PESUGIHAN POCONG

1.2K 93 22
                                    

Akhir-akhir ini di kampungku digegerkan dengan hadirnya sesosok pocong yang meneror warga kala malam hari. Warga mulai resah ketika hendak keluar rumah malam-malam, karena pocong itu tidak hanya menakut-nakuti saja, tetapi juga mengambil barang-barang berharga milik mereka.

Menurut kabar burung, kemunculan pocong itu ditandai dengan ketukan pintu rumah tiga kali. Dan jika seseorang membuka pintunya, melihat wajah pocongnya, orang itu akan pingsan. Baru setelah itu barang mereka juga ikut hilang.

Sungguh tidak masuk akal memang. Karena itulah tak sedikit dari warga yang berasumsi kalau itu bukan pocong hantu pada umumnya, melainkan pocong jadi-jadian. Yah, semacam pesugihan.

Lebih parahnya lagi, pocong itu memiliki wajah yang lebih dari kata seram. Matanya melotot dengan kelopak hitam pekat. Pipinya hancur, terdapat beberapa luka lebam yang membiru. Banyak darah yang keluar dari mulutnya. Beberapa belatung juga menggerogoti hidungnya hingga keropos. Sungguh mengerikan. Itulah pernyataan para warga yang sudah mengaku melihatnya langsung. Tetapi aku selalu ingin tertawa jika melihat ekspresi mereka pada saat itu.

Kabar burung semacam itu memanglah sudah hal biasa di kampungku. Hal itu tak membuatku terusik ataupun gentar. Aku tetap tenang menanggapinya. Lagi pula, aku seorang lelaki yang terbilang cukup pemberani. Tidak takut akan hal-hal semacam itu.

Saat ini malam sudah sangat larut, tetapi aku belum juga tidur. Banyak pekerjaan yang belum aku tuntaskan. Seusai mencuci muka, aku membuka alat-alat make up di atas meja. Pikiranku masih terbayang akan fenomena pesugihan pocong itu.

"Bagaimana mungkin ada pocong di kampung ini." Aku bergumam seraya menggeleng. Kulirik sebuah kain putih lusuh yang bergelantungan di dekat lemari.

Aku tersenyum.

"Aku rasa mereka hanya melebih-lebihkan saja."


APA YANG JANGGAL?
APA YANG SEBENARNYA TERJADI?

JANGGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang