CHAPTER 4

4.2K 312 45
                                    

-edgard's POV-

Aku mulai memasukkan barang-barang ku kedalam mobil dan mulai mengecek keadaan mobil sebagai tindak pencegahan apabila ada kerusakan yang terjadi di tengah perjalanan nanti.

"Yosh, kurasa semua sudah siap"
Dengan senyuman manis sambil menepuk atap mobil ku, lalu aku masuk kedalam mobil dan mulai menjalankan mobil menuju perbatasan kota.

"Huft, aku tidak tau kenapa...tapi, aku merasakan hawa yang tidak enak dalam perjalanan kali ini"
Aku mengacuhkan pemikiran ku dan terus menjalankan mobil ku ke jalan menuju kota sebelah. Aku mulai menyalakan mesin sebagai pembunuh kesuntukan dan rasa kantuk, ya aku berangkat sore ini dan sekarang telah menunjukkan malam hari.

Aku terus menelusuri jalanan beraspal yang diapit kedua hutan di sisi kiri dan kanan, cukup menakutkan apabila terlalu memperhatikan kegelapan yang tersirat dalam hutan tersebut namun aku tetap berusaha fokus menelusuri jalan agar cepat sampai di kota dan melapor ke kantor polisi.

Aku kembali berfikir, apakah tidak mencurigakan jika seorang kriminal sepertinya memiliki sistem komputer yang dapat ditembus semudah itu? Bahkan kartel narkoba pun tidak mudah ditembus sistem komputernya oleh kepolisian sehebat apapun.

-Evan's POV-

Aku terus menunggu kedatangan mangsa ku yang sedang berjalan memasuki perangkap nya sendiri, anak buah ku telah kusebar didalam hutan untuk menembak ban mobil mangsa ku. Ahhh, aku tidak sabar melihat wajah keputusasaan nya saat ia akan ku culik.

"Tetaplah fokus kalian, saat kalian melihat mobil target kita. Segera tembak ban nya."
Aku berbicara dengan anak buah ku melalui HT.

Terkadang aku berfikir, apa yang membuat ku menginginkan anak ini. Apakah keindahan mata yang kulihat saat dipelabuhan malam itu, atau pembalasan dendam ku terhadap seorang polisi?. Dilema ini terus menjerumuskan ku kedalam kisaran kebingunganku dengan anak itu.

"Ahhh....sebenarnya kenapa aku terniat menangkap anak ini, terkadang polisi yang selalu menguntit ku berhasil kubunuh ditempat...."
Bergumam sambil memainkan pistol di tangan ku, aku terus menunggu kapan anak itu akan sampai di perangkap ku.

-Edgard's POV-

Mobil terus berjalan mendekati tujuannya tapi bukan suatu peradaban yang didatanginya, tetapi perangkap dari sang iblis lah yang menariknya.

"Aku mulai mengantuk"
Masih mengendarai mobil dan tidak sengaja menabrak sesuatu sehingga mobil oleng dan berusaha menstabilkan arahnya.

"Aghhh!"
Mobil ku berhasil menepi dengan selamat di tepi jalan, walaupun kepala ku terbentur dengan kaca jendela tapi syukurlah.

Aku mulai mengecek keluar dan melihat ada rusa yang tidak sengaja ku tabrak dengan mobil ku, dengan segenap kekuatan ku aku pun memindahkan rusa tersebut dan berniat kembali ke mobil ku.







"Dor"
Peluru melesat menembak ban mobil ku hingga bocor lalu aku berlindung didalam mobil.

"Hah hah hah hah"
Aku mengambil pistol ku lalu berusaha menjalankan mesin tetapi mobil ku tidak mau menyala. Aku melihat sekitar dan didalam kegelapan muncul beberapa orang berpakaian serba hitam dan memegang senjata api mulai mendekati kendaraan ku. Sial, ada apa ini.

Aku pun mulai mengambil senjata ku lalu keluar mobil dan mulai berlari menelusuri jalanan tersebut sebari menghindar dan meminta pertolongan apabila ada pos polisi terdekat. Aku terus berlari dan berlari hingga aku merasa orang-orang tersebut sudah tidak mengikuti ku lagi. Aku terus berfikir, apakah orang orang tersebut hanyalah perampok? Pembunuh? Ataukah...

Seketika aku terjatuh dan melihat aku telah tersandung oleh batu, aku kembali berdiri dan ingin kembali namun aku melihat ada sesosok orang keluar dari dalam mobil dan berjalan menghampiri ku.

"A-ahh! Aku minta tolong! Tolong hubungi polisi dan katakan ada perampok di jalan ini!"
Aku berusaha kembali menghampiri orang ini namun aku malah terkejut dan tubuh ku menjadi kaku karena orang yang kulihat ini adalah,



Musuhku, Evan C. Clovis.



-All POV-

"Well well well, lihat apa yang kita dapat. Seorang kelinci yang secara tidak sengaja masuk kedalam jebakan seorang serigala. Lihatlah wajah mu, begitu ketakutan bahkan hanya saat melihat ku saja, kau menjadi kaku"
Memberikan senyuman tipis namun dinginnya ke edgard.

"K-kau! Apa kau semua yang merencanakan ini, sialan!"
Aku pun mengacungkan senjata ku ke evan dengan tegak namun sedikit ragu karena sorotan matanya yang tajam. Aku berusaha menangkap orang ini namun malah sepertinya aku yang berhasil tertangkap oleh orang ini. Aku terus fokus menodongkan senjata ku dan aku mendengar derapan kaki banyak orang dibelakang ku, sepertinya itu anak buah dari orang ini. Aku terus berfikir bagaimana bisa kabur dari sini.

"Kenapa sayang, apa kau sekarang sedang berfikir? Bagaimana caranya bisa kabur dari sini? Sayangnya kau tidak akan bisa melakukannya. Menyerahlah saja.."
Mulai mendekati edgard tapi ia masih kekeh dengan senjata yang masih mengarah padaku.

"Kau pikir aku mau menyerah oleh orang gila seperti mu? Tidak! D-dan jangan mendekat!"
Mulai bergerak mundur secara perlahan dari evan, tapi aku tidak tahan melihat mata nya secara terus menerus, mata itu....membuat ku kaku, ia terlalu berbahaya bagi ku.

"Seorang polisi handal harusnya bisa bertarung tanpa senjata dengan seorang penjahat, bukankah itu sudah jelas?"
Mulai menerjang polisi kecil ini dan menghempaskan senjata nya dengan mudah lalu bertarung.

Perlu kuakui polisi ini cukup handal saat bertarung, setiap pukulan dan tendangan dariku bisa ia hindari dan kecepatan serangannya pun perlu ku akui. Kami terus bertarung dengan cepat dan mematikan, saling mendominasi satu sama lain. Walaupun pertemuan ini sangat ku benci karena terlalu membuang tenaga dengan sia sia namun aku harus melayani polisi kecil ini. Para anak buah ku hanya bisa menonton pertarungan duel kami, yang layaknya seperti adegan dansa oleh pangeran dan tuan putri nya. Setiap pukulan dan tendangan yang ku lancarkan selalu mengenainya dan berlaku sebaliknya, aku tidak menyangka pertarungan ini akan menjadi senikmat ini.

"Kenapa sayang, mulai kehabisan tenaga? Kukira kau akan sangat tahan lama saat bermain dengan ku nanti"
Aku meremehkan polisi kecil ini yang mulai ngos-ngosan saat bertarung.

"Tidak mungkin! Enyahlah kau!"
Aku mulai kembali menerjang evan namun saat mendekatinya, aku merasakan ada rasa sakit di leherku dan yang kurasakan hanyalah lemas dan pandangan ku menjadi gelap gulita.

"Whops. Dapat."
Menahan tubuh edgard di dada nya lalu menggendong nya dengan bridal style kedalam mobil ku sambil melepas peluru pembius di leher nya. Kemudian menaruhnya di kursi sebelah kemudi mobil ku.

"Bersabarlah sayang, kita sebentar lagi akan ke rumah cinta kita."
Tersenyum jahat lalu menyalakan mobil nya dan tidak lupa memerintahkan anak buahnya untuk membersihkan tempat kejadian tanpa meninggalkan jejak sekalipun.


OKE GUYS EPS 4 DAH UP YA, JANLUP VOTE AND COMMENT! FOLLOW JUGA YA AKUN NYAAA. SEE YOU NEXT TIME


HATE YOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang