Bagian 1

13 0 0
                                    


Oh bunga tolong beritahu aku, Apa yang menganggumu

Karena aku tak mau melihatmu seperti ini


Apa ada seseorang yang datang tuk menarik hatimu

Beritahu beritahu dirinya engkau milikku


Dia tak pernah tahu bagaimana ku menjagamu

Dia tak pernah tahu jatuh bangun ku mengejarmu

Tapi dia harus tahu ini tak akan mudah

Tapi dia harus tahu tak mungkin Ku kumelepaskanmu


Oh bunga tolong beritahu aku, Apa yang menganggumu

Karena aku tak mau melihatmu seperti ini


Apa ada seseorang yang datang tuk menarik hatimu

Beritahu beritahu dirinya engkau milikku Yeah


Dia tak pernah tahu bagaimana ku menjagamu

Dia tak pernah tahu jatuh bangun ku mengejarmu

Tapi dia harus tahu ini tak akan mudah

Tapi dia harus tahu tak mungkin Ku kumelepaskanmu

------------------------------------------------------------

Panasnya terik matahari sore ini masih terasa maksimal. Karena meski suara adzan ashar sudah terlewati beberapa menit yang lalu, langit Solo masih terlihat seperti pukul 11 siang. Walaupun begitu, Sandi berdiri dengan sabar di bawah terik masih dengan helm dan menunggangi motornya di samping barisan ATM –tempat janjian dengan sang pacar.

Melirik jam digital di pergelangan tangan kirinya –15.47. Harusnya Whina –pacarnya, sudah selesai dengan mata kuliahnya, sudah selesai shalat dan bertemu dengannya disini beberapa menit yang lalu. Tapi kenapa ini belum datang juga?

Mulai tidak sabar karena cuaca juga membuatnya semakin mendidih, Sandi melepas helm dan merogoh ponsel yang berada di saku jaket. Dia akan menghubungi Whina lagi.

Ttut... ttut..

Nada bersambung dari panggilan WhatsApp yang sudah tersambung mengalun pelan. Layarnya gelap. Sandi tidak akan bisa tahu kapan panggilannya terangkat. Jadi ia segera berteduh di samping ATM dan melepas helmnya.

Sambil menggosok rambutnya yang lepek karena keringat, Sandi menempelkan handphone-nya di telinga kiri rapat. Bahkan bagian dahinya sudah basah keringat. Gila juga panas Solo.

Mendengar bunyi gemerasak dari handphone, Sandi segera bersuara untuk menanyai lawan.

"Whin? Udah selesai kan kuliahnya?"

"Kak Sandi!?" Jawaban dari Whina justru membuat dahi Sandi berkerut. Kok nadanya gitu? Seperti orang kaget.

"Iya, ini Kak Sandi. Jadi pulang sekarang kan?" Setelah itu jeda lagi, karena Whina tak kembali bersuara.

Sandi sebenarnya gemas ingin segera menarik Whina dari entah-dimana itu lalu segera keluar untuk mencari makan. Sandi tidak sempat makan siang di kantor tadi, dan dia begitu tergoda oleh gambar-gambar es teh di sepanjang jalan. Tapi Whina rasanya cukup lambat merespon hari ini. Atau mungkin Whina juga belum makan siang, sedang dalam battery saver mode, makanya agak lemot.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIA HARUS TAHUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang