Hening........
Tidak ada satu suara pun yang mampu di keluarkan oleh regan maupun rosiana. Hanya tangisan yang terdengar sangat pilu yang keluar dari bibir kering sang ibu atas kelakuan keji almarhum jihan pada calon adik iparnya sendiri.
Regan bukan hanya marah, ia sangat teramat sangat marah. Bukan pada perbuatan keji jihan pada kekasihnya. Tapi regan sangat marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga regina dengan baik . Ia seharusnya ada di saat regina menderita.
Rasa marah, Menyesal dan air mata yang sudah banyak ia keluarkan saat ini pun tidak akan bisa membuat waktu untuk berputar kembali. Tangisan pun hanya akan menjadi sia-sia saat kenyataan keji yang sudah terjadi pun tidak bisa ia hentikan.
"Jangan dulu marah padaku atas apa yang sudah aku lakukan pada regina regan.."
Regan masih menatap layar LCD di hadapannya dengan tangan terkepal.
Di dalam layar berukuran besar itu. Jihan tersenyum lirih kemudian menundukan wajahnya dengan raut sendu yang sangat begitu kentara di wajah kakak bajingannya.
Merasa bersalah dan menyesal. Tidak mungkin! Sekalipun memang benar. Kamu sangat terlambat bajingan. Batin regan mengerang dengan sangat kencang.
"Karna apa yang telah aku lakukan setelah regina bunuh diri, mungkin akan langsung membuat kamu sangat murka saat itu juga." Kata jihan dengan begitu tenang, meskipun dalam hatinya ia sangat terluka oleh perbuatannya sendiri.
Regan menajamkan kedua matanya serta menggertakan giginya saat melihat jihan bangun dari atas sofa dan berjalan menuju ke sebuah pintu besar yang berada persis di samping tangga.
Regan melihat jihan menekan kode pin pada pintu itu. Untuk apa sebuah kamar harus menggunakan kode pin sebagai kuncinya. Pikir regan dengan menatap tajam.
Rosiana belum juga menghentikan isakan diam nya dengan mata yang masih terus menatap tv di hadapannya dengan lirih.
Regan mulai merasa panik saat melihat jihan yang sudah memasuki kamar itu dengan diam. Apa-apan ini! Kenapa kamar itu seperti tempat penyimpanan daging beku di restoran.
DEG......
Regan terdiam kaku, tubuhnya terasa sangat panas seolah olah ia baru saja tersambar petir dari langit. Air mata yang selalu ia tahan dari tadi pun langsung mengalir dengan begitu deras saat melihat sesosok perempuan yang ia cari-cari selama ini terbujur kaku di atas ranjang es yang begitu berasap dengan pekat.
"Bajingan..... KEPARAT.......SIALAN..." Bentak regan berteriak begitu keras. rasa amarah di ubun-ubunnya sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Jihan... Astaga nakkk....." Pekik rosiana terisak dengan kencang dan jatuh tak sadarkan diri di atas sofa.
Regan meremas rambutnya kasar melihat ibunya pingsan.
"SIALAN......"
"Maafkan aku regan. Dari semua dosa yang sudah aku ungkapkan semuanya disini padamu dan juga pada ibu kita. belum selesai sampai disini akhir dari masalah ini semua."
"BAJINGAN. APA LAGI YANG KAMU LAKUKAN KEAPARAT....." Teriak regan benar-benar murka.
"JOJOOO....."
Pria tua yang di panggil regan barusan berlari dengan begitu kencang saat mendengar teriakan dari tuan mudanya yang begitu menyeramkan. Ia berdiri takut-takut di hadapan regan saat ia sudah sampai. Belum juga ia menyapa tuannya tapi teriakan regan sudah menggelegar lagi dengan begitu lantang.
"BAWA IBU SAYA KE KAMARNYA SEKARANG. CEPAT....."
"I.i..y.a tuan. ...."
"Aku mengikat jiwa regina dengan jiwa kamu regan." Jihan terdiam sesaat untuk menarik nafasnya yang begitu sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGINA
Short StorySHORT STORY. Sehari sebelum menjelang hari pernikahannya, regina harus mengalami hal yang paling buruk dalam hidupnya, ia di perkosa oleh seseorang yang sangat ia kenal dengan baik dan juga harus meninggal dengan begitu tragis akibat bunuh diri yang...