prolog

43 4 0
                                    

Ketika cinta yang aku dambakan adalah sebuah dosa.
Ketika impian yang ku impikan akan tetap menjadi mimpi-mimpi indah dalam tidurku. 
Ketika takdir mempermainkan semua perasaan dengan memberikan persimpangan-persimpangan yang sulit.

Sejujurnya aku tahu kemana kisahku ini akan berakhir.  Aku tahu dengan pasti,  namun hatiku tetap berteriak menolak semua itu.  Memaksanya seolah semua akan baik-baik saja tanpa melihat bahwa luka itu semakin dalam.  Katakanlah aku bodoh dan memang seperti itulah adanya.

Aku mencintainya. Sangat.
Entah bagaimana sejak pandangan kita bertemu.  Ada sesuatu di dalam sana. Harusnya dari awal aku tetap membangun tembok itu.  Harusnya dari awal dia tidak mencoba mengintip kedalam. Harusnya kami berdua menolak gejolak rasa penasaran itu.  Apalah daya semua sudah terlanjur terjadi.

Kini aku menjadi seseorang yang paling aku benci.. Ya, aku sangat membenci diriku saat ini.  Bukan,  ini bukan semata-mata adalah kesalahannya, waktulah yang salah hingga semua menjadi sangat rumit.  Harus aku akui, kini aku hidup sebagai duri dalam kehidupan orang lain.  Duri kecil yang tidak terlihat namun terasa begitu menyiksa.

Ku coba melangkahkan kakiku menjauh. Ku coba dengan sekuat tenaga. Tetapi hati dan pikiranku terus saja berseteru.  Bagaikan magnet yang menarikku melekat dekat padanya,  menawanku dengan senyumannya, membuatku terisak dan tersenyum di waktu yang bersamaan. 
Sungguh ini menyiksa sebab dia seperti anugrah untukku.  Anugrah yang datang di waktu yang sangat salah. 

Aku mencintainya,  diapun demikian tapi cinta kita adalah racun. Racun yang akan menghancurkan antara satu dengan yang lainnya.

Siapakah yang benar-benar harus di salahakan?

The Something Different Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang