Hujan di bulan Desember memang paling ditunggu oleh Almira.
Entah apa bedanya dengan hujan-hujan di bulan lain, Almira hanya menyukai hujan yang turun di penghujung tahun.
Seperti sekarang. Ia rela menghabiskan waktunya hanya untuk memandangi air yang turun membasahi pekarangan rumahnya. Sesekali ia julurkan tangannya untuk menampung titik-titik air hujan sembari tersenyum tidak sampai mata. Aroma petrichor seolah healing untuk dirinya setelah seminggu ini dirinya disibukkan oleh bimbingan skripsi dan juga--- Faza.
Ah, Almira jadi mengingat anak itu. Tadi sebelum hujan turun, Faza merengek meminta eskrim di kedai langganannya. Namun Almira tidak merespon karena kondisinya yang masih mengantuk-- ia baru tertidur jam 3 subuh dan sudah direcoki Faza dari jam 6 pagi. Lantas dengan kepintarannya, anak berumur 6 tahun itu pun menelepon Arjuna agar diantarkan ke kedai eskrim. Arjuna dengan senang hati mengabulkan, walau dia mengabaikan protesan Almira karena masih pagi.
Ia mendongak menatap langit yang makin gelap, hujan akan turun semakin lebat sepertinya. Namun Arjuna dan Faza belum terlihat batang hidungnya.
Almira pun beranjak dari teras belakang rumahnya lalu menutup pintu transparan yang menghubungkan ruang keluarga dengan teras belakang. Ia menatap jam yang tergantung di dinding, sudah jam 10. Itu artinya mereka sudah pergi selama 3 jam. Almira mengernyitkan dahinya, memangnya beli berapa ember eskrim sampai lama begitu?
Baru saja ia ingin menelepon Arjuna tetapi tiba-tiba bunyi deru mesin di depan rumahnya menyapa. Tidak salah lagi, itu mobil Arjuna.
Secepat kilat ia berjalan ke arah pintu depan, sembari membawa payung.
Almira langsung menuju Arjuna yang sudah keluar dari mobilnya, sedang memutar mengarah ke pintu mobil sebelahnya dimana Faza berada. Almira berdecak ke arah lelaki yang kacamatanya sudah berembun itu.
"Kenapa gak nunggu di dalem aja? Aku bawa payung sia-sia dong," ujar Almira.
Lelaki itu pun menampilkan cengiran kotak khasnya, "gak sia-sia, kan payungnya bisa buat Faza." Setelahnya, Arjuna membuka pintu mobil dan menggendong Faza yang tengah tertidur dengan hati-hati. Almira pun mengikuti langkah Arjuna kedalam rumahnya.
Setelah membaringkan Faza di atas kasur bocah itu, Arjuna pun langsung mengganti pakaian Faza yang ikut basah karena digendong Arjuna tadi. Almira hanya memperhatikan sembari duduk di bibir kasur berseprei karakter toy story itu. Lelaki itu sangat telaten mengurus Faza.
"Kamu ganti baju sana, baju kamu banyak yang ditinggal di sini kan," ucap Almira setelah melihat Arjuna sudah selesai dengan aktivitasnya mengganti baju Faza.
Arjuna menatap Almira yang masih duduk anteng di pinggir kasur, lalu melangkah menuju lemari Faza yang lagi-lagi dipenuhi sticker toy story. Ia membukanya lalu mencari bajunya yang sengaja ditinggal karena sering menginap jika Faza sedang manja dengannya.
Arjuna mengernyit ketika bajunya tidak ada, padahal bajunya selalu ia taruh di lemari Faza.
"Baju aku gak ada disini, aku bawa semua kali ya kemarin?"
"Ngga, kok. Aku inget baju kamu masih ada dua di sini, belum kamu ambil--" Almira seperti mengingat sesuatu, "oh, tunggu sebentar. Kayaknya baju kamu disatuin di lemari baju aku, Jun, sama Bibi. Aku liat dulu, ya."
Almira beranjak dari duduknya menuju kamarnya, tapi langkahnya terhenti ketika sudah sampai di daun pintu. Ia menengok ke arah Arjuna yang masih menatapnya.
"Kamu mandi aja dulu, nanti aku siapin baju kamu." Lalu pintu tertutup.
Arjuna masih berdiri di tempatnya. Ia tersenyum tipis, lalu menghela napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
rekognisi
General FictionSebelumnya, Arjuna tidak ingin apa-apa. Atas segala apa yang telah ia lakukan untuk Almira, Arjuna tidak ingin apa-apa. Namun setelahnya, Arjuna ingin. Arjuna ingin, sebuah pengakuan. "Kamu akan selalu jadi yang terbaik, Jun. Kamu-- sahabat terbaik...