3. Paksaan

110 0 0
                                    

Drrrttt

Ken meraba kasur di atas bantalnya. Mencari sumber getaran yang sukses membuatnya bangun.

"Hoi, Ken!" Seseorang langsung berteriak begitu Ken mengangkat teleponnya.

"Hem.."

"Lu yang bawa kunci kelas, yak?!" Tanya Edwar dengan nada tinggi.

"Iya, napa?" Jawab Ken masih dengan mata terpejam.

"Eehh ya tolol lu. Berangkat cepet!! Temen-temen dah nunggu nih di depan."

"Hem ya iya. Otw." Jawab Ken singkat. Otw? Sedangkan tubuh Ken sama sekali belum beranjak dari ranjang.

Setelah menutup teleponnya, Ken melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5.28 cukup untuk Ken bersiap-siap.










6:19 Ken nampak berjalan di lorong. Orang-orang bersorak begitu melihat dirinya.

Ken yang baru datang, begitu saja membuka pintu kelas tanpa merasa bersalah.

"Bisa gak Ken, lu berangkatnya lebih siang lagi." Ucap seorang cewek di belakang Ken dengan kesal.

"Bacot klean. Gegara lu semua, gue jadi terpaksa berangkat pagi." Seru Ken kesal.

"Lu bilang Pagi, Ken??" Timpal Edwar.

"Dah sono, masuk!" Perintah Ken pada teman-temannya, yang tak henti-henti menyoraki dirinya. Tapi buat Ken. Bodo amat lah.

Baru saja Ken akan menyusul teman-temannya, langkahnya terhenti begitu melihat sosok Bu Risma tak jauh dari dia berdiri.

"Eh bu bu.. " Panggil Ken sambil berlari. Bu risma yang merasa terpanggil pun berhenti.

"Ada apa, Ken?" Ucap bu Risma.

Tumben gak ngomel- ngomel. Si Kira belum ngaduin gue kali ya? Batin Ken.

"Bu. Saya gak mau berangkat les lagi." Ucap Ken tanpa basa-basi.

Bu Risma mengernyit heran.

"Hari ini kan kamu emang gak les."

"Maksud saya, setelah ini, dan seterusnya." Sambung Ken.

"Loh, memang kenapa?"

"Kegiatan saya jadi hancur bu. Yakali saya harus ninggalin latihan basket dan kegiatan klub saya." Curhat Ken dengan penuh semangat.

"Tidak bisa."

"...?"

















...





Ken mendengus Kesal. Minggu lalu, ia gagal bernegosiasi dengan Bu Risma. Alhasil, hari ini, Ken terpaksa meninggalkan latihan bermain skateboardnya sekali lagi.

"Hai, Ken." Dan ini dia, Kira sudah datang. Seperti biasa, Ken sangat tidak bersemangat.

Kira menarik kursi untuk duduk di depan Ken.
"Gimana, Ken. Kamu gagal menolak les dari guru ya?" Ucap Kira sambil tersenyum.

"Ayolah.. Daripada gak bisa ikut turnamen, iya kan?" Ejek Kira sekali lagi. Ken makin kesal.

Ya. Minggu lalu, Bu Risma menyampaikan syarat untuk Ken adalah harus mendapat nilai ujian tengah semester yang memenuhi syarat. Dibawah itu, Ken dilarang ikut kejuaraan basket yang akan dilakukan bulan depan.

"Kita belajar bahasa ya, hari ini." Ucap Kira. Ken hanya mendengus dan nurut saja.

Sepanjang pelajaran, Ken mau tidak mau harus memperhatikan Kira. Tapi ini sama sekali bukan kebiasaan Ken. Ken tak pernah memperhatikan se niat ini.

Ken kerap kali tersenyum diam-diam. Hingga satu waktu, sikap kurang ajar Ken mulai muncul.

"Ra." Panggil Ken yang membuat Kira menghentikan penjelasannya.

"Waktu itu, lo modusin gue ya?" Ucap Ken tanpa basa basi.

Kira berhasil dibuat ling lung oleh Ken.

"A apaan sih.." Ucapnya gagap.

"Gausah boong" Goda Ken sambil tersenyum miring.

"Ken, bukan waktunya main-main ya." Ancam Kira pada Ken, tapi usahanya sama sekali tak membuat Ken takut.

"Gak masalah kalo lu mau deket gue kok. Apa lu mau gue gendong lagi?" Sambung Ken masih terus dengan senyum mengerikannya.

"Ken!" Ucap Kira penuh penenkanan tapi pelan. Sama sekali tak menyangka bahwa murid lesnya akan menjadi se tidak sopan ini. Bahkan sejak awal, Ken memang tidak sopan terhadapnya. Ya. Bisa-bisanya dia memanggil Kira tanpa embel-embel yang menunjukan hormat pada orang yang lebih tua.

"Hihihi.." Ken cekikikan.

Kira menatap Ken tajam, tapi Ken justru tak merasa takut sama sekali. Ia justru senang mendapat perhatian dari Kira. Melihat tampang mengerikannya sukses membuat Kira bergidik ngeri yang akhirnya memutuskan untuk memutus kontak mata dengan Ken.

"Ra." Panggil Ken.

"Apa?"

"Muka lo merah tuh." Goda Ken.

Kira mendengus kesal. Dirinya yang tadinya malu sekarang sangat-sangat malu.

"Ra."

"Apa lagi?" Jawab Kira kesal.

"Gue gamau les lagi." Ucap Ken ketus.

"Terserah sih."

"Tapi gue masih pengen ketemu ama lo." Ucap Ken terang-terangan. Telinga Kira mulai panas mendengar hal itu keluar begitu mudahnya dari mulut Ken.

"Trus, lo mau pilih mana? Bebas les, atau gak ikut turnamen?" Timpal Kira.

"Gila apa. Semua orang udah tau kali. Gue kaptennya. Yakali guru mau ngebiarin gue gak ikut turnamen. Lu tau, tanpa gue, susah itu tim buat menang." Jawab Ken penuh percaya diri.

"Lagian, apa tanggapan fans gue kalo gue gak ikutan." Ucap Ken sambil tersenyum tajam.

Kira hanya menghela napas melihat kelakuan murid lesnya.

"Udah Ken, bicaranya. Sekarang kita mulai belajar, oke?" Ajak Kira pada Ken.

"Males ah!" Timpal Ken sambil menenggelamkan wajahnya ke tas hitam miliknya diatas meja.

"Ken, ayolah."

"Gak, Ra. Mending lo ikut gue aja." Ucap Ken gembira mendapat ide cemerlang.

"Kemana, Ken."

"Ayo. Lo ikut gue latihan skateboard, oke?"

"Gausah macem-macem, Ken!"

"Alah udahlah, Gaakan ada yang tau kok." Potong Ken.

"Aku laporin kamu beneran kali ini ya." Ancam Kira. Tapi Ken kini tak ada takutnya.

Ia berdiri menenteng tasnya. Memasukan laptop, serta beberapa buku ke dalam tas milik Kira, lalu menggandeng paksa tangan gadis itu.

"Ken!" Berontak Kira. Tapi Ken sudah kukuh untuk pergi.






Thank you, next🖤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GURU LESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang