Eps.01 PERTEMUAN(kembali)

18 1 1
                                    

"Brakkk.....!! " Suara sepeda motor terjatuh dengan kerasnya menghantam di aspal jalan depan sekolahku SMA BINA BANGSA. Kebetulan sore itu tepatnya pukul 16.30 saat siswa kelas XII tiba waktunya untuk pulang kerumah setelah mengikuti pemadatan menjelang Ujian Akhir .

Aku sendiri sebenarnya bukanlah bagian dari kelas XII karena aku masih kelas X di SMA ini. Aku dan beberapa temanku Wina, tari dan lainnya memang pulang terlambat karena harus ke perpustakaan untuk mencari buku referensi tugas kami dari Bu Tuti guru Bahasa Indonesia.

Ketika berjalan sampai di pintu gerbang kami kaget mendengar suara hantaman keras di seberang jalan,sepertinya sebuah motor yang terjatuh atau menabrak sesuatu, kami pun berlari bersamaan dengan yang lain untuk melihat apa yang terjadi di seberang jalan sana. Dengan cepat kamipun sampai di TKP, pasalnya sekolahku lumayan jauh dari ramainya jalan raya karena memang terletak di pinggiran desa, jadi tak banyak lalu lalang kendaraan seperti di jalan raya pada umumnya.

Begitu banyak orang yang menghampiri korban kecelakaan tunggal itu, mereka mengangkat pemuda yang tak sadarkan diri dengan kondisi kepala yang lumayan banyak mengeluarkan darah kedalam mobil pak Hari,dia pemilik gerai fotocopy di depan sekolahku.

Tubuhku sendiri entah kenapa justru hanya terdiam seolah mematung melihat wajah pemuda korban kecelakaan itu. Dia mengenakan seragam putih abu sama sepertiku. Ditengah rasa iba terselip pula rasa sakit dan sedih melihat kondisinya yang cukup mengenaskan, padahal aku merasa tak mengenal dia tapi perasaan macam apa yang aku rasakan sekarang.

"Naras...!!hey kamu kenapa ras,kamu nangis? " Wina menepuk bahuku seketika kaget melihatku menangis. "Eh iya kenapa win...?? " Jawabku dengan sedikit tergagap. "Kamu kenapa nangis ras, kamu kenal sama orang yang kecelakaan itu...? " Wina kembali bertanya padaku dengan tatapan penuh tanya. "Ng...nggak kok win, aku nggak kenal sama dia. Mungkin saking kaget dan sedih ngelihatnya sampe nggak sadar aku nangis sendiri win, Haah...!" jawabku lagi sambil sedikit menghela nafas yang terasa berat.

Tiba tiba saja pak Hari menghampiri ku "Naras, kamu ikut bapak ya mendampingi anak muda itu kerumah sakit. Kasian kalau nggak ada yang nungguin dia (korban) nanti di rumah sakit sambil nungguin keluarganya datang. Tadi bapak sudah menghubungi orang tuanya ". " Eh emmm gimana ya pak ,baiklah kalau begitu? " Jawabku sekenanya dengan sedikit bingung dan ragu. Kemudian pak Hari beralih menatap Wina "Nak Wina tolong sampaikan sama orangtua Naras kalau dia akan pulang terlambat ,dan sampaikan juga nanti bapak yang akan mengantarnya pulang ya"." Baik Pak akan saya sampaikan " jawab Wina kemudian. Ya Wina dan tari teman temanku kami semua bertetangga. Tak berapa lama aku dan pak Hari pun tiba di UGD Rumah Sakit terdekat langsung disambut oleh para tenaga medis disana. Sekali lagi aku melihat tubuh lemah pemuda ini dengan rasa yang bisa aku definisikan sendiri. Yang jelas seolah aku turut merasakan sakit dan sesak untuk bernafas. Saat aku turut mendorongnya menuju ruang penanganan medis tiba tiba saja tanganku terasa ada yang menggenggam, ya ternyata dia menggenggam tanganku, aku terfokus melihat matanya yang sedikit terbuka dengan begitu berat dia memandang ke arahku lantas tersenyum yang terlihat sangat dia paksakan. Aku melihat seolah dia ingin mengatakan sesuatu. "Tolong tunggu aku Narasti...". Aku bingung sekali sekaligus kaget, setelah menajamkan pendengaranku setidaknya itulah kalimat yang ku dengar.

Tiba di depan pintu perawatan suster meminta ku untuk menunggu diluar ruangan, ketika aku hendak melepaskan genggaman tangannya seakan dia tidak rela melepaskan tanganku. Kemudian aku menatapnya sambil mengangguk perlahan tanda menyetujui bahwa aku akan disini untuk menemaninya. Perlahan genggamannya mulai melemah dan melepaskan tanganku. Perasaanku tak karuan, aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Sekelebat pertanyaan yang terus berputar di kepalaku saat ini, siapa dia...? darimana dia tau namaku...?.

Beberapa menit berlalu pak Hari datang dan duduk disampingku, "Ras, bapak sudah mengurus pendaftarannya kira kira orang tuanya segera datang atau tidak ya?". Begitu nampak raut kecemasan di wajah Pak hari. " Mudah mudahan saja mereka segera datang ya pak, memangnya kalau boleh tau ada apa ya pak?kok sepertinya bapak sangat khawatir pada pemuda tadi?" tanyaku pada pak Hari karena penasaran. "Begini Ras, kondisi anak itu lumayan parah kalau bapak lihat dari darah yang terus keluar dari kepalanya, bapak khawatir jika terjadi hal hal yang tidak diharapkan terjadi pada anak itu. Semoga Allah SWT menyelamatkannya ya Ras" ucap pak Hari dengan penuh harap.Akupun mengamini ucapan pak Hari lalu tertunduk diam. Namun tidak dengan hatiku, ada rasa tak terima membayangkan jika kekhawatiran pak Hari menjadi kenyataan.

Wajah pemuda itu sedari tadi aku berusaha mengingatnya, mungkinkah aku pernah mengenalnya....??. Aku jadi pusing sendiri memikirkannya, lebih baik aku berdoa untuknya saat ini. Aku terus saja berzikir untuk memohon keselamatannya "Subhanallah, Walhamdulillah, Walaillahailallah Hu Allah Hu akbar"

3 jam lebih berlalu sejak kejadian kecelakaan tadi sore , jam ditanganku menunjukkan pukul 19.20 namun belum juga ada dokter atau perawat yang keluar dari ruang perawatan Pramudya. Ya aku tahu nama lelaki itu dari pak Hari yang mendaftarkan data dirinya ke UGD tadi. Beberapa menit kemudian ada seorang bapak bapak datang dan bertanya dimana pramudya dirawat. Seketika pak Hari pun berdiri dan memperkenalkan dirinya. "Perkenalkan pak nama saya Hari, saya yang menelfon bapak tadi dan saya juga yang membawa anak bapak kemari " ucap pak hari dengan sopan." Saya Hasan pak,saya bapaknya Pramudya. Terimakasih bapak telah menolong anak saya, sekarang dimana Pramudya dirawat pak? ". Jawab bapak tersebut masih dengan wajah yang menyiratkan kecemasan yang amat sangat. " Sekarang nak pram masih di ruang penanganan bersama dokter pak, sejak tadi belum ada kabar sama sekali dari dokter ". "Apa lukanya serius pak?" tanya pak Hasan lagi. Pak Hari dan juga akupun bingung mau menjawab apa. "Semoga mas Pram baik baik saja pak,mari kita doakan yang terbaik untuk kesembuhan putra bapak" akhirnya hanya itu yang keluar sebagai jawaban dari kami,lebih tepatnya aku yang menjawab. "Oh ya kalau adik ini...? " "Saya Narasti pak, saya yang menemani pak Hari membawa mas Pram kesini" jawabku dengan sopan. "Terimakasih banyak ya dik sudah sudi membantu anak bapak". " Sama sama pak sudah menjadi kewajiban kita saling menolong " jawabku lagi dengan senyum ramah.

Tak berselang lama dokter pun keluar ruangan, "keluarga saudara Gunung Pramudya...! ". Kamipun segera beranjak menghampiri dokter tersebut, " Bagaimana kondisi anak saya dok....? " tanya pak Hasan masih dengan raut wajah penuh kecemasan akan anaknya. "Begini pak,kami sudah berusaha Semaksimal mungkin akan tetapi takdir berkata lain pak...".

Diarrrrr....!!! Seperti tersambar petir seketika pandangan mataku kabur gelap dan semakin gelap, tak urung hilanglah kesadaran ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang