejanya.

"Permisi Buk,,," Susi sekertarisnya yang langsung masuk setelah dibalas oleh anggukan Amira karna memang pintu ruangannya tidak tertutup secara rapat.
"Pagi, apa jadwal saya hari ini sus?tanyanya " dan ini, tidakkah kamu bisa mengurangi sedikit saja laporan yang semakin lama semakin menumpuk ini" keluh Amira pada sekretaris nya.

Si Susi hanya mengangguk dan dibalas dengan senyuman karna memang benar yang dikatakan direkturnya itu, tumpukan laporan laporan itu semakin lama semakin banyak karna memang itu tugas yang tidak bisa dihindari oleh atasannya.

Susi dengan lugas santai dan sopan membacakan semua jadwal sang direktur hari ini, mulai dari rapat kantor, di luar kantor hingga peninjauan lapangan. Karna Amira tak ingin banyak mengeluh dan bicara lagi, maka ia mengiyakan semua yang Susi katakan dengan begitu ia berkeyakinan bahwa hari ini semua akan berjalan dengan cepat, walaupun cuaca di luar sedang mendukungnya untuk lebih baik bergelung dengan selimut tebalnya dirumah.

Amira putri wanita berusia 27 tahun berkulit kuning Langsat khas wanita Indonesia, berhidung mancung, alis tebal tertata rapi tanpa pencil alis, tubuh tinggi dan sedikit berisi di bagian tertentu, mata sedikit lebar dengan bulu mata yang lentik yang selalu membuat klien setiap kali ketemu Amira selalu tidak fokus dengan pekerjaannya.

Amira yang bekerja di perusahaan teh kemasan yang cukup di bilang terkenal karena sudah memiliki anak perusahaan di hampir setiap pulau Jawa di Indonesia. Menjabat sebagai direktur utama di perusahaan pusat di Jakarta, selama 2 tahun belakangan ini membuat ia perlahan menjadi wanita tangguh, mandiri dan percaya diri.

Tidak mudah untuk menjadi Amira yang sekarang, tidak mudah untuk menjadi Amira yang tangguh seperti saat ini, tidak mudah untuk menjadi Amira yang mampu berdiri tegak dengan kedua kakinya saat ini. Siapa sangka Amira yang saat ini berdiri sendiri adalah Amira yang masa lalunya sangat rumit dan menyakitkan.

Sekeping Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang