Prolog

9.1K 704 105
                                    

"Kunhang- samchon, aku mau es krim"

"Tuan muda, saya takut-"

"Kunhang"

Suara lembut seseorang membuat langkah seorang pengawal bernama Kunhang itu segera terhenti. Seorang anak berumur lima tahun yang tengah merajuk seketika berseri menatap kedatangan orang tersebut.

"Ayah!" Dengan riang kaki kaki mungilnya berlari, meskipun sempat terseok namun tawa riang selalu meluncur dari bibir mungilnya hingga langkahnya terhenti di depan sang Ayah. Kedua lengannya yang pendek mengalung erat di kaki jenjang sang ayah. Ransel dengan gantungan kunci singa mungil mengayun ngayun seiring dengan lompatan kecil dari kakinya. "Ice cream! Ayah, i want ice cream". Menarik narik ujung sweater sang ayah, bocah tampan itu menunjuk nunjuk antusias kedai es krim di sebrang jalan. Mengganti bahasanya dengan bahasa yang diajarkan oleh Daddynya, gigi gigi mungilnya yang lucu nampak seiring dengan senyuman yang semakin mengembang lebar.

"Minhyung, apa yang Daddy katakan tadi pagi coba diingat dahulu?" Tanya sang ayah berjongkok di depan Minhyung, tangannya yang hangat mengusap lembut surai coklat halus milik puteranya yang sudah memanjang. Respon yang diberikan si kecil sukses membuat tawa merdu meluncur dari bibir sewarna buah peach ayahnya.

"Tidak boleh....memakan es krim karena....Minhyungie sedang flu...." jawab Minhyung dengan setengah hati, bibir bawahnya maju dengan merajuk. Mata sipitnya membulat dengan tatapan memelas pada sang ayah. Hidungnya yang memerah mengerut sebelum ia bersin dengan kencang yang hampir membuat Kunhang juga Xiaojun, pengawal yang ditugaskan menjaga Minhyung terperanjat.

"Aih. Minhyung tidak mau kan flunya tidak sembuh sembuh lalu tidak bisa makan es krim selamanya?"

Dengan jenaka, sang ayah mengubah suaranya sedemikian rupa menjadi merajuk, bibirnya ikut maju menyerupai puteranya. Mengerjapkan bulu matanya yang panjang dan cantik membuat Minhyung segera menganga dan menggeleng cepat.

"Tidak mau! Ayah! Ayah! Tidak jadi, Minhyung tidak suka es krim sekarang!"

Minhyung segera menegakkan badannya lalu menatap mantap pada sang ayah. Lucu, karena bukannya terlihat serius dan meyakinkan, hidung mungilnya yang memerah membuatnya begitu menggemaskan.

"Ja, ayo pulang. Lekas berganti baju lalu kita bermain kastil dan naga bersama Kunhang - samchon dan Xiaojun - samchon ya?" Ajak sang ayah menangkup kedua pipi gembul Minhyung. Mengecup sayang kening puteranya yang tertutup surai halusnya, ia segera merapikan dasi kupu kupu hijau yang senada dengan rompi juga celana Minhyung yang miring. Bangkit berdiri, ia segera mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Minhyung dengan senyuman secerah matahari. Kunhang dan Xiaojun berbagi pandangan dan senyuman, masih saja kagum dengan bagaimana manisnya senyuman istri dan putera pemilik perusahaan teknologi terbesar di Korea Selatan itu.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

"Pak, saya sudah mengatur jadwal anda akan kunjungan ke Busan pada akhir pekan. Apakah ada tambahan lain?"

Jemari yang tengah mengetik kata demi kata dengan lihai di atas keyboard berhenti. Sepasang mata beriris cokelat madu segera terangkat dari layar komputer yang sedaritadi di tekuni untuk menatap seorang pemuda tanggung yang tersenyum kikuk beberapa meter di depannya.

"Sudah cukup untuk hari ini, Jaemin-ssi. Kau bisa pulang" jawabnya dengan senyuman kecil sembari menurunkan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Jaemin membungkuk sejenak lalu berbalik ketika tangannya hendak memegang handle pintu, ia hampir terjatuh ke belakang dengan kaget saat secara tiba tiba pintu terbuka bersamaan dengan sesosok bocah kecil berlari kencang masuk dengan memekik melengking.

"Daddy!"

"Minhyung!"

Keduanya segera tertawa riang begitu Minhyung melompat dan disambut oleh pelukan hangat Daddynya. Jaemin menggeleng lalu segera membungkuk begitu seorang pria manis masuk setelahnya. Pria tersebut tersenyum dengan sepasang lesung pipit di kedua pipi bulatnya. Jaemin segera keluar dan menutup pintu begitu mengerti situasi yang terjadi.

"Apa anak daddy mendapat bintang hari ini?"

Minhyung segera mengobrak abrik isi tasnya sebelum mengeluarkan selembar kertas dengan tempelan kerlap kerlip yang juga menempel di tangannya. Sebuah bentuk gajah ada di tengah kertas yang terbentuk dari kerlap kerlip yang ditempel. Tiga buah stempel bintang yang cukup besar terletak di bawah karya manis tersebut. Dihiasi pula dengan senyuman lebar menggemaskan Minhyung.

"Wah! Minhyung hebat sekali! Tiga bintang!"

Dengan sengaja ia menunjukkan dua jarinya bukannya tiga untuk menggoda Minhyung yang segera dikoreksi oleh si kecil dengan menambahkan jemari Daddynya.

"Tiga itu begini daddy! Kata Ayah kalau salah menghitung nanti dikurangi bintangnya!" Adunya dengan pipi gembulnya yang menggembung, tak tahan karena gemas sang Daddy mencubit pipinya membuat anak berumur lima tahun itu memekik sakit. Tawa merdu dan lembut dari seseorang yang sedaritadi memperhatikan mereka berdua mengalihkan atensi keduanya.

"Jaehyun, hey"

Menurunkan Minhyung dari pangkuannya, ia segera bangkit dari kursi nyaman yang selalu ia gunakan setiap hari sebelum melangkah cepat ke arah pasangan hidupnya. Lengan kokohnya segera mengalung ke pinggang sang istri, sebuah kecupan penuh afeksi mendarat di kening Jaehyun. Keduanya bertukar senyuman sebelum Jaehyun mendorong pelan pria tinggi yang merengkuhnya ketika bibirnya hampir ditawan.

"Youngho, apa aku bilang untuk tidak poppo di depan Minhyung?" Tanyanya dengan alis terangkat dan senyum jenaka. Youngho, melirik Minhyung yang memperhatikan mereka dengan hidung mungilnya yang mengerut. Sedikit ingus menghiasi pinggirnya yang segera Jaehyun bersihkan dengan tissu yang ia ambil dari meja Youngho.

"Daddy says kissing give cooties. Does Ayah will have that too if Daddy kiss him? Ayah jangan mau di poppo!" Rajuk Minhyung memeluk Ayahnya dengan possesif. Bibirnya yang ditekuk dan matanya yang melebar membuat Youngho mengangkat tangannya pura pura menyerah.

"But Daddy kiss Ayah because he loves him. Minhyung want a lil brother right? Then i will-Aw"

Cuitan Youngho segera terhenti dengan rintihan perih ketika sebuah kotak tisu kosong terlempar ke lengannya.

"Jangan dengarkan Daddy, sini coba lihat hidungnya sayang" ujar Jaehyun sama sekali tidak menggubris rengutan pria dewasa berumur hampir 28 tahun yang ia lempar tadi. Minhyung menurut dan mengangkat dagunya sedikit agar sang Ayah bisa membersihkan hidungnya yang hampir dihiasi oleh ingus. Youngho memperhatikan dengan pandangan memuja bagaimana dengan telaten Jaehyun memanjakan buah hati mereka. Dia beruntung. Sangat sangat beruntung.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

With SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang