Regina menatap sendu pada pria yang tengah melamun dengan tatapan kosong di sampingnya. Jika ia bisa bicara dan menyentuhnya. Regina ingin sekali memeluk erat dan mengucapkan kata-kata penenang untuk pria itu.
"Regin...."
"Regina..."
"Reginaaaaaa......"
Regina menitihkan air matanya dengan lirih. Ia bangun dari atas ranjang dan berlalu pergi dari dalam kamar pria itu dengan hembusan angin sejuk yang membawanya pergi tanpa jejak.
--------------------
Regina menatap tajam pada pria yang tengah tertidur dengan damai tanpa merasa bersalah dengan apa yang sudah ia perbuat padanya dan juga kekasihnya regan.
Ia merentangkan tangannya dan melemparkan pas bunga yang berukuran sedang pada pria itu dengan kencang.
BUUKKK....
"Akhhhhh....SIALAN." Bentak erang kesakitan pria itu.
"APA-APAN KAMU REGINA..." Sentak pria itu lagi pada regina yang berdiri dengan tajam di ujung kamar pria itu.
Tatapan mata regina yang tadinya tajam penuh benci kini berubah. Ia meredupkan sinar benci dari matanya dan menatap pria itu dengan tatapan memohon.
"Aku mohon lepaskan aku jihan?. Aku ingin tenang." Gumam regina lirih.
Jihan menatap nyalang pada regina. Ia menekan kepalanya yang terus-terusan mengeluarkan darah sembari turun dari atas kasurnya.
"Tidak regina. Tidak akan pernah. Aku tidak bisa melihat kamu pergi begitu saja. Dan kamu, kamu hanya akan tetap berada disini bersamaku salamanya."
Regina menggeleng dengan lelah. "Aku tersiksa jihan. Kamu tidak pernah merasakan sehari saja menjadi aku, aku selalu merasa kesakitan. Tubuhku seperti terbakar. Aku tersiksa jihan sangat tersiksa. Aku mohon, lepaskan tubuhku."
"AKU BILANG TIDAK, YA TIDAK REGINA."Bentak jihan keras, kemudian ia berlalu keluar dari dalam kamar dengan menutup pintunya begitu kencang.
BRAKK....
Regina menatap lirih pintu yang tertutup dengan paksa di hadapannya. Andai saja dulu ia mendengarkan perkataan regan kekasihnya. Mungkin ini semua tidak mungkin akan pernah terjadi.
Tubuh regina perlahan-lahan mulai memudar seiring malam yang hampir menjelang. regina hanya bisa pasrah dengan keadaan yang seakan tidak ada belas kasih sedikitpun padanya.
"Regan, Maafkan aku!"
-----------------------
Husss...huss..husss....
Regan terbangun dengan nafas yang memburu kasar. Ia menghapus peluh yang membajiri seluruh tubuhnya menggunakan telapak tangannya dengan kasar.
Ia terdiam dengan mata yang berkilat menyeramkan. Setelah ia berhasil menguasai kembali tubuhnya dari rasa takut akibat mimpi buruk nya barusan.
"Regina! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu selalu meminta tolong padaku! Dan apa maksudmu dengan menyebutkan nama jihan dengan sedih. Apa kamu memiliki hubungan dengan kakak kandungku sendiri regina?" Regan berucap dengan mengepalkan kedua tangannya. Yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah kekasihnya memiliki hubungan affair dengan kakaK kandung regan sendiri.
Jika tidak, untuk apa regina selama dua bulan berturut-turut selalu datang di mimpinya dengan wajah begitu sedih sembari menyebutkan nama kakaknya dengan sendu.
Sedangkan dirinya disini hampir gila karena menghilangnya regina tanpa kabar dan pesan sedikitpun padanya.
Regina yang seharusnya saat ini sudah menikah dengannya, tapi malah menghilang tanpa kabar sehari sebelum acara pernikahan mereka di mulai. Regan benar-benar frustasi kehilangan regina tanpa kabar meninggalkan pernikahan mereka begitu saja. Ia pun datang ke rumah orang tuanya di bandung tepat saat ponsel regina tidak aktip meskipun ia masih menggunakan setelan pakaian pengantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGINA
Short StorySHORT STORY. Sehari sebelum menjelang hari pernikahannya, regina harus mengalami hal yang paling buruk dalam hidupnya, ia di perkosa oleh seseorang yang sangat ia kenal dengan baik dan juga harus meninggal dengan begitu tragis akibat bunuh diri yang...