Chapter 1🍑

10 2 0
                                    

Bel masuk sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu, namun anak laki –laki itu masih berjalan santai melewati koridor sekolah. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana yang ia kenakan. Bajunya ia keluarkan dari celana hitamnya. Almet yang ia biarkan tidak terkancing menambah kesan nakal pada dirinya.

Wajahnya datar dan tatapannya tajam. Tidak ada seorangpun yang berani berurusan dengannya. Memiliki tampang yang rupawan membuat ia dipuja oleh banyak gadis. Michelle Adriana adalah salah satunya. Gadis cantik yang terkenal dengan keangkuhannya itu bahkan tidak dilirik oleh laki – laki itu, bagaimana dengan gadis lainnya?

Perlahan kakinya melangkah menuju kelas, kelas yang merupakan tempat orang –orang yang memiliki tampang di atas rata –rata. Banyak orang yang memimpikan ingin masuk ke kelas ini. XII IPA 3. Kelas tempat berkumpulnya para most wanted setelah IPA 1. Dan laki – laki itu termasuk kedalam gelar itu.

Ia masuk ke dalam kelasnya, dan ternyata tidak ada guru disana. Ia meletakkan tas nya di bangku paling belakang. Tempat ia duduk bersama dengan Fandi. Meja belakang merupakan daerah kekuasaan murid berandal sepertinya.

"Oi, Den!"

Laki – laki itu menoleh ketika ada yang memanggilnya. Dia Alden. Aldenathan Rafa Prasetya. Cowok yang dipuja oleh para siswi SMA Cendrawasih. Ia menatap gadis dengan rambut pirang itu dengan mata lembut.

" Tadi lo dicariin adek kelas noh. Cantik, sekalian ngasih ini tadi." Keyra datang menghampiri Alden dengan membawa kotak bekal berwarna pink. Ia meletakkan kotak bekal itu di atas meja Alden.

"Dari adek kelas atau dari lo, Ra?" tanya Alden iseng. Dulu memang Alden menyukai cewek yang berada di samping mejanya itu. Tapi itu hanya dulu, saat masa orientasi tapi sepertinya ia masih ada rasa. Keyra hanya memutar bola matanya.

"Ngarep banget sih. Daripada gue nyiapin buat lo, bagusan gue ngasih Bintang lah." Ucapnya yang di akhiri dengan kekehan. "Buat lo aja elah, Ra. Gue udah sarapan. Lo belum sarapan kan?"

Keyra hanya menghendikkan bahunya. "Tadi gue udah sarapan di kantin bareng Bintang." Alden mengambil kotak bekal itu dan menyimpannya di laci mejanya. Ia menemukan benda lain saat ia meletakkan kotak bekal itu. Ia mengambil benda yang ia sentuh dan mengeluarkannya dari meja.

Keyra yang melihat itu hanya tersenyum meremehkan. "Makin banyak aja yang suka ya, Den?" Alden hanya mendengus. Ia memisahkan cokelat dengan surat, menyerahkan surat kepada Fandi dan menghitung cokelat yang ia dapat.

"Lo mau?" tawarnya kepada Keyra. Ada 7 cokelat yang berada di mejanya, ia menyerahkan 2 cokelat kepada Keyra dan 1 untuk Nesya. "Noh, 1 lagi untuk Nesya."

Keyra menerimanya dengan antusias. "Baik bener, ada peletnya gak nih?"

"Masih aja percaya sama yang begituan. Udah makan aja, abis itu banyak minum air putih." Ucapnya memberi tahu. Fandi yang mendengar perhatian itu hanya tertawa kencang.

"Masih aja perhatian, ketahuan Bintang mampus lo." Kekehnya. Mereka tertawa bersama. "Tuh, doi ngeliat lo udah mau nerkam aja bawaannya. Terima kek cintanya." Ucap Fandi sambil melihat Michelle.

"Gak tertarik. Tumben lo kesini, Ra. Biasanya anteng melototi buku fisika." Alden membuka cokelat pertamanya dan mulai menggigitnya. Fandi mengambil salah satu cokelat yang ada di atas meja.

"Bu Lia gak dateng, lagian gak mood gue." Keyra menarik salah satu bangku kosong yang ada didekatnya dan mendudukinya. Arka dan Bayu pun memutar kursi mereka menghadap belakang. Mengambil cokelat yang tersisa di atas meja.

"Oh iya, Ra. Sebelum gue lupa, tadi Bintang nyuruh lo ke Perpustakaan pas istirahat. Katanya sih mau ngajarin materi yang ketinggalan pas lo gak masuk." Ucap Bayu di sela sela ia memakan cokelatnya. "Males ah. Gak guna banget belajar disana. Ar, jajan napa sono. Laper gue, sarapan gue tadi belum kenyang."

"Males ah, Ra. Mager gue, si Fandi sana suruh." Arka mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi chatting. Ia membuka grup angkatan dan tidak ada berita yang menarik baginya.

"Nes, sini gabung sama kita." Bayu memanggil teman sebangku Keyra. "Najis banget sih lo, Bay. Mau modusin Nesya ya lo?" tanya Keyra dengan mata memicing.

Keyra menyisir rambut pirangnya menggunakan jari tangannya. Sebelah tangannya ia gunakan memainkan ponselnya. Nesya datang menghampiri meja mereka. Keyra menyerahkan cokelat pemberian Alden kepada Nesya dan Nesya menerimanya.

Nesya duduk dibangku kosong disamping Keyra dan mengeluarkan ponselnya. Ia sesekali melirik Alden yang fokus menatap ponselnya. "Oh iya, Nes. Zoya hari ini di rumah nggak? Gue mau minta ajarin main gitar."

Nesya langsung memalingkan wajahnya kearah Keyra. "Emm, kayanya enggak deh, Ra. Dia kan harus kerja sama nyokap, mana bisa diem dia di rumah." Keyra hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Zoya itu siapa, Nes?" tanya Fandi kepo. Ia tidak tau kalau Nesya memiliki saudara bernama Zoya. "Oh, adek angkat gue."

"Adek angkat? Sejak kapan lo punya adek angkat?" kini Alden yang bersuara. "Iya adek angkat. Udah lama sih gue punya adek angkat. Ceritanya panjang deh, intinya dia sering bantuin gue kalo berurusan sama preman. Waktu itu bahkan dia sampek dipukul pake balok kayu."

Alden mulai tertarik dengan pembahasan ini. "Emang dia satu tingkat di bawah kita ya?"

"Nggak sih, sama kaya kita kelas XII. Tadinya gue ngira dia masih kelas X gara – gara muka dia itu baby face. Kayaknya gue ngefans sama dia deh." Keyra hanya memutar bola matanya saja.

ᴥ ᴥ ᴥ

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang