"Nih," Api menyerahkan es krim yang baru dibelinya tadi.
"Es krim!"
"Ya ampun! Kau ini seperti baru saja melihat es krim dalam seumur hidupmu."
"Ya iyalah, belakangan ini aku gak makan es krim tau!"
"Terserahlah. Makannya pelan-pelan, tuh belepotan."
"Eh?" Sungguh sekarang muka Yaya sudah seperti tomat. Bagaimana tidak? Api membersihkan es krim yang belepotan di bibir Yaya dengan jarinya.
"Nah, sudah bersih." Lelaki yang sudah membuat muka Yaya merah merona segera menyingkirkan jarinya dari bibir Yaya.
"Kau kenapa, Yaya? Kau sakit?"
"E-enggak kok. Api itu apa?" Senyuman jahil terpancar dari wanita berhijab ini.
"Mana? Eh?"
"Kena kau! Hahaha.." Yaya menipu Api dengan maksud mengerjainya dengan secuil es krim tertengger di hidung Api.
"Yaya! Kau curang! Mau main perang es krim ya? Marilah!"
"Api, wajahku jadi kotor!"
"Biarin! Siapa suruh es krimmu mengotori hidungku!"
"Hh.. Sudahlah.. Ayo pulang! Sudah hampir sore, nih."
"Oke.. Tapi aku yang ngebonceng. Kau cukup duduk di belakang!"
"Eh tapi Api-," Belum juga Yaya melanjutkan perkataannya Api sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Tapi apa? Ya masa lelaki yang dibonceng sih. Seharusnya kau yang aku bonceng."
"Pelan-pelan dan hati-hati."
"Iya-iya, cerewet.."
"Kau bilang apa?!"
"Aku gak bilang apa-apa kok. Ayo naik!"
Fine. Yaya sudah bersusah payah menolak Api untuk yang mengayuh sepedah. Bukan karena apa-apa, Api masih belum sembuh total. Kalau nanti Api sakit kepala gimana?
"Aww!!" Tuh kan. Baru saja Yaya memikirkannya dan sekarang malah kejadian.
"Api! Kau tidak apa-apa?! Hey, jangan lepas gengaman tangannya! Nanti kita bisa jatuh!"
"HWAAA!!"
GUBRAK!
"Aduh.. Aku 'kan sudah bilang kau jangan dulu ngayuh sepedah. Kau belum sembuh."
"Ya, maafkan aku, Yaya. Aww, kakiku."
"Hh.. Sini kakinya."
"Aduh Yaya pelan-pelan dong! Sakit tau."
"Lagian ngeyel dibilangin. Untung sepedanya gak apa-apa,"
"Yaya? Kau mementingkan sepedamu dibandingkan aku?"
"Kenapa? Cemburu?"
"Geer banget."
"Yaya?"
"Hm"
"Kamu itu udah kayak es krim menurutku."
"Maksudnya?"
"Mungkin jika dilihat oleh mata nampak dingin. Tetapi jika dirasakan sesungguhnya sangat lembut."
"Aku pulang duluan." Tak tahan jika terus-terusan didekat Api. Bisa-bisa jantung Yaya copot karena detaknya tak karuan. Ia melenggang pergi serta mununtun sepedahnya yang malang.
"Yaya, tunggu aku!"
------
Api POV
Akhirnya aku bisa membuat senyuman itu muncul dari wajahmu Yaya. Meskipun kaki aku yang jadi korbannya. Tidak apa-apa yang penting kau bahagia, istriku. Memang tadi aku salah ngomong, ya? Kok Yaya ninggalin aku pulang?
-----
Yaya POV
Aku dibuat salah tingkah dibuatnya sih? Kan aku bisa bersihin sendiri es krimnya. Awas kau, Api! Kau hampir saja membuat jantungku ingin meloncat keluar. Seharusnya tadi aku gak usah benerin kaki Api. Biar tau rasa kakinya keseleo ditambah kepelintir.
***
'Terima kasih untuk hari ini.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, You Find Me!
FanfictionSAYA JANJI AKAN BACA BUKU INI! Nah loh udah janji~ berarti harus baca dong-//plak Selamat! Kamu telah berhasil menemukan buku ini! Sudah ketemu ... kenapa nggak sekalian baca, ya nggak? Baca dan tinggalkan jejak yaw~ ----- Kumpulan FanFiction dengan...