chapter 2

6 2 0
                                    


Di samping  kenal dengan Choirul Adib aku juga punya kenalan santri putra Darul Hikmah.Namanya Alfen Dan dia juga suka denganku.Ya tuhan aku harus bagaimana.
Ketika itu Alfen nelpon aku dan dia menyatakannya.

"Ril sebenarnya aku Suka dengan mu."

"Tapi fen aku bingung sebenarnya iya aku juga suka denganmu tapi hanya sebagai teman cerita,karena aku sudah menyukai orang lain."

"Siapa orang itu Ril?"

Dengan rasa berat aku bilang padanya,kalau orang yang aku sukai adalah teman pondoknya yang sekamar,senampan dengannya.

"Sebenarnya kami hanya teman,tidak ada ikatan yang mengikatkan tapi kami saling dekat dan saling melengkapi,namaya Choirul Adib."

Sekatika itu Alfen langsung kaget mendengarnya''dia adalah teman saya Ril"katanya.

Aku hanya diam dengan rasa tidak enak dengan Alfen.Diantara dua sisi aku bingung dengan mereka,jujur sih aku belum punya perasaan yang sama dengannya bagiku Alfen hanya teman dalam berbagi ilmu,cerita,dan segalanya.Mengetahui hal itu Alfen mulai membenci Adib,apa yang dibilangnya tentang Adib selalu ternilai jelek.Sampai aku bosan dengan sikapnya.Tregedi pertengkaran pun terjadi antara kita,aku pun tak paham maksudnya dia selalu maju dengan berbagai pertanyaan yang membuat ku bingung untuk menjawab dan sekarang dia terlihat tak perduli lagi pada ku,semuanya terserah pada ku bahkan dia pun mengatakan kalau dirinya akan mengalah demi kebahagian temannya.

"Jika memang itu yang terbaik buatku aku rela melupakanmu Ril Bahkan menjauh dan menghilang dari kehidupanmu."Dia terlihat sedikit kecewa.

"Fen aku minta maaf soal itu,aku mohon jangan pernah pergi walaupun kita mempunyai perasaan yang berbeda tapi aku nyaman dengan kehadiranmu."

"Buat apa Ril kamu merasa nyaman  dengan kehadiranku jika posisi ku aja hanya sebagai orang ketiga dan tempat pelarianmu ketika kamu butuhkan." Dengan nada pelan dan mata merah dia bilang begitu.

Ketika aku sibuk mengurusi masalah dengan Alfen sehingga tanpa ku sadari Adib   mengetahui kedekatan ku dengan Alfen,dia tahu dari Barok dan Arif yang sok tahu tentang diriku.Biasanya kalau malam jum'at  aku,Alvia dan Nadia keluar ke Bangsri,minta izin ke pengurus dengan alasan beli makanan buat buka puasa tapi sekalian mampir di moshulla Al-Muniruh yaitu tempat Adib bertugas.Ketika pertama kali bertemu masyallah aku malu sekali dilihatin dan Adib berada di bagian teras,kayaknya dia setelah selesai wudhu dan kami bertiga langsung masuk ikut sholat isya berjamaah disitu, setelah selesai kami bertiga paling terakhir keluarnya.
Adib memanggil ku dan menyuruh masuk

"Ril ril...kesini sebentar." Dengan rasa grogi kami masuk dan ngbrol dengan Adib dan temannya Izul fu'ad.

Dia memberikan aku sebuah Al-Qur'an Dan buku batik biru sambil berkata "maaf ril ilmu saya belum terlalu banyak dan dibuku ini cuma beberapa saja yang saya tulis" temanya hanya diam dan malu malu.

"Iya gapapa."

"Apakah ada lagi?"

Dengan berbisik bisik aku menyuruh Alvia bilang ke Adib."Begini katanya April,kita berteman saja dulu nggak lebih."

"Iya memang seharusnya begitu." Dengan tegas dia menjawab.

Ya Allah ternyata takdir yang kau berikan padaku sangatlah indah walaupun hanya cukup sederhana,tetapi aku tidak lupa bersyukur.Astagfirullah entah kenapa aku merasa tak jelas,tidak fokus,malu,takut,Bahkan grogi dihadapannya.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang